Jabatan Muawiyah saat Tolak Kekhalifahan Ali RA

Jabatan Muawiyah saat Tolak Kekhalifahan Ali RA

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Jumat, 22 Sep 2023 08:00 WIB
Ilustrasi Perang Badar
Ilustrasi Muawiyah saat menolak kekhalifahan Ali RA. Foto: ilustrasi: Fauzan Kamil/detikcom
Jakarta -

Pengangkatan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA tidak berjalan dengan mulus. Ia mendapat beberapa penolakan dari berbagai pihak, salah satunya dari Muawiyah.

Ali bin Abi Thalib RA adalah Khulafaur Rasyidin terakhir menggantikan Khalifah Utsman bin Affan RA. Ia diangkat menjadi khalifah pada tahun 655 M, tahun yang sama dengan meninggalnya khalifah yang ketiga.

Dalam sejumlah kitab-kitab Tarikh disebutkan, penolakan kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA berasal dari banyak pihak terutama pihak keluarga Utsman bin Affan RA. Mereka menuntut agar pelaku pembunuhan Utsman bin Affan RA dihukum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hukuman ini tidak disetujui oleh Ali bin Abi Thalib RA sebab anak angkatnya, Muhammad bin Abi Bakar, terlibat dalam pembunuhan tersebut. Akhirnya, peperangan antar saudara pun terjadi di bawah kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.

Awal Mula Penolakan Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA

Sebelum terjadinya perang saudara di bawah kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA, permasalahan sudah terlebih dahulu terjadi di masa Khalifah Utsman bin Affan RA.

ADVERTISEMENT

Dalam buku Sejarah Pemikiran Islam yang ditulis oleh Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, semua ini bermula dari kesalahan yang dibuat Utsman bin Affan RA dalam mengangkat pejabat-pejabat di kepemimpinannya.

Masa enam tahun kekhalifahan Utsman bin Affan RA dinilai berjalan dengan lancar dan baik. Namun pada tahun ketujuh, Utsman telah melakukan kesalahan besar dengan mengangkat beberapa saudaranya untuk menduduki posisi politik dalam pemerintah.

Kebijakan ini mendapat banyak protes karena dianggap sebagai bentuk nepotisme dan koruptif. Oleh karena itu, beberapa tokoh terkemuka mendesak untuk perbaikan keadaan.

Utsman bin Affan RA ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Ia akhirnya terbunuh secara menyedihkan saat membaca Al-Qur'an di rumahnya. Buntut pembunuhan ini lantas berlanjut hingga kekhalifahan selanjutnya, yakni kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA.

Penolakan Muawiyah atas Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA

Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan RA, kepemimpinan umat Islam berlanjut untuk dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib RA. Namun pengangkatan ini mendapat penolakan dari beberapa pihak.

Kepemimpinan baru ini ditolak oleh tokoh terkemuka seperti Thalhah dan Zubair, dengan dukungan politik dari Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW. Peperangan pun terjadi di antara mereka. Peperangan ini disebut dengan Perang Jamal dan terjadi pada tahun 656 M.

Setelah kelompok oposisi ini berhasil dipatahkan, muncul penolakan lainnya yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.

Jabatan Muawiyah saat menolak kekhalifahan Ali adalah sebagai gubernur Damaskus (Suriah). Posisi ini ia dapatkan di masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA.

Keluarga Muawiyah menentang Ali bin Abi Thalib RA sebab mereka khawatir kekayaan dan kesenangan mereka akan hilang atau lenyap karena keadilan yang akan dijalankan oleh khalifah Ali, jelas buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap oleh Rizem Aizid.

Muawiyah bin Abi Sufyan mendapat dukungan penuh dari keluarga Utsman bin Affan RA sebab mereka menolak kekhalifahan Ali dengan menuntut agar pembunuh Utsman RA segera dihukum, seperti diceritakan dalam buku Mazhab Asy'ariyah-Maturidiyah: Biografi Abu Hasan al-Asy'ari & Abu Mansur al-Maturidi oleh Imron Mutofa.

Masalahnya, salah satu anak angkat Ali bin Abi Thalib RA yang bernama Muhammad bin Abi Bakar ikut terlibat dalam pembunuhan Utsman bin Affan RA. Dirinya malah diangkat menjadi Gubernur Mesir oleh ayah angkatnya sendiri.

Dijelaskan dalam buku Teologi Islam: Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-Tokohnya karya Ris'an Rusli, bahwa perang antara Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah akhirnya tak dapat terhindarkan. Keduanya berperang di Irak pada tahun 658 M dalam perang yang bernama Perang Siffin.

Kemenangan hampir diraih oleh Ali bin Abi Thalib RA, namun gagal karena perilaku licik dan cerdik dari Amr bin Ash. Ia menipu khalifah Ali dengan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah dan mencopot jabatan Ali secara sepihak. Karena merasa tertipu, Ali bin Abi Thalib RA tidak mau melepaskan jabatannya sebagai khalifah sampai dirinya wafat terbunuh pada tahun 661 M.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads