Kisah Pemimpin Adil Ali bin Abi Thalib dan Baju Zirahnya yang Hilang

Kisah Pemimpin Adil Ali bin Abi Thalib dan Baju Zirahnya yang Hilang

Devi Setya - detikHikmah
Rabu, 11 Okt 2023 05:45 WIB
hikmah
Ilustrasi baju perang Ali bin Abi Thalib Foto: Getty Images/iStockphoto/Wirestock
Jakarta -

Banyak kisah yang menceritakan sikap bijaksana yang dimiliki Ali bin Abi Thalib. Dalam sebuah kisah, Ali bin Abi Thalib menunjukkan sikap adilnya bahkan ketika melihat baju miliknya yang hilang dan kemudian dikenakan oleh orang lain.

Mengutip buku Kisah Hidup Ali Ibn Abi Thalib oleh Mustafa Murrad dikisahkan suatu hari, Amirul Mukminin melihat baju zirahnya, yang telah lama hilang, ada pada seorang Nasrani. la tidak tahu, bagaimana baju perangnya itu bisa berada di tangan Nasrani itu.

Ia berusaha meminta baju zirahnya dan menjelaskan bahwa baju zirah itu miliknya. Namun, Nasrani itu enggan memberikan dan bersikukuh mengatakan bahwa itu baju miliknya. Akhirnya, Ali ibn Abu Thalib membawa laki-laki itu ke pengadilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di pengadilan, Ali bin Abi Thalib bertemu Qadi atau Khadi yakni seorang hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam.

Khadinya saat itu adalah Syarih. Kadi berkata kepada laki-laki Nasrani itu, "Apa pembelaanmu, atas apa yang dikatakan oleh Amirul Mukminin?"

ADVERTISEMENT

Nasrani itu berkata, "Baju zirah ini milikku. Amirul Mukminin tidak berhak menuduhku."

Syarih berpaling kepada Ali dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, apakah kau punya bukti?"

Ali ra. tertawa dan berkata, "Ya, engkau benar Syarih, aku tidak punya bukti apa-apa."

"Atau, adakah saksi yang mendukung tuduhanmu?"

"Ada, anakku al-Hasan."

"la tidak dapat menjadi saksi bagimu."

"Bukankah kau pernah mendengar sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Umar bahwa al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemimpin pemuda ahli surga?"

"Meski begitu, tetap saja ia tidak berhak menjadi saksi untukmu."

Akhirnya Syarih memutuskan bahwa baju zirah itu milik si Nasrani.

Laki-laki Nasrani itu mengambil baju zirah itu, lalu berjalan pulang ke rumahnya. Namun, belum lagi jauh, ia kembali menemui keduanya dan berkata, "Aku bersaksi bahwa hukum seperti ini adalah hukum para nabi. Amirul Mukminin membawaku kepada hakim yang diangkat olehnya dan ternyata hakimnya itu menetapkan keputusan yang memberatkannya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Baju zirah ini, demi Allah, ini adalah baju zirahmu, wahai Amirul Mukminin. Aku mengikuti pasukan dan saat itu kau pergi ke Shiffin, dan aku mengambil beberapa barang dari kendaraanmu."

Ali berkata, "Karena kau telah berislam, baju zirah ini untukmu."

Mendengar perkataan Ali, laki-laki itu lalu membawa baju zirahnya dengan senang.

Kendati telah dibaiat dan ditetapkan sebagai khalifah, Ali ibn Abu Thalib tidak pernah berlaku sewenang-wenang. la selalu menempatkan setiap urusan pada tempatnya dan mendelegasikan wewenang kepada orang yang tepat.

Kasus baju zirah itu membuktikan keadilan Ali. la tidak mau mencampuri atau memengaruhi keputusan khadi pengadilan. Dan yang sangat menakjubkan, Syarih, yang menjadi khadi saat itu, tidak merasa takut kepada Amirul Mukminin dan tetap menjalankan tugasnya tanpa terpengaruh oleh kedudukan Ali.

Kedaulatan pemerintahan Ali ibn Abu Thalib berdiri di atas landasan keadilan. Selama masa kekuasaannya, tidak pernah ada seorang pun yang dizalimi kemudian diabaikan atau tidak ditolong oleh penguasa.

Khalifah senantiasa menjaga amanatnya dengan baik dan melindungi seluruh rakyatnya dari penindasan dan kezaliman. Ketika memilih para khadi yang dianggap layak memimpin lembaga peradilan di wilayah Islam, Khalifah Ali turun langsung menguji mereka dan meneliti keadaan serta kecakapan mereka dalam bidang hukum.

Ia juga memperhatikan akhlak dan perilaku keseharian para calon khadi ini. Ia pernah berkata kepada seorang khadi, "Apakah kau mengetahui ayat yang menasakh dan ayat yang dinasakh?"

Ia menjawab, "Tidak."

Ali berkata, "Celakalah engkau dan kau akan mencelakakan orang lain."

Abu al-Aswad al-Du'ali pernah diangkat sebagai khadi namun kemudian dipecat. Ia berkata kepada Ali, "Mengapa engkau memecatku, sedangkan aku tidak berkhianat dan tidak berbuat salah?"

Ali ra. menjawab, "Aku pernah melihatmu membentak-bentak dua orang yang bertikai."

Di masa kepemimpinannya, Ali memilih langsung orang-orang yang menjadi khadi dan dipercayainya untuk memimpin lembaga peradilan.






(dvs/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads