Mendidik anak tidak hanya soal memberi nasihat, tetapi juga tentang hadir, dekat, dan terlibat dalam kegiatan mereka. Salah satu teladan terbaik dalam hal ini datang dari Rasulullah SAW, yang tidak hanya dikenal sebagai pemimpin umat, tetapi juga kakek yang penuh kasih sayang.
Kisah Rasulullah bermain bersama cucunya, Hasan dan Husain, anak dari Fatimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib, menunjukkan betapa lembut dan perhatian beliau dalam memperlakukan anak kecil. Perilaku beliau menjadi contoh nyata bagi para orang tua mengenai pentingnya meluangkan waktu dan memberikan kasih sayang melalui kedekatan emosional.
Dalam berbagai riwayat, diceritakan bagaimana Rasulullah SAW menghibur, menggendong, bahkan bercanda dengan cucu-cucunya. Momen-momen sederhana ini menyimpan banyak nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam pengasuhan anak di zaman sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh Kisah Rasulullah Bermain Bersama Cucunya
Mengutip buku Sejarah Agung Hasan dan Husain karya Ukasyah Habibu Ahmad, Rasulullah sangat mencintai dan menyayangi cucunya. Sebagai bentuk rasa cinta dan sayang, beliau tidak segan menggendong dan mengajak Sayyidina Hasan RA bermain Bersama beliau. Beliau sering menemani cucunya bermain dan membuat mereka tertawa.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari sahabat Jabir, ia berkata, "Saat aku menemui Rasulullah SAW, aku menjumpai beliau sedang berjalan empat kaki (main kuda-kudaan) dan di atas punggungnya ada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain. Lalu, Rasulullah SAW bersabda, 'Sebaik-baiknya unta adalah unta kalian berdua (Rasulullah) dan sebaik-baik orang adil adalah kalian berdua.'" (HR. Thabrani).
Rasulullah SAW juga sering mencium cucunya. Hal ini pernah disaksikan oleh Aqra' bin Habis At-Tamimi. Melihat pemandangan itu, Aqra berkata, "Aku memiliki sepuluh anak. Tidak satu pun yang pernah kucium." Lalu, Rasulullah SAW mengalihkan pandangannya ke Aqra', kemudian beliau bersabda, "Orang yang tidak mengasihi tidaklah dikasihi." (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Rasulullah SAW juga tidak segan menggendong anak dan cucunya. Hal itu dikisahkan oleh Abdullah bin Ja'far RA, ia berkata, "Rasulullah menjemput kami (Ja'far, Hasan, dan Husein) Ketika pulang. Kemudian, beliau menggendong salah satu dari kami di punggung, sedangkan yang lain beliau gendong di dada sampai kamu memasuki Madinah." (HR. Muslim)
Pelajaran dan Hikmah yang Bisa Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-hari
Ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil bagi para orang tua, yaitu kisah-kisah di atas menunjukkan betapa besar kasih sayang Rasulullah SAW kepada cucu-cucunya. Beliau bisa memberikan cinta dan kasih sayang melalui sentuhan, canda, dan kedekatan fisik.
Mulai dari bermain kuda-kudaan, mencium, hingga menggendong mereka dengan penuh kelembutan. Rasulullah mengajarkan bahwa anak membutuhkan kehangatan, penerimaan, dan cinta yang tulus. Ini menjadi bukti bahwa Islam mendorong orang tua untuk lembut dan penuh kasih, bukan keras terhadap anak atau bahkan sampai menjaga jarak.
Mengajak bermain dan bercanda dengan anak-anak tidak akan mengurangi wibawa sebagai orang tua. Bahkan, Rasulullah SAW pun tidak merasa malu bermain dan bercanda dengan cucu-cucu beliau di depan banyak orang.
Dalam Islam, bermain dengan anak merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan anak-anak agar bisa melatih kemampuannya berpikir dan mengerti kondisi di sekelilingnya. Setiap anak mengalami tumbuh kembang dengan mengikuti fase-fase tertentu, anak kecil butuh bermain untuk melatih kemampuan berpikirnya.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kasih sayang kepada anak harus diekspresikan, bukan hanya dipendam. Beliau memeluk, mencium, menggendong, dan bermain dengan cucunya tanpa rasa sungkan. Ini menjadi contoh bagi orang tua untuk tidak ragu menunjukkan cinta kepada anak di depan siapa pun.
(lus/lus)












































Komentar Terbanyak
Penjelasan Kemenag soal Penetapan Waktu Subuh di Indonesia
7 Adab terhadap Guru Menurut Ajaran Rasulullah dan Cara Menghormatinya
Hukum Memelihara Anjing di Rumah Menurut Hadits dan Pendapat 4 Mazhab