Imam Bukhari adalah salah satu ulama besar dalam sejarah Islam yang namanya dikenal luas sebagai pengumpul hadits paling terpercaya. Karyanya yang monumental, Shahih al-Bukhari, menjadi rujukan utama dalam ilmu hadis dan termasuk dalam kutubus sittah (enam kitab hadis utama dalam Islam).
Di balik karya besar tersebut, tersimpan kisah perjuangan panjang dan penuh pengorbanan. Imam Bukhari menempuh perjalanan ribuan kilometer untuk menelusuri dan menyeleksi hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dari sumber-sumber yang terpercaya.
Perjalanan ini tidak hanya menguras tenaga dan waktu, tapi juga menuntut keteguhan iman, kecerdasan, dan ketulusan hati.
Latar Belakang Imam Bukhari
Dikutip dari buku Metode Imam Bukhari dalam Menshahihkan Hadits karya Nanang Ponari ZA, Imam Bukhari memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardzibah al-Bukhari.
Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (sekitar 21 Juli 810 M) di kota Bukhara, yang kini termasuk wilayah Uzbekistan. Ayahnya adalah seorang ahli ilmu dan sahabat para ulama besar.
Imam Bukhari memiliki ayah bernama Ismail, ia adalah seorang ulama yang saleh. Sang ayah meninggal dunia ketika Imam Bukhari masih kecil. Ibundanya yang merawat sampai ia tumbuh besar.
Sejak kecil, Imam Bukhari dikenal sebagai anak yang cerdas, hafalannya kuat, dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Disebutkan juga bahwa Imam Bukhari mengalami kebutaan saat masih kecil, lalu Allah SWT memberinya anugerah dengan memulihkan penglihatannya.
Di saat usia 6 tahun, Imam Bukhari telah mempelajari karya-karya yang terkenal di zaman itu, terutama kitab-kitab yang berkaitan dengan hadits. Di usia yang masih sangat kecil, Imam Bukhari sudah berhasil menghafal 70 ribu hadits. Ia juga berhasil menelaah kitab-kitab terkenal saat usianya 16 tahun.
Tempuh Ribuan Kilometer Demi Hadits
Dilansir dari laman NU Jabar, perjalanan Imam Bukhari mempelajari hadits tercatat dalam kitab Siyar A'lamin Nubala' juz 12, halaman 401, karya Imam Adz-Dzahabi:
"Muhammad bin Abi Hatim berkata, aku mendengar Abu 'Abdillah Muhammad bin Isma'il (Imam Al-Bukhari) berkata: Saat kecil, aku mendatangi majlis beberapa ahli fiqih kota Marwa. Ketika aku tiba di salah satu majlis, aku malu mengucapkan salam (menyapa) mereka. Tiba-tiba, seorang pengajar kota Marwa bertanya kepadaku: berapa banyak yang kamu tulis hari ini? Aku menjawab: dua, yaitu dua hadits, lalu seluruh orang yang menghadiri majlis tertawa, kemudian seorang syekh berkata kepada mereka: kalian jangan menertawakannya, karena suatu hari nanti, dia akan menertawakan kalian."
Dari kisah ini, dapat dipahami bahwa Imam Al-Bukhari memulai dari nol. Ia belajar di kota Marwa, yang kini disebut Mary, di Turkmenistan. Jarak antara kota Bukhara dan Mary sekitar 382 km perjalanan darat.
Semangatnya membawa ia mengembara, jauh, ribuan kilometer dari tanah kelahirannya. Imam Bukhari juga menjelajah ke berbagai negeri seperti Makkah, Madinah, Kufah, Basrah, Baghdad, Mesir, dan Syam demi mencari sanad hadits yang shahih.
Karya terbesarnya, Shahih al-Bukhari, disusun selama 16 tahun dan hanya memuat hadits-hadits paling sahih, dari sekitar 600.000 hadits yang ia hafal.
Perjalanan tersebut dilakukan dengan berjalan kaki, menaiki unta, kapal, atau ikut rombongan dagang, dan bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Dalam perjalanan itu, ia menulis, menghafal, dan mengecek ribuan hadits dari lebih dari ribuan guru hadits.
Ketelitian Imam Bukhari dalam Menerima Hadits
Dikutip dari karya tulis berjudul Studi Hadis-Hadis Wakaf dalam Kitab Sahih Al-Bukhari dan Fath Al-Bari karya Nurodin Usman disebutkan bahwa selama hidupnya, Imam Bukhari mengumpulkan lebih dari 600.000 hadits.
Dalam kitab Shahih al-Bukhari, ia hanya memilih sekitar 7.275 hadits dengan pengulangan, atau sekitar 2.600-an hadis tanpa pengulangan. Semua hadits yang masuk ke dalam Shahih al-Bukhari telah melalui penelitian ketat, termasuk keabsahan sanad dan kredibilitas setiap perawi.
Ia berkata, "Aku tidak memasukkan satu hadis pun ke dalam kitab ini (Shahih al-Bukhari) melainkan setelah aku shalat istikharah dua rakaat memohon petunjuk dari Allah."
Perjuangan Imam Al-Bukhari dalam belajar membuahkan hasil. Pada usia 16 tahun, beliau telah menghafal karya-karya Imam Ibnu Mubarak dan Imam Waki'. Bahkan, ketika penduduk kota Balkha memintanya membacakan satu hadits dari setiap perawi yang ia tulis, beliau mampu membacakan seribu hadits dari setiap perawi tersebut.
Wallahu a'lam.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana