Setiap kisah dalam Al-Qur'an memiliki pelajaran yang berharga bagi manusia di setiap masa. Melalui kisah-kisah itu, Allah menunjukkan akibat dari keingkaran serta kemuliaan bagi orang yang teguh beriman.
Salah satu kisah yang dapat diambil pelajarannya adalah kisah kaum Yasin atau dikenal juga dengan sebutan Ashabul Qaryah, penduduk sebuah negeri yang mendustakan para utusan Allah hingga akhirnya ditimpa azab.
Tiga Rasul dan Kaum yang Ingkar
Berdasarkan kitab Qishashul Anbiya oleh Ibnu Katsir, kisah ini bermula ketika Allah mengutus tiga orang rasul, yakni Shadiq, Mashduq, dan Syalum, kepada suatu kaum untuk menyeru mereka agar menyembah-Nya semata. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Yasin ayat 13-14:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya, kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga."
Namun, penduduk negeri itu menolak dengan alasan bahwa para rasul hanyalah manusia biasa. Mereka menuduh para utusan sebagai pendusta dan bahkan mengancam akan merajam serta menyiksa mereka jika tidak berhenti berdakwah.
Meski mendapat penolakan keras, para rasul itu tetap tegas dan sabar. Mereka menegaskan bahwa tugas mereka hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas, bukan memaksa siapapun untuk beriman. Namun, kaum tersebut semakin sombong dan menutup diri dari kebenaran.
Datangnya Seorang Mukmin dari Ujung Kota
Masih dikutip dari sumber sebelumnya, di tengah penentangan yang memuncak, muncullah seorang laki-laki dari ujung kota dengan hati yang tulus membela kebenaran. Di dalam Al-Qur'an diceritakan:
"Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang yang tiada meminta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Yasiin: 20-21)
Laki-laki itu bernama Habib an-Najar, seorang tukang kayu yang dermawan dan dikenal karena ketulusannya. Ia menyeru kaumnya agar hanya menyembah Allah, Tuhan yang menciptakan manusia dan tempat semua akan kembali.
Dengan keyakinan yang kuat, ia berkata:
"Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah." (QS. Yasin: 25)
Namun seruannya tersebut tidak menggugah hati kaumnya. Mereka justru memusuhinya dan menyerangnya hingga meninggal dunia. Ada yang mengatakan ia dirajam, ada pula yang menyebut dicekik atau diinjak sampai wafat.
Kematian Habib an-Najar menunjukkan bahwa iman sejati tidak memerlukan kekuasaan atau banyak pengikut. Satu orang yang tulus sudah cukup menjadi saksi kebenaran di tengah banyaknya penentang.
Kisah ini tidak berhenti pada kematian Habib an-Najar. Justru dari sanalah ganjaran Allah mulai tampak. Setelah ia wafat, Allah berfirman:
"Dikatakan kepadanya: Masuklah ke surga." (QS. Yasin: 26)
Habib langsung memperoleh tempat mulia di sisi Allah. Saat melihat keindahan surga dan ampunan yang diberikan kepadanya, ia berkata:
"Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan." (QS. Yasiin: 26-27)
Betapa lembut hatinya, bahkan setelah dibunuh, ia masih berharap kaumnya mendapat petunjuk agar tidak mengalami nasib serupa.
Azab bagi Kaum Yasin yang Ingkar
Dijelaskan dalam sumber sebelumnya, kaum Yasin tetap dalam kesesatan hingga akhirnya azab Allah datang menimpa mereka. Tanpa peringatan panjang, hanya dengan satu suara keras, seluruh penduduk negeri itu musnah.
"Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati." (QS. Yasiin: 29)
Tidak ada pasukan langit, tidak pula malaikat yang turun membawa hukuman. Cukup satu perintah dari Allah, dan segalanya berakhir. Begitulah cepatnya kehancuran datang bagi orang yang menolak kebenaran setelah diberi kesempatan untuk beriman.
(inf/erd)












































Komentar Terbanyak
Penjelasan Kemenag soal Penetapan Waktu Subuh di Indonesia
Hukum Memelihara Anjing di Rumah Menurut Hadits dan Pendapat 4 Mazhab
Eks Sekjen Kemenag Kritik Kemenhaj soal Skema Daftar Tunggu Antrean Haji