Membedah Kasus Ratusan Mahasiswa Bandung yang Positif HIV/AIDS

Membedah Kasus Ratusan Mahasiswa Bandung yang Positif HIV/AIDS

Oris Riswan Budiana - detikJabar
Jumat, 26 Agu 2022 15:35 WIB
ilustrasi hiv
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto: thinkstock)
Bandung -

Sebanyak 414 mahasiswa berk-KTP Kota Bandung dinyatakan positif terinfeksi HIV/AIDS. Data itu berasal dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kota Bandung hingga Desember 2021.

KPA Kota Bandung sendiri mencatat hingga Desember 2021 ada 12.358 pengidap HIV/AIDS yang melakukan pelayanan kesehatan di Kota Bandung. Adapun dominasi yang terpapar HIV/AIDS berusia produktif pada rentang 20-29 tahun sekitar 44,84 persen.

Data ini menuai sorotan publik. Sebab, ada ratusan mahasiswa yang sedang di usia produktif, justru harus berkutat dengan masalah HIV/AIDS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DetikJabar berbincang dengan Community Development Rumah Cemara Gina Afriani pada Jumat (26/8/2022). Ia membagi pandangannya soal fenomena kasus HIV/AIDS di kalangan mahasiswa tersebut.

Menurutnya mahasiswa yang terpapar HIV/AIDS ini mendapat sorotan karena statusnya. Padahal, jika dikategorikan, mahasiswa digolongkan pada kelompok usia produktif.

ADVERTISEMENT

"Karena status mahasiswanya itu (mendapat sorotan lebih). Padahal sebetulnya under (di bawah) 18 tahun itu juga ada (yang terinfeksi HIV)," ujar Gina, Jumat (26/8/2022).

Mereka yang terpapar HIV sendiri selama ini kebanyakan memang berusia produktif, yaitu belasan tahun hingga di bawah 30 tahun. Hanya saja kebetulan dari jumlah kasus yang ada, ditemukan ratusan di antaranya berstatus mahasiswa dan disorot publik.

"Kalau misalkan data menyeluruh, sebetulnya dominasi orang yang terkena HIV/AIDS itu ada di usia produktif antara 14-27 tahun," ungkapnya.

Lalu apa yang menyebabkan para mahasiswa ini terinfeksi HIV? Kemungkinan besar mereka bukan terpapar akibat penggunaan narkoba dengan perantara jarum suntik.

"Kalau melihatnya karena apa, mungkin saya menjawabnya menyeluruh, bukan karena mahasiswa aja. Penyebaran HIV sekarang itu didominasi penyebabnya karena hubungan seks yang tidak aman," jelasnya.

Berkaca dari hal ini, pengetahuan atau edukasi seputar seks harus ditanamkan kepada generasi muda. Harapannya agar ke depan tidak ada lagi mahasiswa terinfeksi HIV akibat hubungan seks tidak aman.

"Hubungan biologis satu hal yang pasti akan mereka alami, sebaiknya kayak seks edukasi atau pemberian informasi itu menurut saya sebelum mereka menginjak ke kematangan usia secara organ reproduksinya, harusnya sudah dikasih," jelas Gina.

Edukasi seputar seks ini jadi pekerjaan rumah bersama. Tidak hanya di sekolah, keluarga juga punya penting untuk menanamkan pengetahuan ini.

Gina memandang seharusnya memberikan edukasi seputar hubungan seksual tak lagi dianggap tabu. Justru generasi muda harus paham soal pengetahuan seks dan ragam risiko yang mungkin dihadapi jika melakukannya.

"Kenapa harus kagok? Kan bukan sebuah dosa juga menyampaikan itu, namanya juga edukasi," cetusnya.

Yana Suryana, penyintas HIV positif, senada memandang pentingnya edukasi seks kepada generasi muda. Sebab, bukan hal aneh ketika yang terpapar HIV sedang berada pada usia 'emas'.

Bahkan, ada kemungkinan mahasiswa yang terpapar HIV justru terjadi pada saat mereka SMA atau SMP. Tapi mereka baru kedapatan positif HIV setelah jadi mahasiswa karena melakukan tes.

"Sebenarnya bukan hal baru (generasi muda terpapar HIV). Mungkin aja dia tertular pas SMA. Karena kalau dilihat dari masalah perkembangan inkubasi, mungkin saja terjadi (terinfeksi saat SMA)," ungkap Jimi, sapaan akrabnya.

"Perilaku untuk konteks remaja cukup berisiko. Artinya pemahaman terkait dengan masalah HIV sendiri berarti masih kurang kalau ini masih terjadi," jelasnya.

(orb/orb)


Hide Ads