Kisah Bani Israil yang Sering Mengingkari Janji

Kisah Bani Israil yang Sering Mengingkari Janji

Indah Fitrah - detikHikmah
Minggu, 12 Okt 2025 05:00 WIB
Ilustrasi Sultan Murad IV dan Wali Allah.
Ilustrasi Bani Israil. Foto: Fabien Bazanegue/Unsplash
Jakarta -

Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi petunjuk bagi umat Islam. Di dalamnya terdapat ajaran tentang keimanan, hukum, serta kisah-kisah umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran.

Salah satu kisah yang diabadikan dalam Al-Qur'an adalah tentang perjanjian antara Allah SWT dan Bani Israil. Kisah ini menjadi pengingat agar manusia selalu menepati janji kepada Tuhannya dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh kaum tersebut.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 83:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ

Arab latin: Wa iż akhażnā mīṡāqa banī isrā'īla lā ta'budūna illallāha wa bil-wālidaini iḥsānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qūlū lin-nāsi ḥusnaw wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh(ta), ṡumma tawallaitum illā qalīlam minkum wa antum mu'riḍūn(a).

ADVERTISEMENT

Artinya: (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat." Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.

Perjanjian Allah dengan Bani Israil

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, ayat ini menjelaskan tentang kedurhakaan sebagian besar Bani Israil, yakni umat Nabi Musa AS. Mereka telah mengambil perjanjian dengan Allah untuk melaksanakan berbagai perintah yang telah ditetapkan, namun mayoritas di antara mereka justru mengingkarinya dengan sengaja. Padahal mereka mengetahui dan memahami isi perjanjian tersebut dengan jelas.

Sementara dalam Tafsir Al-Azhar susunan Buya Hamka, dijelaskan bahwa perjanjian itu memuat ajaran-ajaran pokok yang menjadi dasar seluruh agama, termasuk Islam. Janji tersebut dimulai dari perintah untuk menyembah Allah semata dan dilanjutkan dengan ajaran moral serta sosial yang mengatur hubungan manusia dengan sesama. Berikut isi perjanjian Allah SWT dengan Bani Israil.

1. Menyembah Hanya kepada Allah

Janji pertama adalah agar Bani Israil tidak menyembah siapapun selain Allah. Inilah dasar tauhid yang menjadi pokok keimanan setiap umat beragama.

Prinsip ini juga masih tercantum dalam "Sepuluh Hukum" (Ten Commandments) dalam Taurat. Mengakui keesaan Allah berarti menolak segala persekutuan dan menjadikan-Nya satu-satunya tujuan hidup dan ibadah.

2. Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua

Janji kedua adalah berbuat baik kepada orang tua. Mereka telah menumpahkan kasih sayang, mendidik, dan mengasuh sejak anak belum dewasa. Tanpa kasih sayang yang Allah tanamkan dalam diri orang tua, seorang anak tidak akan mampu bertahan hidup dan tumbuh.

Karena itu, berbakti kepada orang tua menandakan rasa syukur kepada Allah atas kehidupan yang dianugerahkan.

Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits. Dalam buku Keutamaan Etika Islam: Menjadi Manusia Berkarakter & Berkualitas karya Fajar Kurnianto disebutkan bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah bertanya,

"'Ya Rasulullah, perbuatan apakah yang paling utama?' Rasulullah SAW menjawab, "Salat tepat pada waktunya," Lebih lanjut aku bertanya, 'Lalu apa lagi?' Beliau berujar, "Berbakti kepada ibu bapak." Ku tanyakan kembali, "Lalu apa lagi?" Beliau menjawab: "Berjihad di jalan Allah."" (HR Bukhari & Muslim)

3. Menjaga Hubungan dengan Keluarga dan Kerabat

Selanjutnya, Allah memerintahkan agar berbuat baik kepada keluarga dan kerabat dekat seperti saudara, paman, bibi, kakek, dan nenek. Setiap manusia hidup dalam hubungan yang saling terikat. Dari keluarga kecil terbentuklah masyarakat besar seperti suku, kabilah, dan bangsa.

4. Menyayangi Anak Yatim dan Menolong Orang Miskin

Bani Israil juga diwajibkan untuk memerhatikan anak yatim dan orang miskin. Anak yatim harus diasuh dan dididik dengan kasih sayang, terutama jika ibunya tidak mampu mengurus sendiri. Harta warisan anak yatim pun harus dijaga agar dapat dimanfaatkannya dengan baik ketika dewasa.

Demikian pula terhadap orang miskin, tidak seharusnya dibiarkan dalam kesusahan. Mereka yang memiliki kelebihan rezeki hendaknya menolong dan membantu agar orang miskin dapat bangkit dan hidup mandiri.

5. Berkata dan Bersikap Baik kepada Sesama Manusia

Allah juga memerintahkan agar setiap manusia berkata dan bersikap baik kepada sesama. Kebaikan bukan hanya berbicara dengan sopan, tapi juga menolong, memberi nasihat, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.

Dalam masyarakat yang sehat, orang berilmu membimbing yang kurang paham, dan yang salah diarahkan menuju yang benar. Dari sinilah terbangun kehidupan yang saling menghormati dan memperbaiki diri.

6. Mendirikan Salat

Perintah berikutnya adalah mendirikan salat. Ibadah ini menjadi sarana untuk mempererat hubungan manusia dengan Tuhannya. Melalui salat, umat diingatkan untuk terus mengingat Allah dan menegakkan janji-janji kebaikan yang telah disebutkan sebelumnya. Salat juga menjaga hati agar tetap bersih dari perbuatan yang melanggar perintah-Nya.

7. Menunaikan Zakat

Selain salat, Allah juga memerintahkan untuk menunaikan zakat. Zakat berarti membersihkan harta dari hak orang lain, membersihkan hati dari sifat kikir, dan membersihkan hubungan sosial antara yang kaya dan miskin.

Dengan zakat, tumbuh kasih sayang dari yang mampu kepada yang membutuhkan, serta hilang rasa iri dan dendam di antara mereka.

Pelanggaran Janji oleh Bani Israil

Namun, setelah semua janji itu ditegaskan, sebagian besar dari Bani Israil melanggarnya. Mereka mempersekutukan Allah dengan harta, kedudukan, dan kekuasaan. Anak-anak banyak yang durhaka kepada orang tua, hubungan keluarga terputus, anak yatim dan fakir miskin ditelantarkan, nasihat diabaikan, maksiat merajalela, salat dilalaikan, dan zakat tidak ditunaikan.

Hanya sedikit di antara mereka yang tetap setia memegang janji. Orang-orang yang mengingatkan malah sering dicemooh, dianggap tidak pandai menyesuaikan diri dengan keadaan. Maka ajaran agama pun tinggal nama, kehilangan makna yang sebenarnya.

Peringatan untuk Umat Islam

Masih dari Tafsir Al Azhar, dijelaskan bahwa ayat ini merupakan peringatan bagi Bani Israil sekaligus bagi umat Nabi Muhammad SAW. Isi perjanjian itu sejalan dengan pokok ajaran Islam, yakni menyembah Allah Yang Maha Esa, menghormati orang tua, menjaga keluarga, memperhatikan anak yatim dan fakir miskin, berkata baik kepada sesama, mendirikan salat, dan menunaikan zakat.

Karena itu, umat Islam seharusnya merenungkan, apakah peringatan ini telah dijadikan pedoman hidup, atau justru dilupakan sebagaimana dulu Bani Israil melupakan janjinya.

Ayat ini mengajak setiap orang untuk bercermin dan kembali berpegang teguh pada ajaran Allah agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.




(inf/erd)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads