Keberanian sejati tidak selalu terlihat dari kekuatan fisik, tetapi dari keyakinan untuk membela kebenaran tanpa rasa takut.
Dalam sejarah para sahabat Rasulullah SAW, banyak kisah yang menunjukkan keberanian luar biasa, dan di antara mereka, Abu Bakar Ash-Shiddiq dikenal sebagai sosok yang paling berani menghadapi bahaya demi melindungi Nabi.
Dikutip dari buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. H. M. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc., MA., Ph.D., yang bersumber dari kitab Rijal Hawla Rasul karya Khalid Muhammad Khalid, terdapat kisah yang menggambarkan keberanian Abu Bakar yang nyata di dua peristiwa besar: ketika perang Badar dan saat Rasulullah SAW diganggu kaum musyrik di Mekah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Orang yang Paling Berani
Al-Bazzar meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Muhammad bin Aqil bahwa suatu hari, Ali bin Abi Thalib berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ia bertanya,
"Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani?"
Para jamaah menjawab, "Engkau sendiri, wahai Amirul Mukminin." Namun, Ali berkata,
"Orang yang paling berani bukan aku, melainkan Abu Bakar."
Ali lalu mengisahkan peristiwa pada perang Badar. Saat itu, para sahabat membuatkan tempat perlindungan untuk Rasulullah SAW agar beliau aman dari serangan musuh. Ketika ditanyakan siapa yang berani menemani Nabi di sana untuk menjaganya, tidak ada seorang pun yang maju, kecuali Abu Bakar.
Ia berdiri di depan gubuk kecil tempat Rasulullah berada, menghunus pedang, dan bersiap menghadapi siapa saja yang berani mendekat. Ali menyaksikan peristiwa itu dan berkata,
"Itulah orang yang paling berani."
Ali juga mengingat kejadian lain yang menunjukkan keberanian Abu Bakar. Suatu ketika, Rasulullah SAW berjalan di kota Mekah dan dihadang oleh sekelompok orang musyrik. Mereka mengejek dan menghina beliau sambil berkata,
"Apakah engkau menjadikan tuhan-tuhan kami menjadi satu Tuhan?"
Banyak orang menyaksikan kejadian itu, tetapi tidak ada seorang pun yang berani membela Rasulullah. Hanya Abu Bakar yang tampil maju. Ia menghadapi mereka sambil berkata tegas,
"Apakah kamu hendak membunuh orang yang bertuhankan Allah?"
Ia kemudian melawan mereka yang berani mengganggu Nabi, tanpa memedulikan risiko yang akan menimpanya.
Setelah menceritakan dua peristiwa itu, Ali terdiam sejenak. Ia tampak menahan air mata, lalu mengangkat selendangnya dan mengusap wajahnya. Di hadapan jamaah yang terdiam, ia berkata,
"Adakah orang beriman dari kaum Fir'aun yang lebih baik daripada Abu Bakar?"
Tidak seorang pun menjawab. Ali kemudian melanjutkan,
"Sesaat bersama Abu Bakar lebih baik daripada orang beriman dari kaum Fir'aun meskipun mereka sepuluh dunia, karena orang beriman dari kaum Fir'aun menyembunyikan imannya, sedangkan Abu Bakar menampakkannya."
Kisah ini memperlihatkan bagaimana keberanian Abu Bakar muncul dari keyakinan dan kesetiaannya kepada Rasulullah SAW. Ia tidak takut menghadapi siapa pun demi menjaga Nabi, baik di medan perang maupun di tengah tekanan kaum musyrik Mekah.
(inf/erd)












































Komentar Terbanyak
Cak Imin Sebut Indonesia Gudang Ulama
Video Cium Anak Kecil di Panggung Viral, Gus Elham Minta Maaf
Cak Imin Sebut Pesantren Solusi Rakyat, Bisa Tangani Utang dan Kemiskinan