Setiap kisah para nabi memberi pelajaran besar bagi manusia. Kisah-kisah itu memperlihatkan ketulusan dan kebesaran hati orang-orang yang beriman.
Salah satu kisah yang penuh pesan menyentuh adalah kisah di masa Nabi Musa AS, tentang seorang ahli ibadah yang rela dimasukkan ke neraka demi keselamatan orang lain.
Seperti halnya yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 112,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗٓ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ࣖ
Arab latin: Balā man aslama wajhahū lillāhi wa huwa muḥsinun falahū ajruhū 'inda rabbih(i), wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Artiny: Tidak demikian! Orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah serta berbuat ihsan, akan mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka, dan mereka pun tidak bersedih.
Kisah ini termuat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan karya Prof. Dr. H. M. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D., yang bersumber dari kitab Qashash al-Anbiya' karya al-Tsa'labi.
Kisah Ahli Ibadah yang Rela Masuk Neraka
Suatu hari, Nabi Musa AS berjalan mengamati keadaan umatnya. Di perjalanan, beliau melihat seorang lelaki tua yang tengah tekun beribadah di tempat yang sunyi. Dari wajahnya tampak ketenangan dan keikhlasan yang kuat. Lelaki itu sudah berusia lebih dari 500 tahun dan dikenal sebagai ahli ibadah yang tak pernah lepas dari zikir dan doa.
Nabi Musa AS pun menghampirinya dan menyapa dengan lembut. Setelah berbincang sejenak, sang ahli ibadah berkata,
"Wahai Musa, aku telah beribadah kepada Allah selama 350 tahun tanpa melakukan dosa. Tolong sampaikan pertanyaanku ini kepada Allah, di mana tempatku kelak di surga-Nya?"
Nabi Musa AS kemudian bermunajat, memohon agar Allah SWT memberi tahu nasib hamba yang saleh itu di akhirat. Allah SWT berfirman,
"Wahai Musa, sampaikan kepadanya bahwa Aku akan menempatkannya di dasar neraka-Ku yang paling dalam."
Mendengar kabar itu, sang ahli ibadah sangat terkejut. Hatinya hancur dan pikirannya diliputi kesedihan. Ia tidak menyangka bahwa setelah berabad-abad beribadah, balasannya adalah neraka. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan Nabi Musa AS sambil merenungi nasibnya. Namun, di tengah kesedihan itu muncul rasa iba terhadap orang lain.
Malamnya ia tak dapat tidur. Ia memikirkan nasib saudara-saudaranya, teman-temannya, serta orang-orang yang ibadahnya jauh lebih sedikit. Ia berkata dalam hati,
"Jika aku yang beribadah 350 tahun saja akan dimasukkan ke neraka, bagaimana dengan mereka yang baru beribadah sebentar?" Pikiran itu membuatnya tergerak untuk mengambil keputusan besar.
Keesokan harinya ia menemui Nabi Musa AS lagi. Dengan suara mantap ia berkata,
"Wahai Musa, aku rela bila Allah SWT memasukkan aku ke neraka-Nya. Namun aku mohon satu hal, setelah tubuhku dimasukkan ke dalam neraka, jadikan tubuhku sebesar-besarnya agar seluruh pintu neraka tertutup oleh tubuhku. Dengan begitu, tak ada satu pun manusia lain yang ikut masuk ke dalamnya."
Nabi Musa AS kembali bermunajat dan menyampaikan ucapan itu kepada Allah SWT. Maka Allah berfirman,
"Wahai Musa, sampaikan kepadanya bahwa kini Aku akan menempatkannya di surga-Ku yang paling tinggi."
Dari kisah ini dapat dipelajari bahwa keikhlasan sejati tidak diukur dari lamanya ibadah, tetapi dari ketulusan hati. Sang ahli ibadah tidak lagi memikirkan dirinya, melainkan keselamatan orang lain. Karena ketulusan itulah Allah SWT memuliakannya dan menempatkannya di surga tertinggi.
Adapun pesan yang dapat dipetik adalah bahwa rahmat Allah tidak terbatas pada hitungan amal, tetapi kepada hati yang tulus. Seorang hamba yang rela berkorban demi orang lain akan mendapat kemuliaan yang tinggi di sisi Allah SWT.
(inf/lus)












































Komentar Terbanyak
Pemerintah RI Legalkan Umrah Mandiri, Pengusaha Travel Umrah Syok
Umrah Mandiri Dilegalkan, Pengusaha Travel Teriak ke Prabowo
Rieke Diah Pitaloka Geram, Teriak ke Purbaya Gegara Ponpes Ditagih PBB