China dikenal dengan seni bela dirinya, Kung Fu, yang masih terjaga hingga kini. Kung Fu punya banyak aliran, salah satunya Chaquan yang lahir dari komunitas Muslim.
Bagaimana seni bela diri ini bisa lahir dan bertahan di tengah peradaban China? Berikut sejarah Chaquan, peran etnis Muslim China, serta eratnya hubungan ajaran Islam dengan bangsa China yang menghasilkan perpaduan budaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Chaquan
Aliran Chaquan atau dikenal juga dengan Zha Chuan, memiliki akar sejarah yang sangat lekat dengan identitas Muslim Hui di China. Seni ini berkembang sebagai simbol kehormatan sekaligus sarana pertahanan diri yang tetap selaras dengan syariat.
Dinukil dari buku D'Cornelis Wushu karya Cornelis Francis, sejarah Chaquan memiliki dua versi. Versi pertama menyebutkan bahwa bela diri ini pertama kali diajarkan oleh seorang pengelana asal Turki bernama Shameer. Masyarakat China kala itu mengenalnya dengan nama Zha Mi-er.
Sementara itu, versi lain menyebutkan bahwa Zha Chuan merupakan pengembangan dari ilmu Jiazi Quan yang diajarkan oleh Jenderal Hua Zong-qi. Dalam riwayat ini, sosok Cha Yuan-yi atau Zha Mi-er memiliki peran penting dalam menyempurnakan Jiazi Quan menjadi lebih terstruktur hingga melahirkan Xiaojia Jiazi Quan. Inilah yang menjadi cikal bakal Chaquan yang dikenal sekarang.
Etnis Muslim China
Dikutip dari Martial Arts of the World karya Thomas A. Green dkk, status minoritas etnis Hui diakui berdasarkan agama Islam yang mereka anut. Kehadiran mereka dalam bela diri sangat unik karena didorong oleh kebutuhan untuk melindungi diri, yang akhirnya menjadi bagian dari identitas budaya mereka.
Hubungan etnis Hui dengan dunia militer sudah terjalin sejak Dinasti Yuan (1279-1368). Kala itu, banyak Muslim yang bergabung dalam tentara Mongol dan menguasai berbagai teknik bertarung, mulai dari gulat hingga memanah. Setelah tak lagi di militer, ilmu ini tetap mereka lestarikan. Bahkan, Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing pernah memuji keberanian dan kekuatan etnis Hui.
Beberapa tokoh Muslim Hui yang melegenda dalam dunia persilatan antara lain Wang Ziping (1881-1973), seorang ahli gulat China (Shuai Jiao), dan Ch'ang Tung Sheng.
Hubungan Ajaran Islam dan Bangsa China
Menurut laporan 1001 Years of Missing Martial Arts yang disusun Master Mohammed Khamouch (dipublikasikan FSTC Limited, 2007), hubungan ini bermula dari jalur perdagangan. Para saudagar Muslim dari Arab dan Persia menempuh perjalanan melewati Jalur Sutra demi berdagang di Tiongkok.
Kota-kota pelabuhan seperti Quanzhou (al-Zaytun) dan Guangzhou (Canton) menjadi saksi bisu berkembangnya komunitas Muslim yang pesat. Hebatnya, ajaran Islam tidak hanya diterima, tapi juga dijadikan fondasi dalam sistem sosial dan pemerintahan.
Puncaknya terjadi pada masa Dinasti Yuan di bawah kepemimpinan Kublai Khan. Kala itu, banyak tokoh Muslim diangkat menjadi pejabat tinggi, penasihat militer, hingga ilmuwan astronomi dan kedokteran. Akulturasi budaya inilah yang kemudian turut mewarnai lahirnya seni bela diri khas Muslim seperti Chaquan, membuktikan bahwa Islam dan tradisi lokal bisa berjalan beriringan dengan damai.
(kri/kri)












































Komentar Terbanyak
Penjelasan Kemenag soal Penetapan Waktu Subuh di Indonesia
Adab Menuntut Ilmu dalam Islam, Awali dengan Niat
Hukum Memelihara Anjing di Rumah Menurut Hadits dan Pendapat 4 Mazhab