BI-Forjukafi Bedah Strategi Perkuat Literasi Ekonomi Syariah di Era Digital

BI-Forjukafi Bedah Strategi Perkuat Literasi Ekonomi Syariah di Era Digital

Devi Setya - detikHikmah
Selasa, 18 Nov 2025 19:15 WIB
forjukafi
Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah Foto: Dok. Forjukafi
Jakarta -

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan pola konsumsi informasi, kampanye ekonomi syariah perlu dikemas secara lebih kreatif dan mudah dipahami masyarakat. Hal ini menjadi tantangan bagi jurnalis.

Penguatan literasi ekonomi syariah di era digital ini menjadi salah satu materi yang dibawakan dalam Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah yang digelar Bank Indonesia bekerja sama dengan Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi). Kegiatan yang berlangsung pada 14-15 November di Hotel Sari Pacific Jakarta itu menghadirkan Managing Editor detikcom yang juga pegiat literasi ekonomi syariah, Erwin Dariyanto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Managing Editor detikcom, Erwin Dariyanto saat menjadi pemateri ToT literasi ekonomi syariah yang diselenggarakan BI dan ForjukafiManaging Editor detikcom, Erwin Dariyanto saat menjadi pemateri ToT literasi ekonomi syariah yang diselenggarakan BI dan Forjukafi Foto: Dokumentasi Bank Indonesia

ADVERTISEMENT

Dalam paparannya, Erwin Dariyanto mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi syariah mengalami perkembangan signifikan di media.

Erwin memaparkan, banyak kanal berita kini menyediakan ruang khusus untuk isu-isu keagamaan, termasuk ekonomi syariah. Tren ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan publik terhadap informasi seputar wakaf, zakat, hingga skema syirkah dan peran industri syariah.

Namun ia menyayangkan, berita dan informasi seputar ekonomi syariah yang terbilang cukup penting ini kalah pamor dengan isu berita lain.

"Silahkan teman-teman dibandingkan. Berita ekonomi syariah sering dianggap sulit dipahami masyarakat awam dan menjadi isu yang kurang menarik. Ketika teman-teman membuat berita tentang ekonomi syariah, seberapa kuat berita ekonomi syariah bisa menjadi halaman depan media teman-teman? Susah. Kenapa? Karena isunya kalah," jelas Erwin.

Tantangan Menulis Informasi Ekonomi Syariah

Pada kesempatan ini, Erwin menegaskan bahwa peningkatan eksposur tidak serta-merta menjamin efektivitas kampanye. Ada dua hambatan besar yang harus diperhatikan:

Tantangan 1: Rendahnya Minat Baca Masyarakat

Menurut Erwin, masyarakat Indonesia cenderung menyukai tulisan yang ringan, inspiratif, dan mudah dicerna. Artikel yang terlalu akademis atau sarat istilah teknis ekonomi syariah akan sulit diterima pembaca umum.

"Masyarakat suka berita ringan dan inspiratif. Mereka tidak suka bahasa yang terlalu tinggi," ujar Erwin.

Ia menekankan pentingnya penggunaan bahasa yang tepat, karena banyak istilah ekonomi syariah, seperti mudharabah, musyarakah, wakaf produktif, atau sukuk, yang lebih mudah dipahami oleh akademisi dan praktisi, tetapi membingungkan bagi masyarakat awam.

Untuk itu, menurut Erwin, penulis dituntut menguasai materi secara utuh namun menyajikannya dengan bahasa sederhana. "Prinsipnya, kalau penulis sendiri tidak paham, pembaca pasti lebih tidak paham," imbuhnya.

Tantangan 2: Perubahan Perilaku Konsumsi Informasi

Era digital telah menggeser cara masyarakat menerima informasi. Kini, media sosial menjadi sumber utama, bukan lagi portal berita atau media cetak. Pengguna lebih memilih konten yang singkat, berupa visual dan video serta informasi mudah dibagikan.

Erwin menegaskan pentingnya peran visualisasi dalam pembuatan informasi seputar ekonomi syariah. "Orang yang awalnya tidak tertarik membaca, tapi karena fotonya menarik atau infografisnya bagus, akhirnya mau membaca," ujarnya.

Ia juga menambahkan, artikel yang dilengkapi multimedia memiliki peluang lebih besar untuk dibaca, dibagikan, dan dipahami.

Pentingnya Kolaborasi Berbagai Pihak

Salah satu poin penting dalam ToT ini adalah ajakan untuk memperkuat kolaborasi antara Bank Indonesia, kementerian/lembaga terkait, jurnalis, akademisi, dan praktisi komunikasi.

Erwin menyebut bahwa kolaborasi ini diperlukan agar materi ekonomi syariah dapat dikemas dengan bahasa publik, bukan bahasa teknis akademik yang sulit dicerna.

"BI bersama kementerian dan lembaga terkait harus duduk bersama jurnalis, praktisi, dan akademisi untuk merumuskan kampanye ekonomi syariah dengan bahasa yang mudah dipahami," jelasnya.

Ia menyambut baik kolaborasi ini yang memungkinkan penyamaan persepsi, penentuan tema prioritas kampanye, serta harmonisasi istilah ekonomi syariah agar lebih sederhana dan relatable bagi publik.

Erwin berharap, literasi ekonomi syariah bisa menjangkau generasi muda dan masyarakat luas secara lebih efektif.

Dalam kegiatan ini turut hadir Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Imam Hartono. Ia menegaskan bahwa media memiliki peran krusial dalam memperkuat ekosistem ekonomi syariah.

"Jurnalis adalah ujung tombak dalam mendekatkan ekonomi syariah kepada masyarakat. Literasi yang tepat akan membantu generasi muda memahami dan mengimplementasikan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari," kata Imam.

"Bank Indonesia mengajak Forjukafi untuk lebih mengimplementasikan dan menyebarluaskan sistem ekonomi syariah, agar semakin berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar di Indonesia," lanjut Imam.

Dalam kegiatan ini, Imam berharap agar ekonomi syariah bisa disampaikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. "Kita jadikan ToT ini sebagai momentum untuk bersama-sama membangun narasi ekonomi syariah yang lebih kuat, lebih dekat dengan masyarakat, dan lebih berdampak nyata bagi kesejahteraan bangsa," tutup Imam.

Kegiatan ini turut dihadiri sejumlah narasumber dari bidang ekonomi dan keuangan syariah, antara lain Direktur Ekonomi Syariah dan BUMN Bappenas, Rosy Wediawaty; Drs. Inza Putra, MM, Deputi Direktur Promosi dan Kerja Sama Strategis KNEKS, Nyimas Rohmah Kepala Direktorat Pengaturan dan Pengembangan Bank Syariah, Otoritas Jasa Keuangan; Mamat S. Burhanudin, Deputi Bidang Registrasi dan Sertifikasi Halal, BPJPH dan masih banyak lagi.




(dvs/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads