Utsman bin Affan, Sahabat yang Dermawan dan Pemilik Dua Cahaya

Utsman bin Affan, Sahabat yang Dermawan dan Pemilik Dua Cahaya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Kamis, 21 Nov 2024 05:00 WIB
Utsman bin Affan biografi
Foto: ilsutrasi by Fuad Hasyim/detikcom
Jakarta -

Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Islam. Sebagai khalifah ketiga, ia dikenal karena kebaikan, kedermawanan, dan akhlak mulianya.

Kehidupannya yang penuh dengan keteguhan pada Islam menjadikannya salah satu sosok paling dihormati di kalangan muslim pada masanya. Berikut riwayat hidup lengkap Utsman bin Affan dan keistimewaan yang dimilikinya.

Riwayat Hidup Utsman bin Affan

Merangkum buku Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Sa'id Mursi terjemahan Khoirul Amru Harahap, nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf, biasa dipanggil Abu Abdillah, ia lahir di Makkah lima tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW atau lima tahun setelah peristiwa pasukan gajah yang menyerang Ka'bah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Utsman dikenal sebagai sosok yang tampan, dengan kulit halus dan putih, jenggot lebat, bagian depan kepala botak, dan tangan yang kekar. Ia termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga dan juga salah satu juru tulis wahyu (Al-Qur'an). Ia ikut salat menghadap dua kiblat dan berhijrah dua kali.

Dzu An-Nurain (pemilik dua cahaya) adalah gelar yang diberikan kepadanya, karena ia menikahi dua putri Rasulullah SAW. Pertama, ia menikahi Ruqayyah, dan setelah Ruqayyah meninggal, ia menikahi Ummu Kultsum.

ADVERTISEMENT

Rasulullah SAW pernah mengatakan, "Seandainya kami memiliki tiga (putri), niscaya kami akan menikahkan dia dengan Anda,"

Utsman bin Affan terkenal sebagai pribadi yang pemalu. Suatu hari, ketika Rasulullah SAW tidur terlentang dengan kedua betis terbuka, Abu Bakar dan Umar meminta izin masuk, dan Rasulullah tetap dalam posisi tersebut.

Namun, ketika Utsman meminta izin, Rasulullah SAW langsung menutup betisnya sambil berkata, "Bagaimana aku tidak merasa malu kepada orang yang malaikat saja malu kepadanya?" (HR. Muslim).

Selain itu, Utsman juga dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan. Pada perang Al-Asrah, ia menanggung semua perlengkapan separuh pasukan Muslim. Ia mendermakan 300 ekor onta, 50 ekor kuda beserta perlengkapannya, serta 1000 dinar yang diberikan langsung di hadapan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW pun mendoakannya, "Mudah-mudahan setelah ini, Utsman melakukan lebih banyak lagi" (HR. At-Tirmidzi).

Utsman sangat takut terhadap azab Allah SWT. Ia pernah berkata, "Seandainya aku berada di antara surga dan neraka, lalu aku tidak tahu ke mana aku akan disuruh masuk, maka aku akan memilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana aku akan dimasukkan."

Rasulullah SAW pernah memberitakan bahwa Utsman akan masuk surga dan akan menghadapi fitnah serta terbunuh secara zalim. Utsman senantiasa bermunajat kepada Allah agar diberi kekuatan untuk bersabar menghadapi fitnah tersebut.

Utsman berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Al-Qur'an. Ia menghimpun umat untuk menggunakan mushaf yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar, lalu memerintahkan penyalinan mushaf tersebut dan membagikannya ke berbagai daerah. Semua mushaf lainnya dibakar.

Pada masa pemerintahannya, Utsman membuat perubahan besar. Ia adalah orang pertama yang memperluas bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Ia juga membangun pangkalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, serta mendirikan gedung peradilan. Pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, sidang peradilan masih dilaksanakan di masjid.

Utsman juga yang pertama kali mendahulukan khutbah dalam salat Ied dan menambah adzan pada salat Jum'at. Ia juga meriwayatkan 146 hadits dari Nabi SAW.

Dalam kehidupan rumah tangganya, Utsman menikahi 8 wanita, empat di antaranya meninggal dunia. Mereka adalah Fakhitah, Ummu Banin, Ramlah, dan Naelah.

Utsman memiliki 17 orang anak, 9 di antaranya laki-laki dan 8 perempuan.

Keislaman Utsman bin Affan

Dalam buku Kisah Utsman bin Affan yang disusun oleh Ahmad Abdul Al-thanthawi terjemahan Tubagus Kesa diceritakan, ketika mendengar berita bahwa Rasulullah SAW telah menikahkan putrinya, Ruqayyah RA, dengan putra pamannya (putra Abu Lahab), Utsman bin Affan sangat menyayangkan hal tersebut. Ia merasa tidak dapat mendahului untuk menikahi Ruqayyah RA dan tidak mendapatkan perilaku mulia serta keluarga yang terhormat tersebut.

Utsman bin Affan pulang dengan perasaan sedih. Di rumah, ada bibinya, Sa'da binti Kuraiz, seorang wanita tua yang bijaksana dan teguh. Bibi itu menghibur Utsman dengan kabar gembira tentang munculnya seorang nabi yang akan menghapus penyembahan berhala dan mengajak untuk menyembah Allah SWT Yang Maha Esa. Dia juga mendorong Utsman untuk mengikuti ajaran nabi tersebut, dan memberi tahu bahwa Utsman akan memperoleh keberuntungan jika mengikuti jalan tersebut.

Utsman kemudian menceritakan apa yang dikatakan bibinya kepada Abu Bakar. Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, wahai Utsman, bibimu benar. Engkau adalah seorang yang cerdas dan teguh. Kebenaran tidak akan tersembunyi darimu." Abu Bakar kemudian bertanya, "Apa pendapatmu tentang berhala-berhala yang kita sembah? Bukankah mereka hanya batu yang tidak bisa mendengar atau melihat?" Utsman menjawab, "Benar."

Abu Bakar melanjutkan, "Memang, apa yang dikatakan bibimu itu benar. Allah telah mengutus seorang nabi yang membawa petunjuk dan kebenaran." Utsman pun bertanya, "Siapakah dia?" Abu Bakar menjawab, "Nabi itu adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib." Utsman terkejut, "Apakah dia orang yang jujur dan terpercaya itu?" tanya Utsman. "Benar, dialah orangnya," jawab Abu Bakar.

Utsman kemudian bertanya, "Maukah engkau menemani aku untuk menemui nabi itu?" Abu Bakar menjawab, "Tentu." Keduanya pun pergi untuk menemui Nabi Muhammad SAW.

Saat bertemu dengan Utsman, Nabi SAW bersabda, "Wahai Utsman, ikutilah seruan Allah. Aku adalah utusan Allah untuk kalian dan seluruh umat manusia."

Ketika tangan kanan Utsman bersalaman dengan Nabi SAW dan mendengar sabda beliau, hati Utsman merasakan kedamaian dan keyakinan penuh terhadap risalah yang disampaikan. Kemudian, Utsman pun bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Keistimewaan Utsman bin Affan

Allah SWT memberikan banyak sifat baik, keutamaan yang melimpah, dan ragam perilaku terpuji kepada Utsman bin Affan, sang pemilik "dua cahaya". Ia adalah sosok yang penuh dengan kebaikan dan kehormatan, baik sebelum maupun sesudah memeluk Islam.

Dalam buku Kisah Hidup Utsman ibn Affan yang disusun oleh Mushthafa Murad terjemahan Khalifurrahman Fath, Utsman pernah menuturkannya sendiri, "Sepuluh kebaikan tersimpan di sisi Tuhanku: aku adalah khalifah ketiga dalam Islam, aku menyiapkan jays al-'usrah (pasukan dalam keadaan sulit), aku menghimpun Al-Quran di masa Rasulullah, aku dipercaya Rasulullah untuk menikah dengan salah seorang putrinya, Ruqayyah. Ketika Ruqayyah meninggal, aku dinikahkan lagi dengan putrinya yang lain, Ummu Kultsum. Aku tidak menumpuk harta, aku tidak berdusta, tak pernah kusentuh kemaluanku dengan tangan kanan sejak aku berbaiat kepada Rasulullah. Setiap hari Jum'at kubebaskan seorang budak hingga ketika aku tak memiliki lagi budak, aku membeli budak untuk dibebaskan, dan aku tidak berzina, baik di masa Jahiliah maupun setelah Islam."

Semua keistimewaan ini ia raih berkat kebaikan akhlak, pekerti luhur, dan perilaku terpuji yang dimilikinya. Para sahabat pun berlomba-lomba ingin meraih kedudukan yang sama, namun Utsman lebih dahulu meraihnya.

Keistimewaan lain yang tak terbantahkan adalah bahwa Utsman bin Affan mendapat pengakuan sebagai muslim terbaik ketiga setelah Abu Bakar dan Umar. Abdullah bin Umar RA pernah berkata:

"Bagi kami, di zaman Rasulullah, tidak seorang pun yang menandingi Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman. Para sahabat Rasulullah bersumpah untuk tidak membeda-bedakan mereka satu sama lain."

Salah satu prestasi terbaik Utsman ibn Affan adalah menyatukan gaya bacaan (qira'ah) Al-Quran semua umat Islam. Ia menyusun mushaf Al-Quran sesuai dengan bacaan yang didasarkan Jibril kepada Rasulullah SAW di akhir hayatnya. Rasulullah SAW menyifati Utsman bin Affan sebagai al-shadiq (Kawan) dan al-syahîd (Syahid).

Ketika Rasulullah SAW berada di atas sebuah gunung batu bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair, tiba-tiba gunung batu itu berguncang. Rasulullah SAW bersabda,

"Tenanglah! Karena di sisi kalian ada Nabi, shadîq, dan syahid."




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads