Kisah 7 Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama dan Sejarah Berdirinya

Kisah 7 Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama dan Sejarah Berdirinya

Bayu Ardi Isnanto - detikHikmah
Senin, 10 Jun 2024 05:00 WIB
Pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2015 - 2020 berlangsung di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (05/09/2015). Dalam pengukuhan ini, hadir pula Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla. Grandyos Zafna/detikcom
PBNU. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Jika ditanya siapa tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), pasti mayoritas akan menjawab KH Hasyim Asy'ari. Namun sebenarnya ada banyak tokoh di balik berdirinya NU pada 1926 M.

NU pernah menerbitkan buku biografi para pendiri NU yang berjudul Muassis Nahdlatul Ulama: Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. Artinya ada 26 tokoh yang terlibat dalam pendirian NU.

Namun dalam artikel ini akan kita ulas 7 tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yang banyak dikenal masyarakat, lengkap dengan sejarah singkat berdirinya NU.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama

Berikut ini 7 tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yang dirangkum dari sejumlah artikel di situs NU Online:

1. Syekh Kholil Bangkalan

  • Lahir: 27 Januari 1820
  • Meninggal: Desember 1925
  • Makam: Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.

Yang pertama adalah Syekh Kholil Bangkalan yang menjadi tokoh spiritual di balik berdirinya NU. Kiai Cholil Bangkalan yang merupakan guru dari Kiai Hasyim. Beliau berperan memberikan restu para ulama mendirikan NU.

ADVERTISEMENT

Syekh Kholil pernah menimba ilmu ke Mekkah pada 1276 H/1859 M. Gurunya antara lain Syeikh Nawawi al-Bantani (ulama asal Banten, Indonesia), Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyati, dan Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan.

Sepulang dari Arab, Mbah Kholil dengan keahliannya di bidang fiqih dan tarekat, mendirikan pesantren. Salah satu santrinya adalah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari.

2. Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari

  • Lahir: 14 Februari 1871
  • Meninggal: 21 Juli 1947
  • Makam: Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Selanjutnya adalah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari yang tentunya sudah tidak asing lagi. Beliau juga telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1964 karena peran pentingnya dalam kemerdekaan Indonesia.

Mbah Hasyim saat itu mengeluarkan Resolusi Jihad sehingga setiap orang dewasa wajib berperang melawan penjajah. Di NU, Mbah Hasyim adalah sosok yang sangat disegani karena ilmu dan kewibawaannya.

KH Hasyim pernah menimba ilmu kepada ulama terkemuka saat berada di Mekkah, seperti Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Syaikh Muhammad Salih al-Samarqnadi. Di sana, beliau sempat mengabdi sebagai pengajar di Masjidil Haram dan menyandang gelar Syaikhul Haram.

Setelah pulang ke Indonesia, KH Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899. Beliau juga merupakan kakek dari Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

3. KH Abdul Wahab Chasbullah

  • Lahir: 31 Maret 1888
  • Meninggal: 29 Desember 1971
  • Makam: Makam Pahlawan Nasional K.H Abdul Wahab Chasbullah (Desa Wisata Religi Tambakberas).

Tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yang ketiga adalah KH Abdul Wahab Chasbullah yang menjadi penggerak roda organisasi. Beliau adalah sosok yang disegani karena kedalaman ilmunya dan luwes dalam bersikap.

Sebelum NU, KH Wahab Chasbullah sudah menggawangi berdirinya beberapa organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 dan Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918.

Sebelumnya, beliau juga mendirikan kelompok diskusi Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, yang juga disebut Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran pada 1914.

4. KH Bisri Syansuri

  • Lahir: 18 September 1886
  • Meninggal: 25 April 1980
  • Makam: Area Pondok Pesantren Desa Denanyar, Kecamatan Jombang Kota, Kabupaten Jombang.

KH Bisri Syansuri termasuk dari tiga pendiri utama NU bersama KH Hasyim dan KH Wahab. KH Bisri pernah menjabat sebagai Wakil Rais 'Aam hingga Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dia pernah belajar ilmu agama kepada sejumlah tokoh ternama, seperti KH Kholil Kasingan Rembang, KH Syu'aib Sarang Lasem, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, hingga KH Hasyim Asy'ari.

Semasa hidupnya, beliau memberikan banyak kontribusi, tak hanya bagi NU, namun juga bagi bangsa. Beliau adalah inisiator pendirian pesantren perempuan pertama. Di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif (Pondok Denanyar Jombang) yang dia dirikan, Mbah Bisri membuka kelas khusus santri perempuan yang kemudian berkembang di berbagai daerah.

5. KH As'ad Syamsul Arifin Situbondo

  • Lahir: Tahun 1897
  • Meninggal: 4 Agustus 1990
  • Makam: kompleks Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo.

Tokoh pendiri Nahdlatul Ulama selanjutnya adalah KH As'ad Situbondo yang merupakan pembawa pesan dari KH Kholil kepada KH Hasyim. Pesan-pesan yang disampaikan KH Kholil kepada KH Hasyim inilah yang menegaskan pendirian NU.

Kiai As'ad telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 9 November 2016 atas jasanya dalam menggerakan massa dalam pertempuran 10 November 1945. Beliau juga pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember, dan Bondowoso. Beliau juga menjelaskan bahwa kedudukan Pancasila tidak mengganggu nilai keislaman.

6. KH Mas Alwi

  • Lahir: 1890an
  • Meninggal: pada usia 55 tahun sekitar tahun 1945
  • Makam: Pemakaman Rangkah, Surabaya.

KH Mas Alwi atau bernama lengkap Sayid Alwi Abdul Aziz al-Zamadghon adalah sosok yang memberi nama Nahdlatul Ulama (NU). Beliau adalah putra dari kiai besar, Abdul Aziz al-Zamadghon.

Ada nama-nama yang mencuat sebelum nama NU, seperti Jami'iyah Ulama yang berarti perkumpulan ulama. Mas Alwi mengusulkan nama Nahdlatul Ulama dengan alasan bahwa tidak semua kiai memiliki jiwa nahdlah (bangkit), sehingga nama NU dipilih karena adanya kepedulian terhadap jam'iyah.

7. KH Ridwan Abdullah

  • Lahir: 1 Januari 1884
  • Meninggal: 16 Februari 1962
  • Makam: Komplek Pemakaman Umum Islam Karang Tembok, Surabaya.

Jika KH Mas Alwi adalah pemberi nama, KH Ridwan Abdullah adalah sosok yang menciptakan lambang NU. Berdasarkan perintah KH Hasyim Asy'ari, Kiai Ridwan diminta membuat lambang yang original, tidak meniru bendera atau simbol lain, serta harus menunjukkan haibah dan kemegahan NU.

Kiai Ridwan tidak mudah membuat lambang NU ini. Berbulan-bulan dia membuat berbagai sketsa tetapi selalu ditolak oleh KH Hasyim. Bahkan 1 bulan sebelum digelar muktamar kedua pada 1927, dia belum menemukan satu lambang yang tepat.

Kiai Ridwan lantas memohon kepada Allah SWT melalui istikharah, hingga mendapat isyarat di langit terlihat lambang jagat yang dikelilingi sembilan bintang. Lambang inilah yang disetujui KH Hasyim dan digunakan hingga sekarang.

Sejarah Singkat Berdirinya NU

Latar belakang pendirian NU berhubungan dengan Raja Ibnu Saud yang ingin menerapkan asas tunggal, yakni mazhab wahabi di Mekkah. Dia juga ingin menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam yang menimbulkan anggapan bid'ah karena sering diziarahi.

Pandangan Raja Ibnu Saud itu mendapat sambutan positif dan negatif di Indonesia. Salah satu yang menolak adalah kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan menolak penghancuran warisan peradaban Islam.

Kalangan pesantren sampai dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, hingga tidak dilibatkan dalam Muktamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan Raja Ibnu Saud.

Kalangan pesantren lalu membuat delegasi sendiri yang bernama Komite Hejaz. Sebagai ketua adalah KH Wahab Chasbullah. Atas desakan kalangan pesantren dalam Komite dan tantangan berbagai kelompok Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Di Mekkah hingga kini bisa bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab masing-masing.

Dari situlah dirasa penting membentuk organisasi yang lebih besar dan sistematis untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Atas koordinasi dari banyak kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926).

Sebagai Rais Akbar atau pimpinan organisasi pertama adalah KH Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim pun merumuskan Kitab Qanun Asasi sebagai prinsip dasar, serta merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab ini menjadi dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Nah, itulah telah kita ketahui 7 tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, yang sebagian telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional karena membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads