Tahun 2004 sulit dilupakan Yana Suryana. Pria asal Kota Bandung yang akrab disapa Jimi ini saat itu dinyatakan positif terinfeksi HIV.
Hal itu diketahui setelah ia memeriksakan diri ke dokter bersama orang tuanya. Sebab saat itu Jimi kerap sakit-sakitan. Usai diperiksa, ia kemudian mendapatkan amplop yang menyatakan terinfeksi HIV.
"Kepikiran pertama (akan segera) mati. Karena terus terang bingung ," ujar Jimi saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (25/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Gunung Es di Bandung Itu Bernama HIV/AIDS |
Pikiran buruk itu membayangi isi kepala Jimi bukan tanpa sebab. Saat itu ia masih minim pengetahuan tentang HIV. Sehingga, mati jadi kata pertama yang terlintas dalam benaknya.
Bahkan ia awalnya sempat tak mau dites HIV. Itu karena ia begitu khawatir dengan stigma dan diskriminasi yang bakal didapatkannya.
"Dulu mah poek (gelap)," tutur Jimi yang menggambarkan isi pikirannya seputar informasi HIV saat itu.
Setelah divonis positif HIV, ia menjalani pengobatan agar kondisinya tak menurun. Ia berusaha menjaga agar tubuhnya tetap sehat dan meminimalisir dampak HIV.
Jimi pun sempat terpuruk dan tertutup terjebak usai vonis HIV yang dialamatkan kepadanya. Namun, akhirnya ia berusaha 'melawan' dan 'keluar'.
Hal itu terjadi setelah Jimi bertemu teman-temannya sesama penyintas HIV, salah seorang di antaranya Ginan Koesmayadi, pendiri Rumah Cemara di Bandung. Ia melihat Ginan tampak bugar meski berstatus HIV positif.
"Salah satunya (yang membangkitkan semangat) almarhum. Kondisinya bagus dia, sedangkan saya (saat itu) tinggal kentut sama tulang," tuturnya sembari berkelakar.
Singkat cerita, ia berusaha bangkit dan menjalani kehidupan seperti biasa. Setahun setelah dinyatakan positif HIV, tepatnya 2005, ia pun membuka statusnya. Ia tak lagi ragu terbuka soal statusnya sebagai orang dengan HIV (ODHIV).
Alasannya banyak pandangan keliru seputar HIV dan AIDS. Ia ingin berusaha meluruskan pandangan keliru itu dengan pengetahuan yang didapatkannya.
Apalagi, Jimi sempat aktif di organisasi yang berkecimpung pada seputar HIV, termasuk di Rumah Cemara dan Jaringan Indonesia Positif. Sehingga secara perlahan ia mendapat banyak asupan 'nutrisi' ilmu seputar HIV.
Dengan pengetahuan yang didapatkannya, ia ingin perlahan menghancurkan stigma dan paradigma salah seputar HIV kepada orang lain. Cara seperti itu jadi perjuangan Jimi untuk mengedukasi siapapun tentang HIV. Ia bahkan mengaku senang ketika ada orang yang bertanya seputar HIV.
"Paradigma yang terjadi di masyarakat (tentang HIV) cukup mengerikan. Artinya saya bisa bercerita seperti itu (memberi penjelasan yang tepat), setidaknya bisa mengikis informasi yang tidak jelas di luar," jelasnya.
Jarum Suntik dan Alat Makan 'Ekslusif'
Jimi sendiri terinfeksi HIV karena pergulatannya dengan narkoba. Penggunaan jarum suntik saat itu disinyalir jadi jalan HIV masuk ke tubuhnya.
"Dulu dari jarum suntik yang tidak steril, artinya dari penggunaan salah satu jenis narkoba," ucap Jimi.
"Saya sempat takut datang ke layanan, tapi kondisi kesehatan semakin menurun, akhirnya dibawa ke dokter dan dokter tersebut memang yang pas di bidangnya, saya langsung dirujuk melakukan tes," ungkap Jimi.
Sebelum dilakukan tes, sang dokter sudah menduga Jimi terinfeksi HIV. Sebab, ada sejumlah gejala yang merujuk pada orang terinfeksi HIV. Setelah tes selesai dilakukan dan hasilnya keluar, amplop diberikan kepada Jimi. Hasilnya, ia dinyatakan positif!
![]() |
Di tengah keterpurukannya saat dinyatakan positif HIV, ia mendapat perlakuan berbeda di keluarga. Namun ia memakluminya karena saat itu informasi seputar HIV sangat terbatas.
Itu berbeda dengan saat ini dimana informasi begitu mudah didapat. Bahkan hanya mengandalkan ponsel, ragam pengetahuan seputar HIV bisa didapatkan.
"Kalau sama keluarga bukan dijauhin, tapi dibedain. Seperti kamar mandi di sini ya, jangan di sini. Terus alat makan ini, jangan campur sama yang lain," tuturnya.
Saat itu, perlakuan seperti itu jadi pertanyaan besar dalam hati Jimi. Ada rasa gundah yang berkecamuk karena ia mendapat perlakuan berbeda setelah dinyatakan positif HIV.
Namun, pikirannya justru terbuka lebar setelah mendapatkan pengetahuan. Perlakuan berbeda itu pada akhirnya dimaknai sebagai hal positif.
Menurut Jimi, ODHIV memiliki masalah pada imunitas tubuhnya. Sehingga, ODHIV rentan terpapar penyakit dan menghadirkan gejala tak diharapkan. Alih-alih menularkan HIV, Jimi justru bisa mudah tertular penyakit lain dari orang lain, misalnya ketika menggunakan alat makan yang sama dan tak bersih dengan sempurna.
"Setelah makin tahu (informasi seputar HIV), apa yang mereka (keluarga) lakukan itu nggak salah," kata Jimi.
Kini, Jimi menatap kehidupannya seperti orang lain pada umumnya. Setelah sempat aktif di berbagai organisasi, ia kini aktif di Jabar Quick Respons (JQR). Organisasi ini dibentuk Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang tugasnya fokus menuntaskan masalah kemanusiaan.