Wajib Tahu! 10 Nama Ilmuwan Muslim di Bidang Matematika yang Jarang Terekspos

Wajib Tahu! 10 Nama Ilmuwan Muslim di Bidang Matematika yang Jarang Terekspos

Daffa Ichyaul Majid Sarja - detikHikmah
Jumat, 12 Des 2025 06:30 WIB
Wajib Tahu! 10 Nama Ilmuwan Muslim di Bidang Matematika yang Jarang Terekspos
Al-Battani ilmuwan muslim yang ahli di bidang matematika dan astronomi. Foto: Istimewa/Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Jakarta -

Matematika lahir dan berkembang dari berbagai peradaban manusia. Konsep dan fondasi ilmu matematika yang kita gunakan sekarang tak lepas dari peran ilmuwan muslim di masa kejayaan Islam.

Namun, kontribusi ilmuwan-ilmuwan muslim dalam bidang matematika ini jarang terekspos. Bukan hanya Al-Khawarizmi yang memperkenalkan aljabar, ada puluhan ahli matematika muslim lain yang karyanya menjadi rujukan utama dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, berikut 10 ilmuwan muslim di bidang matematika yang jarang terekspos, yang telah dirangkum detikHikmah.

10 Ilmuwan Muslim di Bidang Matematika

Dinukil dari buku 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam karya Muhammad Gharib Jaudah, berikut 10 ilmuwan muslim dalam bidang matematika yang jarang terekspos.

ADVERTISEMENT

1. Tsabit bin Qurah

Abu Al-Hasan bin Marwan Tsabit bin Qurah Al-Harrani, lahir di Harran, Turki pada 221 H (836 M), dan lahir dari keluarga Ash-Shaibah. Merupakan seorang ilmuwan besar Arab dalam ilmu matematika, astronomi, dan kedokteran.

Tsabit bin Qurah termasuk dalam daftar ilmuwan yang memperhatikan hubungan antara ilmu aljabar dengan geometri. Bahkan dia memberikan solusi teknis akan sebagian jenis persamaan.

Tsabit juga menemukan cara menghitung "al-a' daad al-mutahabbah," yaitu angka-angka yang jumlah pembagiannya sama dengan yang lain. Selain itu, dia mampu menghitung ukuran besar benda yang keluar dari porosnya. Menjadikan ilmu matematika sebagai alat untuk menemukan ilmu-ilmu lain yang saling menyempurnakan satu sama lain.

2. Al-Battani

Al-Battani memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sanan Al-Harrani Ar-Raqqi Ash-Sha'ibi. Lahir di Battan, sesuai dengan namanya, dan dipanggil juga dengan nama Ar-Raqqi, yang diambil dari tempat di mana dia menghabiskan sebagian masa hidupnya.

Dia dilahirkan sekitar 240 H (854 M), namun sebenarnya terdapat perbedaan pendapat akan tahun kelahirannya. Ada yang menyebut dia lahir pada 264 H (878 M), ada juga yang menyebut dia lahir setelah 235 H (850 M).

Al-Battani memberikan kontribusi terkait dengan masalah yang berhubungan dengan matematika trigonometri berbentuk bola (spherical trigonometri), ilmu matematika yang memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu astronomi. Selain itu, dia juga menjadi orang yang pertama kali mengganti kata "ganjil" yang digunakan Ptolomeus dalam sinus trigonometri.

3. Abu Al-Wafa Al-Buzjani

Muhammad bin Muhammad bin Yahya bin Ismail, dikenal dengan nama Abu Al-Wafa Al-Buzjani Al-Hasib. Lahir pada 328 H (940 M) di Al-Buzjan, Iran. Seorang ilmuwan muslim terkemuka dalam bidang matematika, dia juga berkontribusi dalam perkembangan astronomi.

Al-Buzjani adalah orang yang pertama kali membuat relasi identitas trigonometri yang dikenal dengan sebutan "tangen" (persesuaian/berdekatan), yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika.

Dia juga menemukan cara kerja dengan memasukkan garis potong (secant) dan garis potong penuh (cosecant). Selain itu, memasukkan tabel sinus-sinus sudut dengan nilai yang benar pada delapan angka desimal.

4. Al Hasan bin Al-Haitsam

Abu Al-Hasan bin Al-Hasan bin Al-Haitsam, atau lebih dikenal dengan panggilan Al-Bashri. Dilahirkan pada 354 H (965 M) di Kota Bashrah, Iraq. Al-Hasan merupakan seorang ilmuwan muslim yang memiliki prestasi menonjol dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam.

Secara khusus, Al-Hasan menonjol pada beberapa bidang matematika, antara lain ilmu hitung, aljabar, geometri, dan hitungan trigonometri. Akan tetapi, di balik kecerdasan tersebut, Al-Hasan tidak mendapatkan haknya. Namanya terkubur, dan tidak mendapatkan kedudukan yang semestinya. Dia dizalimi oleh generasi muslim dan ilmuwan serta sejarawan barat yang telah merampas kekayaan intelektual dengan mengganti namanya.

5. Abu Al-Fath Ghiyats Ad-Din Umar bin Ibrahim

Al-Khayyam An-Naisaburi, atau dipanggil dengan Al-Khayyam. Dilahirkan di Nesapor, Iran, dan merupakan seorang kebangsaan Persia. Terdapat perbedaan pendapat akan tahun kelahirannya, sebagian pendapat mengatakan bahwa dia lahir pada 440 H (1048 M).

Dalam bidang matematika, Al-Khayyam telah berhasil menyelesaikan 13 macam-macam persamaan aljabar yang dianggap sebagai peringkat ketiga dalam menyelesaikan soal-soal tersebut dengan benar. Selain di bidang matematika, Al-Khayyam juga terkenal sebagai seorang penyair yang dikenal dengan sebutan "ar-ruba'iyyat" (syair empat baris).

6. Nashiruddin Ath-Thusi

Memiliki nama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Hasan Nashiruddin, atau biasa dipanggil dengan nama Ath-Thusi. Nashiruddin dilahirkan di Thus, Persia pada 597 H (1201 M) dari keluarga berpaham syiah.

Penemuan Nashiruddin dalam bidang matematika adalah dia berhasil mengembangkan angka berakar seperti yang sebelumnya pernah pertama kali dibahas oleh Al-Khawarizmi, dan Naharuddin berhasil menyelesaikan persamaan angka berakar.

Dia juga berhasil memisahkan ilmu ilmu hitung trigonometri dari ilmu astronomi, serta mengembangkannya sebagai ilmu matematika yang berdiri sendiri. Nasharuddin juga menjadi orang yang pertama kali membuat segitiga bertingkat, untuk segitiga di atas bola dengan sudut sama.

7. Jamsyid Al-Kasyi

Ghiyatsuddin Jamsyid bin Mahmud bin Muhammad al-Kasyi, atau dipanggil dengan Al-Kasyi, Al-Kasyani, atau Al-Qasyani. Lahir pada akhir abad ke-8 H atau abad ke-14 M di Kota Kasyan.

Ilmuwan pertama yang menciptakan pecahan desimal adalah Abu Hasan Al-Euklides, pada abad ke-4 H atau abad ke-10 M. Akan
tetapi penemuan tersebut hilang selama lima abad, hingga akhirnya Jamsyid Al-Kasyi berhasil kembali menemukan pecahan desimal dengan cara membandingkan angka tertentu dengan angka enam puluh.

8. Bahauddin Al-Amili

Bahauddin Muhammad bin Husein bin Abdusshamad bin Izzuddin Al-Haritsi Al-Amili, atau dipanggil dengan nama Al-Amili. Lahir di Ba'labak, Lebanon pada 953 H (1547 M) dan termasuk ilmuwan terakhir dalam masa kejayaan Islam.

Dia berhasil membuat rumus matematika tersendiri dengan menjumlahkan angka-angka ganjil dan genap sesuai dengan urutannya. Dia juga menemukan cara membuat akar pangkat untuk persamaan aljabar yang diberi nama Thariqatul Mizan. Ini adalah bentuk pengembangan dari cara yang ditemukan oleh Al-Khawarizmi dan masih tetap dipergunakan hingga masanya Isaac Newton.

9. Al-Kindi

Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yusuf bin Ishaq bin Ash-Shabah bin Imran bin Al-Asy'ats bin Qais. Dilahirkan di Kufah pada 188 H (804 M). Sebagian sumber mengatakan bahwa dia lahir pada 186 H (802 M), dan ada juga yang mengatakan dia lahir pada 185 H (801 M).

Al-Kindi percaya akan pendapat para ilmuwan bangsa Yunani yang menjadikan ilmu matematika sebagai pengantar paling tepat bagi ilmu filsafat dan logika. Menurutnya, ilmu matematika dapat melatih akal untuk berpikir secara benar dan teratur. Karya Al-Kindi dalam ilmu matematika mencapai 43 buku, 11 buku tentang ilmu hitung dan 32 buku tentang ilmu geometri.

10. Al-Khawarizmi

Abdullah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, atau dikenal dengan Al-Khawarizmi, adalah seorang ilmuwan paling terkemuka dalam bidang matematika di antara ilmuwan lainnya.

Al-Khawarizmi lahir pada 164 H (780 M) di daerah Khawarizmi, Asia Tengah. Al-Khawarizmi terkenal pada masa Khalifah Al-Ma'mun dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara para ilmuwan pada masanya.

Al-Khawarizmi telah berkontribusi dalam mengembangkan ilmu matematika dan meletakkannya sebagai dasar ilmu aljabar. Peranan ini mendorong kebangkitan ilmu matematika yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan alam dan teknologi di dunia.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads