Dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW, terdapat seorang sahabat yang memiliki rupa dan fisik yang jauh dari kesempurnaan. Wajahnya buruk, tubuhnya pendek dan bungkuk, kulitnya hitam, serta hidup dalam kemiskinan tanpa diketahui asal-usulnya.
Sahabat tersebut adalah Julaibib, seorang pria tanpa nasab dan tidak dikenal dari suku mana pun, namun sangat dicintai oleh Rasulullah SAW. Dengan kasih sayang Nabi, Julaibib akhirnya dinikahkan dengan seorang wanita cantik dan salihah, membuktikan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak diukur dari rupa maupun harta.
Keminderan Julaibib
Terdapat sebuah kisah tentang Julaibib yang merasa minder dan tidak menikah karena fisiknya buruk rupa dan hidup dalam kemiskinan. Ia juga tidak mengetahui asal-usul keluarganya sehingga semakin membuatnya terpinggirkan dari masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku 99 Asmaul Husna Kisah dan Mukjizat karya Chris Oetoyo, dikisahkan bahwa penampilan dan keseharian Julaibib membuat banyak orang enggan mendekatinya.
Fisiknya yang tampak memprihatinkan, wajah yang tidak sedap dipandang, tubuh yang pendek dan bungkuk, kulitnya yang gelap, serta kehidupannya yang penuh kemiskinan seolah semakin mengasingkannya.
Kain usangnya dan pakaian lusuh yang menempel di tubuhnya menjadi saksi bisu betapa berat hari-harinya dijalani.
Suatu hari, ketika Julaibib tengah berada di selasar Masjid Nabawi, Rasulullah SAW menghampirinya dan dengan suara penuh kelembutan bertanya, "Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?"
Sapaan penuh kasih itu seakan menghangatkan hati Julaibib yang lama gersang. Dengan senyum yang tulus, Julaibib menjawab, "Siapakah yang akan sudi menikahkan putrinya denganku, wahai Rasulullah?"
Tak ada nada putus asa ataupun keluhan dalam ucapannya, hanya ketundukan yang penuh keikhlasan kepada takdir.
Menikah dengan Wanita Cantik
Dikisahkan dalam buku Jangan Berhenti Mencoba karya Nasrul Yung, Pada hari-hari berikutnya, Julaibib kembali bertemu dengan Rasulullah SAW di Masjid Nabawi.
Dengan kelembutan yang sama, Nabi bertanya, "Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?" Pertanyaan itu diulang selama tiga hari berturut-turut dan setiap kali pula Julaibib menjawab dengan senyuman pasrah yang penuh keikhlasan.
Di hari ketiga, Rasulullah SAW menggenggam tangan Julaibib dan membawanya ke rumah seorang tokoh Anshar.
Setibanya di sana, Nabi menyampaikan maksud kedatangannya, "Aku ingin menikahkan putri kalian." Mendengar hal itu, sang tuan rumah berseri-seri penuh suka cita, mengira bahwa Rasulullah sendiri yang akan menjadi menantunya.
"Alangkah indah dan berkahnya ini," ucapnya penuh harap. Namun, kegembiraan itu seketika berubah saat Rasulullah melanjutkan, "Bukan untukku. Aku hendak meminang putri kalian untuk Julaibib."
Sang ayah terperangah dan hampir tak percaya, begitu pula istrinya yang kemudian menolak tegas.
"Bagaimana mungkin? Dengan Julaibib?" seru mereka, mengingat keadaan Julaibib yang tanpa nasab, miskin, dan berwajah lacak.
Namun dari balik tirai, sang putri cantik yang mendengar semua perbincangan itu angkat suara dengan keteguhan hati, "Siapa yang memintanya?"
Saat mengetahui bahwa yang memintanya adalah Rasulullah SAW, si gadis dengan penuh keyakinan berkata, "Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, aku menerima."
Rasulullah SAW pun memanjatkan doa untuknya dengan penuh kasih, "Ya Allah, limpahkanlah kebaikan yang penuh berkah atas dirinya, dan jangan Engkau timpakan kesusahan dalam hidupnya."
Pernikahan pun dilangsungkan antara Julaibib yang sederhana dan gadis cantik Madinah itu. Cinta di antara mereka bukanlah karena rupa atau harta, melainkan karena ketaatan mereka kepada Rasulullah SAW, di bawah naungan cinta kepada Allah dan utusan-Nya.
Wallahu a'lam.
(hnh/inf)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal