Zuhud Adalah Jalan Hidup Menuju Cinta Allah, Ini Ciri dan Tingkatannya

Zuhud Adalah Jalan Hidup Menuju Cinta Allah, Ini Ciri dan Tingkatannya

Hanif Hawari - detikHikmah
Sabtu, 11 Jan 2025 08:00 WIB
Ilustrasi muslim, orang sholeh.
Ilustrasi orang zuhud (Foto: Rawpixel/Freepik)
Jakarta -

Zuhud adalah salah satu topik penting yang dibahas dalam ilmu tasawuf, cabang ilmu Islam yang berfokus pada pembersihan hati dan pengabdian total kepada Allah SWT.

Dalam tasawuf, zuhud dipandang sebagai jalan untuk mengarahkan diri kepada kehidupan yang lebih mendalam secara spiritual, dengan menjauhkan hati dari ketergantungan terhadap dunia.

Konsep ini menjadi dasar bagi praktik tasawuf, yang bertujuan membimbing manusia menuju ma'rifat atau pengenalan yang mendalam terhadap Sang Pencipta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Zuhud

Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya Hakikat Fakir dan Zuhud, zuhud diartikan sebagai sikap meninggalkan perkara duniawi demi meraih sesuatu yang lebih bernilai di akhirat. Dengan kata lain, zuhud merupakan tindakan menjauhkan diri dari hal-hal duniawi untuk mendapatkan kebaikan yang lebih tinggi.

Sementara, Imam Ahmad bin Hanbal dalam buku Zuhud Cahaya Qalbu, mendefinisikan zuhud sebagai berpaling dari sesuatu dan meninggalkannya karena dianggap hina.

ADVERTISEMENT

Selain itu, zuhud juga berarti meninggalkan perkara duniawi yang halal karena khawatir akan hisabnya, serta menjauhi hal-hal yang haram karena takut terhadap hukuman Allah SWT.

Orang yang menerapkan sikap zuhud akan melindungi hatinya dari pengaruh kemewahan dunia yang dapat menyesatkan. Sikap zuhud juga dijelaskan Allah dalam surah Al Kahfi ayat 46:

اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا ۝٤٦

Artinya: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."

Ciri-ciri Sikap Zuhud

Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip dalam buku Zuhud Berdasi karya Hj. Noorthaibah, orang yang menjalani kehidupan zuhud memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

  1. Tidak berlebihan dalam merasa bahagia saat mendapatkan sesuatu dan tidak terlalu berduka saat kehilangannya. Sebagai contoh, ketika seseorang mendapat jabatan tinggi, ia tidak merasa terlalu gembira, dan ketika kehilangan jabatan tersebut, ia tidak terlalu bersedih.
  2. Orang yang zuhud tidak bersikap sombong, bahkan ketika mendapat pujian. Mereka tidak merasa terhina atau kecewa ketika dikritik. Mereka mensyukuri pujian yang diberikan dan tidak terganggu oleh celaan. Bagi seorang zuhud, pujian maupun kritikan dianggap setara dan tidak terlalu penting.
  3. Hati seorang zahid dipenuhi kecintaan kepada Allah SWT dan tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi.
  4. Dalam hati yang benar-benar tertuju kepada Allah SWT, tidak ada tempat untuk hal-hal selain Dia. Kecintaannya kepada Allah SWT begitu besar sehingga kekayaan dan hal-hal duniawi tidak memiliki arti apa pun baginya.

Tingkatan dalam Zuhud

Imam Al-Ghazali juga mengklasifikasikan zuhud ke dalam empat tingkatan berikut:

  1. Tingkatan tertinggi adalah ketika seorang zahid sepenuhnya meninggalkan segala sesuatu selain Allah SWT, baik urusan dunia maupun kenikmatan akhirat. Ini merupakan bentuk zuhud yang paling sempurna.
  2. Tingkatan berikutnya adalah meninggalkan segala hal yang memberikan kenikmatan kepada indra atau perasaan, khususnya yang tidak diperlukan dalam perjalanan mendekat kepada Allah SWT.
  3. Menghindari segala bentuk sarana kesenangan, terutama harta kekayaan dan pengaruhnya, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan keduanya.
  4. Menjauhi pengetahuan, kekuasaan, emas, dan perak, karena emas dan perak adalah simbol utama kekayaan dunia, sedangkan pengetahuan dan kekuasaan merupakan sumber pengaruh besar dalam masyarakat.

Keutamaan Zuhud

Menurut buku Mutiara Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali, tingkatan zuhud yang paling tinggi adalah tidak menyukai apa pun selain Allah SWT, bahkan termasuk kenikmatan akhirat. Dalam kezuhudan, penting untuk menyadari bahwa akhirat memiliki nilai yang jauh lebih baik dibandingkan dunia.

Salah satu keutamaan utama yang dimiliki oleh orang yang zuhud adalah mendapatkan cinta dari Allah SWT. Keutamaan ini disebutkan dalam berbagai hadits, Rasulullah SAW bersabda:

إِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ

Artinya: "Zuhudlah kamu terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka mereka akan mencintaimu." (HR Ibnu Majah)

Selain itu, keutamaan zuhud turut disebutkan dalam riwayat lainnya. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ قَدْ أُوتِيَ زُهْدًا فِي الدُّنْيَا وَمَنْطِقًا فَاقْتَرِبُوا مِنْهُ فَإِنَّهُ يُلَقِّنُ الْحِكْمَةَ

Artinya: "Jika di antara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah ia. Sesungguhnya ia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan."

Wallahu a'lam.




(hnh/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads