Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa kisah tentang wanita yang digolongkan ke dalam ahli neraka. Menariknya, dua di antaranya justru adalah istri dari nabi utusan Allah, yakni istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Kisah ini menjadi peringatan bahwa kedudukan mulia seorang suami tidak otomatis menjamin keselamatan istrinya bila ia memilih jalan kufur.
Hal ini diulas dalam Ulumul Qur'an: Kajian Kisah-kisah Wanita dalam Al-Qur'an oleh Muhammad Roihan Nasution. Dalam buku tersebut dijelaskan, dua perempuan yang disebut secara eksplisit dalam Al-Qur'an sebagai istri nabi tetapi ingkar adalah istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth.
Istri Nabi Nuh
Salah satu contoh nyata istri nabi yang ingkar kepada Allah SWT adalah istri Nabi Nuh. Meskipun bersuamikan seorang nabi yang saleh, ia menolak risalah yang dibawa oleh Nuh. Al-Qur'an menggambarkan kisah ini dalam Surah At-Tahrim ayat 10:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ
Arab latin: Ḍaraballāhu maṡalal lil-lażīna kafarumra'ata nūḥiw wamra'ata lūṭ(in), kānatā taḥta 'abdaini min 'ibādinā ṣāliḥaini fa khānatāhumā falam yugniyā 'anhumā minallāhi syai'aw wa qīladkhulan-nāra ma'ad-dākhilīn(a).
Artinya: Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), "Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)."
Dalam buku Istri-Istri Para Nabi karya Ahmad Khalil Jam'ah dan Syaikh Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqi, dijelaskan bahwa istri Nabi Nuh justru bergabung dengan orang-orang kafir. Ia menolak kebenaran, bahkan ikut menentang dakwah suaminya.
Beberapa mufassir menyebut namanya Wailah, ada juga yang berpendapat namanya adalah Walighah. Ia kerap menyebut Nabi Nuh sebagai orang gila, tidak berakal, dan selalu memperolok risalah yang beliau bawa. Bila ada pengikut baru yang masuk Islam, ia segera melaporkannya kepada kaum kafir agar orang itu ditekan, disiksa, atau dipaksa keluar dari agama.
Sikapnya yang terus-menerus memusuhi dakwah dan berpihak kepada kaum pendusta menjadikannya dicatat sebagai salah satu wanita celaka yang binasa bersama orang-orang kafir pada peristiwa banjir besar.
Istri Nabi Luth
Kisah serupa juga terjadi pada istri Nabi Luth. Ia bukan saja menolak beriman, tetapi juga menjadi perantara bagi kaum Sodom dalam menggagalkan dakwah suaminya.
Surah Hud ayat 81 menegaskan peristiwa ketika malaikat memerintahkan Nabi Luth meninggalkan kaumnya sebelum azab Allah turun:
قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ
Arab latin: Qālū yā lūṭu innā rusulu rabbika lay yaṣilū ilaika fa asri bi'ahlika biqiṭ'im minal-laili wa lā yaltafit minkum aḥadun illamra'atak(a), innahū muṣībuhā mā aṣābahum, inna mau'idahumuṣ-ṣubḥ(u), alaisaṣ-ṣubḥu biqarīb(in).
Artinya: Mereka (para malaikat) berkata, "Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu (karena mereka akan dibinasakan). Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada sebagian malam (dini hari) dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu (janganlah kamu ajak pergi karena telah berkhianat). Sesungguhnya dia akan terkena (siksaan) yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat (kehancuran) mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?"
Lebih lanjut, berdasarkan buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir, menambahkan bahwa ada yang berpendapat istri Nabi Luth ikut pergi bersama keluarganya, namun di perjalanan ia menoleh ke arah kaumnya meski sudah dilarang. Saat itu, ia menjerit memanggil kaumnya, hingga akhirnya tertimpa azab berupa batu panas yang menghancurkan dirinya.
Diriwayatkan pula bahwa istri Nabi Luth sering berperan sebagai mata-mata bagi kaumnya. Ia membocorkan kedatangan tamu Nabi Luth yang sebenarnya malaikat, sehingga semakin jelas keterlibatannya dalam persekongkolan jahat kaum Sodom.
Dua kisah ini menjadi pengingat bahwa hubungan keluarga dengan orang saleh, bahkan seorang nabi sekali pun, tidak menjamin keselamatan bila tidak disertai iman. Allah SWT menegaskan bahwa setiap hamba bertanggung jawab atas amalnya sendiri.
Istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth menjadi contoh buruk bagaimana kedekatan dengan orang-orang yang mendapat hidayah tidak berguna bila seseorang menolak kebenaran.
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal