Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Yusuf Alfiansyah Kasdini - detikHikmah
Jumat, 01 Nov 2024 09:30 WIB
Masjid Agung Damaskus, Masjid terbesar Bani Umayyah
Masjid Agung Damaskus, Masjid terbesar Bani Umayyah. Foto: Ensiklopedia Britannica
Jakarta -

Bani Umayyah menjadi salah satu dinasti penting dalam sejarah Islam, yang berjaya dengan pusat pemerintahannya di Damaskus. Dinasti ini didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, seorang pemimpin dari suku Quraisy yang dikenal kaya dan dihormati.

Muawiyah dianggap memenuhi syarat untuk memimpin, dan kiprahnya ini membawa keluarga Bani Umayyah ke posisi kekuasaan yang besar. Meski awalnya menentang dakwah Nabi Muhammad SAW, Bani Umayyah akhirnya memeluk Islam setelah peristiwa Fathu Makkah pada tahun 8 H.

Menurut keterangan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam Muawiyah karya Imam Subchi, Muawiyah sendiri telah lebih dulu memeluk Islam sebelum peristiwa Fathu Makkah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Periode Pemerintahan Bani Umayyah

Dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap tulisan Rizem Aizid, asal nama Umayyah berasal dari tokoh Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf, salah satu pemimpin terkemuka dalam kabilah Quraisy. Penamaan Bani Umayyah ini mengacu pada keturunan Umayyah, termasuk anak, cucu, hingga keturunan selanjutnya. Jadi, yang dimaksud dengan Bani Umayyah adalah seluruh keturunan Umayyah bin Abdi Syams.

Periode pemerintahan Bani Umayyah dikenal sebagai salah satu masa kejayaan peradaban Islam yang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga menyaingi kekaisaran besar seperti Alexander Agung.

ADVERTISEMENT

Setelah berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah berdiri kokoh dengan pusat pemerintahannya di Damaskus, Suriah. Dinasti ini dipimpin oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan, seorang pemimpin dari kalangan suku Quraisy yang dikenal akan kemampuannya dalam strategi politik dan militer.

Pada puncak kejayaannya, Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan berbagai wilayah penting seperti Afrika Utara, Khurasan, Bukhara, India, perbatasan Tiongkok, dan Spanyol. Sejarah mencatat, wilayah yang dikuasai oleh Bani Umayyah hampir sama luasnya dengan wilayah yang pernah dicapai oleh Alexander Agung.

Dinasti ini bertahan hampir sekitar seratus tahun, yaitu sejak tahun 41 H/661 M hingga 132 H/750 M. Khalifah Muawiyah pada saat itu memindahkan ibu kota peradaban Islam yang awalnya di Madinah menjadi Damaskus dan menjadikan Damaskus sebagai pusat kekuasaan dan perkembangan Islam yang sangat maju pada masanya.

Nama-nama Pemimpin Bani Umayyah

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, yang berpusat di Damaskus, dinasti ini berlangsung selama 91 tahun dan dipimpin oleh 14 khalifah berbeda. Berikut ini adalah daftar nama pemimpin Bani Umayyah beserta masa kepemimpinan mereka:

1. Muawiyah bin Abu Sufyan, pendiri sekaligus pemimpin pertama dari dinasti ini (memerintah tahun 40-60 H atau 660-680 M)

2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H atau 680-684 M)

3. Muawiyah II (63-64 H atau 683-684 M)

4. Marwan bin al-Hakam (64-65 H atau 684-685 M)

5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H atau 685-705 M)

6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H atau 705-715 M)

7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H atau 715-717 M)

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H atau 717-719 M)

9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H atau 720-724 M)

10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H atau 724-743 M)

11. Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H atau 743-743 M)

12. Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126 H atau 743 M)

13. Ibrahim bin al-Walid (127 H atau 744 M)

14. Marwan bin al-Hakam (127-132 H atau 744-750 M)

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah

Pada masa Bani Umayyah, peradaban Islam mencapai kemajuan pesat yang berdampak luas pada berbagai bidang kehidupan. Dari aspek politik, budaya, hingga ilmu pengetahuan, kekuasaan Bani Umayyah berhasil membangun fondasi kokoh yang memperkuat peran Islam di panggung dunia. Berikut adalah beberapa kemajuan peradaban Islam yang terjadi pada masa Bani Umayyah.

1. Pembentukan Lembaga Pemerintahan

Diwanul Hijabah: Lembaga ini bertugas memberikan pengawalan khusus kepada khalifah.

Diwanul Khatam: Berfungsi sebagai pencatat semua aturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh khalifah.

Diwanul Barid: Merupakan departemen pos dan transportasi yang mengelola pos-pos perjalanan dan menyediakan transportasi dengan kuda.

Shahibul Kharraj: Lembaga pemungut pajak yang bertanggung jawab mengelola penerimaan negara dari pajak.

2. Kemajuan dalam Seni Sastra

Masa ini menyaksikan peningkatan besar dalam bidang sastra. Banyak tokoh sastrawan seperti Umar bin Abi Rabi'ah, Tuwais, dan Ibnu Suraih muncul dan berpengaruh.

Sibawaih, seorang pakar tata bahasa Arab, menghasilkan karya berjudul Al-Kitab yang menjadi rujukan utama dalam pengembangan ilmu nahwu.

3. Pencapaian Arsitektur

Dinasti Umayyah menghasilkan berbagai bangunan monumental yang terinspirasi dari arsitektur Romawi, Persia, dan Arab, termasuk Masjid Damaskus dan Masjid Agung Kordoba yang dikenal dengan keindahan batu pualamnya.

4. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan bahasa Arab: Bahasa Arab dijadikan bahasa resmi pemerintahan, menggantikan bahasa Romawi dan Persia di wilayah kekuasaan Bani Umayyah, memperkuat persatuan melalui bahasa.

Marbad, Pusat Kegiatan Ilmu dan Budaya: Sebuah pusat ilmu dan budaya di Damaskus tempat para cendekiawan, penyair, dan filosof berkumpul, menjadikan kota ini pusat intelektual dengan sebutan ukadz bagi dunia Islam.

Ilmu Qira'at: Pengkajian dan pembacaan Al-Qur'an secara mendalam terus berkembang dengan tokoh seperti Abdullah bin Qusair dan Ashim bin Abi Nujud.

Ilmu Tafsir: Di masa ini, interpretasi Al-Qur'an makin diperdalam, dengan ulama terkenal seperti Mujahid yang menyusun tafsir dan wafat pada 104 H.

Penyebab Runtuhnya Bani Umayyah

Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah bukanlah suatu kejadian yang tiba-tiba, melainkan dipicu oleh berbagai faktor yang perlahan-lahan melemahkan kekuatan mereka. Berikut adalah sejumlah faktor utama yang menyebabkan Bani Umayyah kehilangan pengaruh dan akhirnya jatuh.

1. Konflik Politik dan Penumpasan Oposisi

Latar belakang runtuhnya Bani Umayyah erat kaitannya dengan konflik politik sejak masa Ali bin Abi Thalib. Banyak perlawanan yang datang dari golongan oposisi, seperti kelompok Syiah (pengikut Ali) dan Khawarij.

2. Masalah Pergantian Kekhalifahan

Sistem pergantian kekhalifahan melalui garis keturunan menjadi hal baru yang sebelumnya tidak dikenal dalam tradisi Arab, yang lebih menekankan aspek senioritas, menciptakan ketegangan yang sering kali tidak sehat.

3. Konflik Status Mawali

Pertentangan antara masyarakat Arab dan golongan mawali (non-Arab) juga menjadi faktor penting. Golongan mawali merasa terpinggirkan. Selain itu, keangkuhan Arab yang dijunjung tinggi di era Bani Umayyah memperburuk ketidakpuasan kaum mawali.

4. Ketegangan antar Suku Arab

Perselisihan antara suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arab Selatan (Bani Kalb) semakin memanas.

5. Gaya Hidup Istana dan Kekecewaan Agamawan

Lemahnya pemerintahan juga disebabkan oleh gaya hidup mewah di lingkungan istana sehingga generasi penerus khalifah tidak siap menanggung tanggung jawab negara.

6. Munculnya Kekuatan Baru

Faktor terakhir adalah kemunculan kekuatan baru yang dipimpin oleh keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Kelompok ini mendapat dukungan dari Bani Hasyim, golongan Syiah, serta kaum mawali yang merasa diabaikan. Pergerakan ini pada akhirnya berhasil menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads