Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS) memperkirakan populasi Gaza telah turun sekitar 6 persen sejak dimulainya serangan Israel di daerah tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan udara dan darat Israel telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina. PCBS menyatakan bahwa lebih dari 55.000 orang diduga tewas, sementara 11.000 orang masih hilang. Sekitar 100.000 warga Palestina telah meninggalkan Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Dengan demikian, PCBS mengatakan populasi Gaza telah menurun sekitar 160.000 menjadi 2,1 juta. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan angka ini dibuat-buat, angka ini sesuai dengan perkiraan yang dibuat oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Hingga Juli 2024, OCHA memperkirakan sekitar 2,1 juta orang masih berada di Jalur Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada kerugian manusia dan material yang sangat besar," lapor PCBS seperti dilansir Saudi Gazette, Kamis (2/1/2025).
"Namun agresi Israel yang agresif dan brutal terhadap seluruh Jalur Gaza terus berlanjut," tambahnya.
Mahkamah Internasional (ICJ), pengadilan tertinggi PBB yang berpusat di Den Haag, pada Januari lalu memutuskan Israel harus mencegah tindakan genosida terhadap warga Palestina.
Beberapa organisasi hak asasi manusia menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza karena skala kematian dan kehancuran yang terjadi.
Pada bulan Desember lalu, Human Rights Watch (HRW) mengatakan bahwa dengan secara sistematis membatasi dan menargetkan pasokan air Gaza, maka terbentuklah kampanye yang merupakan "tindakan genosida."
Itu adalah yang terbaru di antara sejumlah kritikus yang menuduh Israel melakukan tindakan genosida dalam perangnya di Gaza. Israel dengan keras membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan perangnya ditujukan pada militan Hamas, bukan warga sipil Gaza.
"Human Rights Watch sekali lagi menyebarkan fitnah berdarah untuk mempromosikan propaganda anti-Israelnya," kata Kementerian Luar Negeri Israel. Mereka mengklaim Israel telah berupaya memfasilitasi aliran air dan bantuan kemanusiaan ke Gaza selama perang.
Dalam laporannya, HRW menuduh banyak bayi, anak-anak, dan orang dewasa telah meninggal karena kekurangan gizi, dehidrasi, dan penyakit sebagai akibat dari tindakan otoritas Israel selama lebih dari setahun perang untuk secara sengaja memutus aliran air dan listrik ke Gaza, menghancurkan infrastruktur, dan mencegah distribusi pasokan penting.
"Sebagai kebijakan negara, tindakan ini merupakan serangan yang meluas atau sistematis yang ditujukan terhadap penduduk sipil. Oleh karena itu, pejabat Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan," kata kelompok yang bermarkas di New York tersebut.
Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan bahwa "pola perilaku" yang diuraikan dalam laporannya dan pernyataan dari pejabat Israel "mungkin mengindikasikan" niat genosida, tetapi tidak sepenuhnya berpihak pada satu pihak. Berdasarkan hukum internasional, pembuktian niat adalah kunci dalam menyimpulkan apakah kejahatan genosida telah dilakukan.
Ketika ICJ mengeluarkan perintahnya agar Israel menyediakan layanan dan bantuan dasar bagi warga Palestina, para pejabat mengabaikannya, kelompok itu menuduh.
Human Rights Watch mengatakan temuannya didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 60 warga Palestina, laporan dari karyawan utilitas, dokter dan pekerja perawatan kesehatan lainnya serta pekerja bantuan, dan analisis citra satelit, foto, dan video.
"Dokter dan perawat mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa mereka telah melihat banyak bayi, anak-anak, dan orang dewasa meninggal karena kombinasi kekurangan gizi, dehidrasi, dan penyakit," kata kelompok itu.
Laporan HRW muncul dua minggu setelah Amnesty International menuduh Israel melakukan genosida di Gaza. Israel menolak tuduhan itu dengan menyebut "sepenuhnya salah dan berdasarkan kebohongan." Israel sebelumnya telah membantah tuduhan yang diajukan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional bahwa pasukannya telah melakukan tindakan tidak manusiawi di daerah
yang dilanda perang tersebut.
Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional sedang berupaya menangkap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant karena diduga melakukan kejahatan perang.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
BPJPH: Ayam Goreng Widuran Terbukti Mengandung Unsur Babi
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat