Kisah Nabi Ibrahim AS Melawan Raja Namrud yang Sombong

Kisah Nabi Ibrahim AS Melawan Raja Namrud yang Sombong

Indah Fitrah - detikHikmah
Jumat, 12 Sep 2025 05:00 WIB
Kisah Abu Thalhah yang patut menjadi teladan anak
Ilustrasi kisah Nabi. Foto: Getty Images/iStockphoto/irayoflight
Jakarta -

Raja Namrud dikenal sebagai penguasa besar yang memimpin selama berabad-abad. Kekuasaan yang luas membuatnya sombong hingga berani menganggap dirinya sebagai Tuhan.

Para ahli tafsir dan sejarah menyebutkan bahwa Namrud adalah raja Babilonia. Ada yang menuliskan namanya Namrud bin Kan'an bin Kausy bin Sam bin Nuh, sementara pendapat lain menyebut Namrud bin Falih bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.

Mujahid menambahkan, kesombongannya semakin menjadi karena ia termasuk dalam empat raja yang menguasai hampir seluruh dunia. Dua dari mereka beriman, yaitu Dzul Qarnain dan Nabi Sulaiman AS. Sedangkan dua lainnya kafir, yakni Namrud dan Fir'aun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Al-Qur'an, nama Namrud tidak disebut secara langsung. Namun, ia diyakini sebagai raja yang berdebat dengan Nabi Ibrahim AS dalam Surah Al-Baqarah ayat 258.

ADVERTISEMENT

Kisah Raja Namrud dan Nabi Ibrahim

Dalam buku Kisah Para Nabi oleh Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang awal mula kisah Raja Namrud dan Nabi Ibrahim. Mulanya, Nabi Ibrahim AS mengajak Namrud untuk beriman kepada Allah SWT. Sayangnya, Namrud menolak dan mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Allah mengabadikan dialog tersebut dalam firman-Nya surah Al-Baqarah ayat 258:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ

Arab latin: Alam tara ilal-lażī ḥājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk(a), iż qāla ibrāhīmu rabbiyal-lażī yuḥyī wa yumīt(u), qāla ana uḥyī wa umīt(u), qāla ibrāhīmu fa innallāha ya'tī bisy-syamsi minal-masyriqi fa'ti bihā minal-magribi fabuhital-lażī kafar(a), wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).

Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika Ibrahim berkata, "Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan." (Orang itu) berkata, "Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata, "Kalau begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah ia dari barat." Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

Yang dimaksud Namrud dengan menghidupkan dan mematikan hanyalah kekuasaan duniawi, yaitu membiarkan orang tetap hidup atau menjatuhkan hukuman mati. Sedangkan yang dimaksud Nabi Ibrahim adalah kuasa Allah yang menciptakan kehidupan dari ketiadaan dan mematikan makhluk yang hidup. Ketika ditantang untuk menerbitkan matahari dari barat, Namrud tidak bisa menjawab.

Riwayat dari Abdurrazaq melalui Ma'mar dari Zaid bin Aslam menyebutkan, suatu ketika Namrud mengadakan jamuan besar untuk rakyatnya. Nabi Ibrahim AS pun datang memenuhi undangan tersebut. Namun, perdebatan terjadi antara keduanya sehingga Nabi Ibrahim tidak diberi makanan hingga pesta berakhir.

Dalam perjalanan pulang, Nabi Ibrahim AS hanya membawa pasir di kantongnya sambil berkata dalam hati bahwa kepulangannya mungkin akan membuat keluarganya susah. Namun, ketika sampai di rumah, beliau mendapati istrinya, Sarah, sudah memasak makanan dari bahan yang ada di kantong tersebut. Saat itu Nabi Ibrahim AS sadar bahwa Allah SWT telah menggantikan pasir itu menjadi rezeki.

Menurut riwayat dari Zaid bin Aslam, Allah mengutus malaikat agar Namrud beriman, tetapi ia menolak hingga tiga kali. Pada akhirnya malaikat berkata, "Kumpulkan pasukanmu, dan aku pun akan mengumpulkan pasukanku."

Keesokan harinya, Namrud benar-benar mengerahkan bala tentaranya. Namun, Allah mengirimkan pasukan berupa nyamuk yang jumlahnya sangat banyak. Nyamuk-nyamuk itu menyerang, menghisap darah, bahkan melumat tubuh pasukan Namrud hingga tersisa tulang belulang.

Seekor nyamuk masuk ke hidung Namrud dan menetap di kepalanya selama 400 tahun. Selama itu pula ia memukuli kepalanya dengan besi agar rasa sakitnya berkurang. Hingga akhirnya, ia binasa dengan cara yang hina, ditaklukkan hanya oleh seekor nyamuk.

Naudzubillahi min dzalik, demikianlah akhir tragis penguasa sombong yang menentang Allah SWT.




(inf/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads