Menggali Hikmah Maulid Nabi untuk Meneladani Akhlak Rasulullah

Menggali Hikmah Maulid Nabi untuk Meneladani Akhlak Rasulullah

Indah Fitrah - detikHikmah
Kamis, 04 Sep 2025 11:00 WIB
of Mawlid al-Nabi al-Sharif. translation Arabic- Prophet Muhammads birthday in Arabic Calligraphy style. Islamic architecture cartoon scenery background. Illustration.
Foto: Getty Images/REIMUSS
Jakarta -

Setiap kali bulan Rabiul Awal tiba, umat Islam di berbagai penjuru dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini menjadi momen penting untuk mengenang kelahiran Rasulullah sekaligus menggali hikmah dari perjalanan hidup beliau. Melalui Maulid, umat diingatkan pada keteladanan akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari, seperti keadilan, kedermawanan, dan kasih sayang terhadap sesama.

Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

Dalam buku Kisah Maulid Nabi Muhammad SAW susunan Abu Nur Ahmad al-Khafi Anwar bin Shabri Shaleh Anwar, dijelaskan sejumlah hikmah penting dari peringatan Maulid Nabi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Mendorong Umat Bershalawat

Maulid mengingatkan umat Islam agar senantiasa memperbanyak shalawat. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang bershalawat akan memperoleh syafaat beliau. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT surah Al-Ahzab ayat 56,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

ADVERTISEMENT

Arab latin: Innallāha wa malā'ikatahū yuṣallūna 'alan-nabiyy(i), yā ayyuhal-lażīna āmanū ṣallū 'alaihi wa sallimū taslīmā(n).

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

2. Ungkapan Kegembiraan

Hari kelahiran Rasulullah menjadi momentum untuk mengekspresikan rasa gembira sekaligus cinta kepada beliau.

3. Meningkatkan Syukur

Dengan memperingati Maulid, umat diingatkan untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat terbesar berupa diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam.

4. Belajar Keadilan

Rasulullah SAW adalah pemimpin yang adil dan bijak. Melalui Maulid, umat diajak meneladani sikap beliau yang senantiasa menegakkan keadilan tanpa membeda-bedakan.

5. Menumbuhkan Kedermawanan

Kedermawanan Nabi yang selalu membantu orang lemah menjadi pelajaran penting bagi umat agar peduli terhadap sesama.

6. Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Allah SWT menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah teladan terbaik:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Arab latin: Laqad kāna lakum fī rasūlillāhi uswatun ḥasanatul liman kāna yarjullāha wal yaumal ākhira wa żakarallāha kaṡīrā(n).

Artinya: Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)

7. Meneguhkan Cinta kepada Rasulullah

Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai dari ayahnya, anaknya, dan manusia seluruhnya." (HR. Bukhari)

8. Melestarikan Misi Dakwah Nabi

Merayakan Maulid juga berarti menjaga misi beliau. Rasulullah SAW bersabda:

"Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa sallam." (HR. Malik)

Makna Peringatan Maulid Nabi

Berdasarkan buku Inilah Kisah Sang Rasul, Sejarah Nabi Muhammad dan Af-Khufafaa 'Ar-Raasyidiin karya Muhammad Luqman, Maulid dimaknai sebagai sarana mengenang perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan Islam. Umat diajak untuk menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, dalam buku Pro dan Kontra Maulid Nabi karya AM Waskito dijelaskan bahwa walaupun tidak ada dalil khusus yang memerintahkan perayaan Maulid, tradisi ini dianjurkan karena termasuk wujud cinta kepada Rasulullah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 31,

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Arab latin: Qul in kuntum tuḥibbūnallāha fattabi'ūnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunūbakum, wallāhu gafūrur raḥīm(un).

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pendapat Ulama tentang Maulid Nabi

Mengutip dari buku Ahlussunnah Wal Jamaah (Edisi Revisi 2022) Islam Wasathiyah, Tasamuh, Cinta Damai karya A. Fatih Syuhud, sejumlah ulama memiliki pandangan positif terhadap perayaan Maulid Nabi.

Imam Jalaluddin Al-Suyuti menilainya sebagai bid'ah hasanah bahkan bisa dihukumi sunnah melalui qiyas, karena di dalamnya ada pembacaan Al-Qur'an, kisah Nabi, dan berbagi makanan.

Sejalan dengan itu, Imam Al-Sakhawi menegaskan bahwa jika kaum Nasrani memuliakan kelahiran nabi mereka, maka umat Islam tentu lebih layak memuliakan kelahiran Rasulullah.

Pandangan senada juga datang dari Fathullah Al-Bannani yang menyebut Maulid sebagai bid'ah terbaik, sebab biasanya diisi dengan sedekah, menolong fakir miskin, berhias, serta menampakkan kegembiraan sebagai tanda syukur.

Al-Qastalani kemudian mencatat bahwa sejak abad ketiga Hijriah, peringatan Maulid telah menjadi tradisi umat Islam dengan sedekah dan pembacaan kisah Nabi. Pandangan ini diperkuat oleh Ibnu Iyad yang menganggap Maulid bagian dari hari raya Islam, sehingga perayaan dengan menyalakan lampu, berhias, atau mengenakan pakaian indah dibolehkan melalui qiyas.

Menariknya, bahkan Ibnu Taimiyah yang dikenal kritis turut menyatakan bahwa perayaan Maulid bisa mendatangkan pahala besar. Menurutnya, meski termasuk bid'ah, niat tulus untuk mengagungkan Nabi dan menampakkan cinta kepadanya menjadi dasar diterimanya amalan tersebut.




(inf/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads