Deretan Ulama Indonesia yang Mendunia, Jadi Guru-Imam di Masjidil Haram

Deretan Ulama Indonesia yang Mendunia, Jadi Guru-Imam di Masjidil Haram

Daffa Ichyaul Majid Sarja - detikHikmah
Sabtu, 13 Des 2025 07:00 WIB
Deretan Ulama Indonesia yang Mendunia, Jadi Guru-Imam di Masjidil Haram
Syekh Nawawi al-Bantani, ulama Indonesia yang mendunia. Foto: via Wikimedia Commons
Jakarta -

Indonesia dikenal sebagai negara yang melahirkan banyak ulama ulung. Pengaruhnya tak hanya terasa di Nusantara saja, melainkan mendunia.

Selain memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan Islam di Nusantara, para ulama Indonesia berkontribusi di mancanegara terutama di Makkah, Arab Saudi. Lantas, siapa sajakah sosok tersebut?

Ulama Indonesia yang Mendunia

Dirangkum dari buku Ulama-ulama Nusantara yang Mempengaruhi Dunia karya Thoriq Aziz Jayana dan Biografi Ulama Nusantara karya Rizem Aizid, berikut beberapa ulama Indonesia yang mendunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Syekh Nawawi al-Bantani

Ulama Indonesia yang mendunia adalah Abu Abdul Mu'ti Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, atau dikenal dengan Syekh Nawawi al-Bantani. Dia lahir di Kampung Tanara, Desa Serang, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Banten, pada 1230 H (1814 M).

Syekh Nawawi al-Bantani dilahirkan dari keluarga saleh dan terdidik, serta memiliki tradisi kesultanan Banten. Ayahnya merupakan seorang penghulu, pengurus masjid, dan pimpinan pesantren. Sementara ibunya, seorang wanita salihah yang taat menjalankan syariat Islam.

ADVERTISEMENT

Syekh Nawawi al-Bantani telah memperdalam ilmu agamanya dengan menetap di berbagai pesantren. Sejak umur 7 atau 8 tahun, Syekh Nawawi al-Bantani diperintahkan ayahnya mondok di pesantren milik KH Sahal di Banten.

Setelah tamat dari pesantren KH Sahal, Syekh Nawawi al-Bantani melanjutkan pendidikannya ke pesantren milik KH Yusuf, di Banten. Setelah itu, Syekh Nawawi al-Bantani melanjutkan pendidikan pesantrennya ke Cikampek, Jawa Barat untuk memperdalam bahasa Arab.

Setelah mengembara di berbagai pesantren, Syekh Nawawi al-Bantani akhirnya memutuskan untuk melaksanakan ibadah haji dan memperdalam ilmu agamanya di Tanah Suci. Syekh Nawawi al-Bantani berangkat ke Hijaz pada 1828 M, setahun setelah memimpin pesantren milik ayahnya sejak 1827 M. Dia berangkat pada usia 14 tahun.

Keilmuan Syekh Nawawi al-Bantani diakui Kerajaan Arab Saudi. Syekh Nawawi al-Bantani kemudian didaulat menjadi pengajar dan imam di Masjidil Haram, Makkah.

2. Syekh Hamzah Fansuri

Tidak banyak yang mengetahui nama lengkap dari Hamzah Fansuri. Orang mengenalnya dengan sebutan Syekh Hamzah Fansuri. Dia adalah seorang ulama dari Kota Barus, Aceh. Dia juga dikenal sebagai seorang sufi, sastrawan, pujangga, dan guru agama yang lahir sekitar abad ke-16.

Tidak diketahui secara pasti asal-usul keluarganya. Para ahli sejarah menyebut Syekh Hamzah Fansuri lahir dan tumbuh serta belajar di Barus.

Setelah belajar agama di Barus, Syekh Hamzah Fansuri mengembara ke Kerajaan Aceh Darussalam. Di sana, dia menjadi tokoh pemuka agama dan mendampingi raja yang berkuasa pada saat itu.

Berdasarkan catatan sejarah, Syekh Hamzah Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Ri'ayat Syah, (1588-1604 M) sampai awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Selain menjadi ulama yang pemikirannya telah memberikan perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di daerah tempat tinggalnya, Aceh, Syekh Hamzah Fansuri juga berpengaruh dalam perkembangan Islam di Asia Tenggara.

3. Syekh Syamsuddin as-Sumatrani

Ulama Indonesia yang mendunia lainnya adalah Syekh Syamsuddin ibn Abdullah as-Sumatrani, atau lebih dikenal dengan Syamsuddin Pasai. Nama belakangnya as-Sumatrani, merupakan kaitan dirinya terhadap Sumatera atau Samudra Pasai.

Syekh Syamsuddin as-Sumatrani pernah menjadi ulama terkenal pada masa Kesultanan Aceh. Dia adalah murid dan penerus ajaran Syekh Hamzah Fansuri. Pada saat itu, Kesultanan Aceh dipimpin oleh Raja Iskandar Muda (1607-1636 M).

Pemikiran yang menonjol pada Syekh Syamsuddin adalah bidang tasawuf. Dia adalah penganut paham tasawuf wujudiyah. Bahkan, dia dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka kaum wujudiyah yang ada di Aceh.

Meskipun tidak ada kepastian akan asal-usul Syekh Syamsuddin as-Sumatrani, beberapa sumber mengatakan bahwa dia lahir antara tahun 1575-1630 M. Disebutkan juga bahwa dia adalah ulama besar Aceh pada beberapa dasawarsa terakhir abad ke-16 dan tiga dasawarsa pertama abad ke-17.

4. Syekh Muhammad Mukhtar

Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi, atau lebih dikenal dengan sebutan Syekh Muhammad Mukhtar Bogor termasuk deretan ulama Indonesia yang mendunia. Dia dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada 1278 H (1862 M).

Syekh Muhammad Mukhtar adalah salah satu ulama besar Nusantara yang menjadi guru di Makkah. Dia mengajar di Masjidil Haram selama kurang lebih 28 tahun, mulai dari 1321 H (1903 M) hingga 1349 H (1930 M).

Sebagai guru di Masjidil Haram, sudah tidak diragukan lagi pengetahuan dan keilmuan Syekh Muhammad Mukhtar. Dia menguasai banyak bidang ilmu, termasuk ilmu-ilmu hadits. Dia adalah pengikut mazhab Syafi'i, pengikut Ahlussunnah aliran Imam Abu Hasan as-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.

Syekh Muhammad Mukhtar mendapatkan pendidikan dari orang tuanya sendiri. Pada 1299 H (1881 M) dia melanjutkan studinya ke Jakarta dan belajar kepada Al-Allamah al-Habib Utsman bin Aqil bin Yahya yang merupakan ulama Arab keturunan Rasulullah SAW.

Selain menghafal matan-matan ilmu, Syekh Muhammad Mukhtar juga telah mahir dalam ilmu qira'ah. Dia juga mengkhatamkan beberapa kitab di bawah bimbingan Syekh Ahmad al-Fathani, antara lain Fathul Mu'in dan syarahnya dan I'anatuth Thalibin.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads