Proses Terjadinya Hujan yang Dijelaskan dalam Al-Qur'an

Proses Terjadinya Hujan yang Dijelaskan dalam Al-Qur'an

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Senin, 15 Des 2025 11:53 WIB
Proses Terjadinya Hujan yang Dijelaskan dalam Al-Quran
Hujan. Foto: Tim detikJatim
Jakarta -

Proses terjadinya hujan ternyata sudah dijelaskan melalui Al-Qur'an sebelum berkembangnya ilmu sains modern. Mengapa hujan bisa terjadi dan bagaimana awan akhirnya dapat menghasilkan hujan?

Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap. Air hujan yang turun kemudian dapat menumbuhkan tanaman dan hewan yang hidup di dalamnya.

Fenomena tentang proses bagaimana terjadinya hujan juga dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 22:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Arab-Latin: Allażī ja'ala lakumul-arḍa firāsyaw was-samā`a binā`aw wa anzala minas-samā`i mā`an fa akhraja bihī minaṡ-ṡamarāti rizqal lakum, fa lā taj'alụ lillāhi andādaw wa antum ta'lamụn

ADVERTISEMENT

Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

Allah SWT juga berfirman dalam surat An-Nur ayat 43 yang berbunyi:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزْجِى سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُۥ ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٍ فِيهَا مِنۢ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصْرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَآءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصَٰرِ

Arab-Latin: A lam tara annallāha yuzjī saḥāban ṡumma yu`allifu bainahụ ṡumma yaj'aluhụ rukāman fa taral-wadqa yakhruju min khilālih, wa yunazzilu minas-samā`i min jibālin fīhā mim baradin fa yuṣību bihī may yasyā`u wa yaṣrifuhụ 'am may yasyā`, yakādu sanā barqihī yaż-habu bil-abṣār

Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.

Dijelaskan dalam buku Fisika Berbasis Al-Qur'an tulisan Ridwan Abdullah surat An-Nur ayat 43 menjelaskan tentang awan Cumulonimbus yang merupakan awan yang dapat menjatuhkan butiran-butiran es dan awan tersebut terbentuk kilat yang sangat besar dan menyilaukan.

Proses terjadinya butiran es terjadi secara berangsur-angsur sebagaimana dinyatakan pada ayat tersebut. Ketika awan saling bertindih dan bergesekan, maka dapat timbul muatan listrik statik. Muatan listrik statik juga dapat disebabkan oleh butiran es yang mencair ketika jatuh melalui awan.

Akibatnya akan terjadi perbedaan tegangan listrik yang tinggi di antara awan, sehingga terjadi loncatan bunga api listrik berupa kilat yang menyilaukan. Perbedaan tegangan yang tinggi antara awan dengan permukaan bumi juga akan menyebabkan terjadinya sambaran kilat dari awan ke bumi.

Dikutip dalam buku Mukjizat Al-Qur'an tulisan M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa dalam ayat tersebut berbicara tentang awan dan proses terjadinya hujan. Proses turunnya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil me-nuju ke convergence zone (daerah pusat pertemuan [awan]).

Pergerakan bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya terutama di sekitar convergence zone itu. (Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah mengarak awan). Awan yang dimaksud di sini adalah awan tebal, karena seperti diketahui oleh ilmuwan masa kini bahwa awan bermacam-macam.

Al-Qur'an juga mengisyaratkan bahwa ada awan yang tidak membawa hujan, yakni dijelaskan dalam surat Al-Ahqaf ayat 24:

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Arab-Latin: Fa lammā ra`auhu 'āriḍam mustaqbila audiyatihim qālụ hāżā 'āriḍum mumṭirunā, bal huwa masta'jaltum bih, rīḥun fīhā 'ażābun alīm

Artinya: Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,

Dalam ayat lain dijelaskan pada surat Al-Hijr ayat 22:

وَأَرْسَلْنَا ٱلرِّيَٰحَ لَوَٰقِحَ فَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَسْقَيْنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمْ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ

Arab-Latin: Wa arsalnar-riyāḥa lawāqiḥa fa anzalnā minas-samā`i mā`an fa asqainākumụh, wa mā antum lahụ bikhāzinīn

Artinya: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.

Kata mengumpulkan dalam ayat An-Nur itu sama maksudnya dan ditafsirkan caranya oleh kata mengawin-kan) dalam ayat Al-Hijr ini. Itu berarti bahwa ada awan positif dan awan negatif yang digabung oleh angin sehingga menurunkan hujan, tanpa keberadaan keduanya hujan tidak dapat turun.




(lus/dvs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads