Surat Maryam Ayat 30-35 tentang Mukjizat Nabi Isa AS: Arab, Latin, Arti

Surat Maryam Ayat 30-35 tentang Mukjizat Nabi Isa AS: Arab, Latin, Arti

Indah Fitrah - detikHikmah
Jumat, 15 Agu 2025 07:15 WIB
Ilustrasi membaca al quran
Ilustrasi membaca Alquran. Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawpixel
Jakarta -

Surat Maryam Ayat 30-35 menceritakan tentang mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa AS. Di antaranya tentang kelahirannya yang tanpa ayah, serta kemampuannya berbicara saat masih bayi. Mukjizat tersebut menegaskan kemuliaan Nabi Isa AS sekaligus membuktikan kebesaran Allah SWT.

Hal ini dijelaskan dalam buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS hingga Muhammad SAW karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams,

Selengkapnya, simak kandungan yang terdapat pada Surat Maryam ayat 30-35 berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bacaan Surat Maryam 30-35 Arab, Latin dan Artinya

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ ٣٠

ADVERTISEMENT

Arab latin: Qāla innī 'abdullāh, ātāniyal-kitāba wa ja'alanī nabiyyā

Artinya: "Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi."


وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ ٣١

Arab latin: Wa ja'alanī mubārakan aina mā kuntu wa auṣānī biṣ-ṣalāti waz-zakāti mā dumtu ḥayyā

Artinya: "Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku,"

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا ٣٢

Arab latin: Wa barram biwālidatī wa lam yaj'alnī jabbāran syaqiyyā

Artinya: "dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka."

وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا ٣٣

Arab latin: Was-salāmu 'alayya yauma wulittu wa yauma amụtu wa yauma ub'aṡu ḥayyā

Artinya: "Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali)."

ذٰلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚقَوْلَ الْحَقِّ الَّذِيْ فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ ٣٤

Arab latin: żālika 'īsabnu maryam, qaulal-ḥaqqillażī fīhi yamtarụn

Artinya: "Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan."

مَا كَانَ لِلّٰهِ اَنْ يَّتَّخِذَ مِنْ وَّلَدٍ سُبْحٰنَهٗ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ۗ ٣٥

Arab latin: Mā kāna lillāhi ay yattakhiża miw waladin sub-ḥānah, iżā qaḍā amran fa innamā yaqụlu lahụ kun fa yakụn

Artinya: "Tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Mahasuci Dia. Apabila hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka, jadilah sesuatu itu."

Kandungan Surat Maryam Ayat 30-35

Berdasarkan Tafsir Al-Azhar susunan Buya Hamka, Surat Maryam ayat 30-35 menceritakan bahwa ketika Nabi Isa masih bayi dalam gendongan ibunya, beliau tiba-tiba berbicara sehingga membuat semua orang terkejut. Menurut riwayat yang dikutip Al-Qurthubi, setelah mendengar ucapan orang-orang, Isa yang masih menyusu melepaskan mulutnya dari susu ibunya, mengangkat telunjuk kanan, lalu berkata, "Aku adalah hamba Allah."

Ucapan pertama beliau adalah pengakuan bahwa dirinya hamba Allah, sama seperti makhluk lainnya. Isa melanjutkan bahwa Allah telah memberinya Al-Kitab (Injil) dan menjadikannya Nabi. Allah menetapkan baginya kebahagiaan di mana pun berada, baik bagi dirinya maupun bagi orang yang mengikuti seruannya.

Beliau juga diwajibkan melaksanakan salat dan menunaikan zakat selama hidup, serta berbakti kepada ibunya yang saleh, yang telah banyak menderita karena kelahirannya yang luar biasa. Isa menegaskan bahwa ia tidak diciptakan sebagai orang yang sombong atau berbuat kerusakan.

Isa memohon keselamatan pada tiga waktu, yaitu ketika dilahirkan, ketika wafat, dan ketika dibangkitkan kembali. Setelah itu, beliau kembali seperti bayi pada umumnya. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah disebutkan bahwa hanya tiga bayi yang dapat berbicara di masa buaian, salah satunya Nabi Isa.

Allah menegaskan, "Itulah Isa putra Maryam." Kelahirannya adalah ketetapan Allah yang pasti, bukan hasil hubungan manusia, dan merupakan kebenaran yang tak terbantahkan. Namun, manusia kemudian berselisih paham.

Menurut riwayat Abdurrazzaq dari Ma'mar, dari Qatadah, ada empat macam perselisihan tentang Isa.

Pertama, golongan yang mengatakan Isa adalah Allah yang turun ke bumi lalu kembali ke langit (pendapat kaum Ya'qubiyah).
Kedua, yang mengatakan Isa adalah anak Allah (pendapat kaum Nasturiyah).
Ketiga, yang mengatakan Isa adalah yang ketiga dari yang bertiga, yaitu Allah, anak Allah, dan Ruhul Qudus.
Ada pula yang meyakini oknum ketiga itu adalah Maryam.

Ayat ini ditutup dengan pernyataan bahwa tidak pantas bagi Allah mempunyai anak. Allah Mahasuci dari anggapan itu. Dia hidup kekal, tanpa awal dan akhir, dan tidak memerlukan keturunan. Jika Dia menetapkan sesuatu, Dia hanya berfirman, "Jadilah!", maka terjadilah hal tersebut.




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads