Sebelum hijrahnya Rasulullah, kota Madinah dulunya bernama Yastrib. Kota ini berjarak sekitar 300-400 km di sebelah utara Mekah, dan memiliki geografis yang lebih baik. Sehingga Madinah merupakan pusat perdagangan.
Kota Madinah juga dulunya dikuasai oleh bangsa Yahudi dan kelompok Kristen. Setelah terjadinya Baiat Aqabah pertama di tahun ke-12 kenabian, baru ada 12 orang yang memeluk Islam dari kaum Anshar.
Dilansir dari buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah oleh Khalid Muhammad Khalid, Nabi SAW mengutus seorang sahabat ke Madinah. Dialah Mush'ab bin Umair, sahabat yang memiliki kecerdasan pikiran juga akhlak mulia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mush'ab ditugaskan untuk mengajarkan agama Islam serta bacaan Al-Qur'an kepada orang beriman yang telah berbaiat kepada Rasulullah. Ia juga diberi amanah agar mengajak penduduk Madinah kepada Islam serta menyiapkan penyambutan untuk hijrah Nabi.
Ia bergaul dengan penduduk Madinah dan menjalin hubungan yang kuat. Mereka terkesan dengan sifat zuhud, keluhuran, dan ketulusan Mush'ab, hingga hati orang-orang Madinah tergugah dan berbondong-bondong masuk Islam.
Di Madinah, ia tinggal di rumah As'ad bin Zararah sebagai tamu. Keduanya mendatangi sejumlah kaum, rumah dan majelis untuk membacakan kitab Allah, yakni Al-Qur'an di depan para penduduk. Mush'ab dan As'ad menyampaikan kalimat Allah, "Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa". Cara penyampaian keduanya pun begitu lembut.
Ada sebuah kisah mengenai dakwah Mush'ab bin Umair yang masih dikutip dari buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah.
Suatu ketika Mush'ab sedang menyampaikan nasihat kepada kaum muslim, datanglah Usaid bin Hudhair, tokoh Bani Asyhal. Usaid membawa tombak, ia marah kepada Mush'ab yang datang ke Madinah untuk mengajak kaumnya meninggalkan tuhan mereka.
Melihat emosi Usaid yang membara, kaum muslim yang berada dalam majelis merasa khawatir. Namun Mush'ab bin Umair tetap tenang.
Usaid berdiri di hadapan Mush'ab dan As'ad bin Zararah dengan kemarahan dan berkata, "Untuk apakah kalian datang ke desa kami? Apakah kalian hendak membodohi orang-orang lemah dari kami? Pergilah dari desa kami jika kalian tidak ingin kehilangan nyawa!".
Mush'ab pun menjawab dengan ucapan yang baik, ia berkata, "Tidakkah Anda mau duduk dan mendengarkan dulu? Sekiranya Anda senang dengan yang kami bawa, Anda dapat menerimanya. Namun, jika Anda tidak suka, kami akan menghentikan apa yang tidak Anda sukai".
Usaid melihat bahwa Mush'ab bin Umair hanya akan mengajaknya berdialog, ia pun melemparkan tombaknya ke tanah lalu duduk dan mendengarkan baik-baik. Kemudian Mush'ab membaca Al-Qur'an dan menjelaskan seputar dakwah yang dibawa oleh Rasulullah.
Ia meresapi keindahan dan kebenaran Al-Qur`an yang dibacakan oleh Mush'ab. Ia dan beberapa pengikutnya berkata, "Alangkah bagus dan benarnya ucapan itu. Apakah yang harus dilakukan oleh orang yang ingin memeluk agama ini?"
Mush'ab menjawabnya, "Hendaklah ia menyucikan pakaian dan tubuhnya lalu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah".
Usaid lalu pergi dari majelis itu dalam waktu cukup lama. Setelah kembali, rambutnya basah bekas air bersuci. Ia berdiri dan mengumumkan pengakuan bahwa dirinya bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Berita keislaman Usaid tersebar cepat. Datanglah Sa'ad bin Mu'adz untuk mendengarkan kata-kata Mush'ab. Setelah mendengar uraian Mush'ab, ia pun merasa puas lalu masuk Islam. Setelah itu, diikuti oleh Sa'd bin 'Ubadah.
Penduduk Madinah berdatangan satu sama lain dan saling bertanya, "Jika Usaid bin Hudhair, Sa'd bin Mu'adz, dan Sa'd bin 'Ubadah telah masuk Islam, lalu apa lagi yang kita tunggu? Mari kita segera mendatangi Mush'ab untuk beriman bersamanya. Orang-orang berkata bahwa kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya".
Setelah setahun Mush'ab bin Umair di Madinah, sudah banyak penduduk yang memeluk agama Islam. Dan pada musim haji berikutnya, kaum muslim Madinah mengirim delegasi yang mewakili mereka untuk bertemu dengan Rasulullah.
Perwakilan ini terdiri dari 70 laki-laki dan dua perempuan, dan datang kepada Rasulullah untuk melakukan Baiat Aqabah kedua. Wallahu a'lam.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana