Rano Karno Main Teater 'Imam Al-Bukhari dan Soekarno' di Surabaya

Rano Karno Main Teater 'Imam Al-Bukhari dan Soekarno' di Surabaya

Faiq Azmi - detikJatim
Jumat, 27 Jun 2025 19:12 WIB
Konferensi pers prapertunjukan Teater Imam Al-Bukhari dan Soekarno di Surabaya.
Konferensi pers prapertunjukan Teater 'Imam Al-Bukhari dan Soekarno' di Surabaya. (Foto: Faiq Azmi/detikJatim)
Surabaya -

Balai Budaya Surabaya akan menggelar pertunjukan Teater 'Imam Al-Bukhari dan Soekarno' malam ini. Pertunjukan ini ditujukan untuk mengenang Proklamator Republik Indonesia Ir Soekarno sekaligus memperingati Bulan Bung Karno.

Konferensi pers pra acara teater turut dihadiri Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan, Rano Karno. Dalam sambutannya, Rano mengisahkan pengalaman Bung Karno yang pernah 3 kali menolak undangan resmi dari pemerintah Uni Soviet di era 1950-an.

"Bukan karena alasan politik, melainkan karena Bung Karno mengajukan satu syarat yang mengejutkan: temukan dulu di mana makam Imam Al-Bukhari. Permintaan itu akhirnya dipenuhi, dan makam sang imam besar ditemukan di Uzbekistan," ujarnya di Hotel Majapahit Surabaya, Jumat (27/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagi Bung Karno, permintaan tersebut bukan sekadar simbolis. Ia ingin menunjukkan bahwa pemimpin dari negeri mayoritas muslim harus mampu menempatkan tokoh-tokoh besar Islam pada tempat yang layak di mata dunia," lanjutnya.

Rano juga menceritakan semasa pengasingan di Ende, Bung Karno aktif menciptakan dan mementaskan tonil atau drama panggung yang ia tulis sendiri. Seni baginya bukan sekadar hiburan, tetapi juga alat perjuangan dan perenungan.

ADVERTISEMENT

Maka tidak mengherankan jika pementasan yang mengangkat kisah hubungan spiritual Bung Karno dan Imam Bukhari yang akan dipentaskan itu menjadi begitu bermakna.

"Pemilihan Surabaya sebagai lokasi pertunjukan bukanlah kebetulan. Surabaya adalah tempat kelahiran Bung Karno pada 6 Juni 1901, kota tempat ia tumbuh dan mulai mengenal kehidupan, termasuk politik dan Islam," tambahnya.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dalam sambutannya menegaskan bahwa Soekarno dan Surabaya adalah satu kesatuan sejarah yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

"Saya berharap pementasan ini dapat membakar kembali api perjuangan Bung Karno dalam diri generasi muda Surabaya," tegasnya.

Eri juga menggarisbawahi pentingnya meneladani semangat Bung Karno, bukan hanya mengenang sosoknya. Api perjuangan sang proklamator, menurutnya juga harus terus dijaga dan diwariskan. Karena Keberanian dan keyakinan Bung Karno terhadap nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan masih sangat relevan.

Sementara Cucu Bung Karno yang juga Anggota DPR Dapil Jatim I, Puti Guntur Soekarno menyoroti pandangan Bung Karno tentang Islam sebagai agama yang bukan hanya berperan di tingkat nasional, tetapi juga harus dihormati dalam pergaulan dunia.

Puti menyampaikan selain meminta agar makam Imam Bukhari ditemukan, Bung Karno juga meminta kepada pemerintah Soviet agar masjid di St. Petersburg Rusia yang sebelumnya dijadikan gereja, dibuka kembali menjadi masjid.

"Permintaan itu dikabulkan dan kini masjid tersebut dikenal sebagai Blue Mosque atau Masjid Soekarno, menjadi simbol kuat diplomasi spiritual seorang pemimpin negara," jelasnya.

Puti menegaskan kisah ini bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi relevan dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia yang beragama dan berperadaban. Ia pun berharap agar pementasan ini bisa berlanjut ke kota-kota lain seperti Bandung, khususnya di Gedung Asia Afrika yang bersejarah.

Pementasan 'Imam Al-Bukhari dan Soekarno' digarap oleh tim teater muda berbakat di bawah arahan Restu, seniman yang telah lama berkecimpung di dunia pertunjukan.

Naskah yang ditampilkan merupakan hasil riset sejarah yang mendalam, disajikan dengan pendekatan teater modern tanpa kehilangan ruh budaya dan religiusitasnya. Naskah itu akan dibawakan 11 aktor dan aktris menceritakan perjalanan spiritual Bung Karno secara dramatis, menyentuh, sekaligus edukatif.

Setelah sukses dipentaskan di Jakarta dan kini di Surabaya, pertunjukan ini direncanakan akan menjadi bagian dari rangkaian roadshow nasional dalam rangka Bulan Bung Karno 2025.

Selain teater, kegiatan lainnya meliputi lomba lari maraton, pasar budaya, diskusi publik, hingga kunjungan ke situs sejarah. Semuanya dirancang untuk mengenalkan kembali sosok Bung Karno secara utuh: sebagai pemimpin, pemikir, seniman, dan muslim yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Pertunjukan malam ini bukan hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga pengingat bahwa sejarah bukan sekadar catatan masa lalu. Ia hidup dalam kesadaran kolektif, terutama ketika dikenang melalui seni yang menyentuh jiwa dan menggugah hati.

Surabaya, malam itu, bukan hanya panggung teater, melainkan panggung sejarah yang kembali hidup. Pentas ini turut menampilkan sisi lain dari sang proklamator yang selama ini jarang disorot yakni dimensi spiritual dan kedekatannya dengan nilai-nilai Islam.




(dpe/hil)


Hide Ads