Surah Maryam ayat 30-35 dijelaskan melalui rangkaian firman Allah SWT yang mengisahkan bagaimana Nabi Isa AS berbicara ketika masih dalam buaian atau gendongan. Dalam ayat tersebut nampak penegasan bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah yang diberi kitab dan dijadikan seorang nabi.
Dikutip dari Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an karya Jalaluddin As-Suyuthi, Surah Maryam merupakan surah ke-19 dalam mushaf Al-Qur'an. Surah ini berjumlah 98 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah karena mayoritas ayatnya diturunkan di Makkah. Adapun dua ayat yaitu ayat 58 dan 71 termasuk ayat Madaniyah.
Bunyi Bacaan Surah Maryam Ayat 30-35
Allah SWT berfirman:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰىنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
Latin: Qāla innī 'abdullāh(i), ātāniyal-kitāba wa ja'alanī nabiyyā(n).
Artinya: Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi. (Maryam [19]:30)
وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ
Latin: Wa ja'alanī mubārakan aina mā kunt(u), wa auṣānī biṣ-ṣalāti waz-zakāti mā dumtu ḥayyā(n).
Artinya: Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku, (Maryam [19]:31)
وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا
Latin: Wa barram biwālidatī wa lam yaj'alnī jabbāran syaqiyyā(n).
Artinya: dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka (Maryam [19]:32)
وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا
Latin: Was-salāmu 'alayya yauma wulittu wa yauma amūtu wa yauma ub'aṡu ḥayyā(n).
Artinya: Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali)." (Maryam [19]:33)
ذٰلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚقَوْلَ الْحَقِّ الَّذِيْ فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ
Latin: Żālika 'īsabnu maryam(a), qaulal-ḥaqqil-lażī fīhi yamtarūn(a).
Artinya: Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan. (Maryam [19]:34)
مَا كَانَ لِلّٰهِ اَنْ يَّتَّخِذَ مِنْ وَّلَدٍ سُبْحٰنَهٗ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ۗ
Latin: Mā kāna lillāhi ay yattakhiża miw waladin subḥānah(ū), iżā qaḍā amran fa innamā yaqūlu lahū kun fa yakūn(u)
Artinya: Tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Maha Suci Dia. Apabila hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka, jadilah sesuatu itu. (Maryam [19]:35)
Kandungan Surah Maryam Ayat 30-35
Surah Maryam ayat 30-35 memaparkan penegasan Nabi Isa AS sejak masih dalam buaian bahwa dirinya adalah hamba Allah yang kelak menerima kitab Injil dan diangkat sebagai nabi. Ucapan itu sekaligus menjadi pembelaan atas kesucian Siti Maryam, sebab Allah SWT tidak mungkin mengangkat nabi dari keturunan yang tidak terjaga.
"Sesungguhnya aku adalah hamba Allah Yang Mahakasih. Dia akan memberiku sebuah Kitab Injil sesuai ketetapan-Nya, dan Dia juga akan menjadikan aku seorang nabi untuk menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada Bani Israil."
Nabi Isa AS juga menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikannya sosok yang penuh keberkahan dimanapun ia berada, memerintahkannya untuk mendirikan salat, menunaikan zakat, serta menjadi pribadi yang membawa manfaat bagi manusia selama hidupnya.
"Allah akan menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, karena aku memberi manfaat kepada manusia dan memberi petunjuk kepada mereka ke jalan kebahagiaan; Allah telah memerintahkan aku untuk mendirikan salat karena dalam mendirikan salat itu terkandung perbuatan membersihkan diri dari berbagai macam dosa lahir dan batin, Allah juga memerintahkan aku untuk menunaikan zakat selama aku hidup di dunia. Zakat bertujuan untuk membersihkan harta, jiwa dan memberi bantuan kepada fakir miskin."
Dalam kelanjutan ayat, Nabi Isa AS berdoa agar keselamatan menyertainya pada hari ia dilahirkan, wafat, dan dibangkitkan kembali. Doa ini menggambarkan tiga fase besar kehidupan manusia yang paling berat, namun Allah SWT menjaga hamba yang Dia muliakan.
Meski demikian, sebagian kaum Yahudi dan Nasrani meragukan kisah berbicaranya Nabi Isa AS ketika bayi. Bagi umat Islam, peristiwa itu diterima sebagai kebenaran karena termaktub secara tegas dalam Al-Qur'an, sekaligus menjadi bukti pembebasan Maryam dari tuduhan kaumnya.
Allah SWT kemudian menegaskan kembali hakikat Isa sebagai putra Maryam yang berkata benar, bukan sosok yang disimpangkan kedudukannya oleh sebagian golongan. Ia bukan anak Allah, bukan Tuhan, dan bukan pula tukang sihir sebagaimana dituduhkan.
Ayat terakhir pada rangkaian ini menutup dengan penjelasan bahwa Allah Mahasuci dari memiliki anak. Jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata, "Kun" maka terjadilah. Kekuasaan-Nya tidak bergantung pada sebab-sebab manusiawi, sebagaimana Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, dan menciptakan Isa tanpa ayah sebagai tanda kebesaran-Nya.
Demikian uraian mengenai makna Surah Maryam ayat 30-35 tersebut. Dengan memahami kisah Maryam dan Nabi Isa AS, kita dapat melihat bagaimana Al-Qur'an menampilkan teladan keteguhan iman dan kekuasaan Allah dalam bentuk yang sangat jelas.
(lus/lus)












































Komentar Terbanyak
Sosok Pria Muslim Hentikan Penembakan Massal Yahudi di Pantai Bondi
Benarkah Malaikat Tidak Masuk Rumah yang Ada Anjingnya? Ini Penjelasan Ulama
7 Adab terhadap Guru Menurut Ajaran Rasulullah dan Cara Menghormatinya