Eks Intel Saudi: Hanya Trump yang Bisa Tekan Israel Akhiri Genosida di Palestina

Eks Intel Saudi: Hanya Trump yang Bisa Tekan Israel Akhiri Genosida di Palestina

Kristina - detikHikmah
Jumat, 26 Sep 2025 12:36 WIB
Pangeran Turki Al Faisal
Pangeran Turki al-Faisal. Foto: The Cradel
Jakarta -

Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal menyebut hanya Donald Trump yang bisa menekan Israel untuk mengakhiri "perang genosida terhadap Palestina". Terlebih, menurutnya merujuk pada survei, Presiden Amerika Serikat itu dipandang lebih populer dan dipercaya warga Israel ketimbang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Saya rasa dia (Donald Trump) adalah satu-satunya orang yang bisa memberi tekanan Israel untuk mengakhiri perang genosida terhadap Palestina," kata Pangeran Turki dalam wawancara eksklusif dengan Al Arabiya English pada Rabu, seperti dilihat Jumat (26/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pangeran Turki mengatakan dirinya tak melihat adanya pihak lain yang mampu memberikan tekanan terhadap Israel kecuali Amerika Serikat. Dia juga menyambut baik gelombang pengakuan dunia atas Negara Palestina baru-baru ini, termasuk memuji upaya Arab Saudi dan Prancis yang memimpin upaya diplomatik untuk masalah damai Palestina.

Menurutnya, apa yang dilakukan militer Israel di Gaza sebagai serangan balasan Hamas pada Oktober 2023 jelas-jelas merupakan kasus genosida.

ADVERTISEMENT

Data terbaru mengacu pada sumber medis Palestina, dilansir WAFA, mencatat jumlah korban tewas sejak serangan Oktober 2023 di Gaza mencapai 65.502 jiwa, mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak. Serangan juga menyebabkan 167.376 orang luka-luka.

Selain itu, setidaknya 10.000 orang masih belum diketahui keberadaannya. Diduga mereka terperangkap dalam reruntuhan bangunan akibat bombardir Israel.

Dunia menyalahkan PM Israel Benjamin Netanyahu atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang dan kemanusiaan.

Dilansir CNN, Jumat (26/9/2025), Netanyahu meninggalkan Tel Aviv pada Rabu (24/9/2025) malam waktu setempat untuk berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan bertemu Donald Trump. Namun, pesawat Netanyahu terlihat mengambil rute penerbangan tak biasa di atas Eropa di tengah ancaman penangkapannya.

Menurut situs pelacak penerbangan, FlightRadar24 dilihat CNN, pesawat Netanyahu yang biasanya melintasi beberapa negara Eropa justru melintasi Laut Mediterania dan Selat Gibraltar.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads