Dinasti Mamluk Dibangun Kumpulan Budak, Tinggalkan Jejak Peradaban Mesir

Dinasti Mamluk Dibangun Kumpulan Budak, Tinggalkan Jejak Peradaban Mesir

Yusuf Alfiansyah Kasdini - detikHikmah
Sabtu, 26 Okt 2024 17:01 WIB
Wide angle photo inside the Qaitbay Citadel of Alexandria Egypt during winter after rain fall. This fort has been standing strong since the 15th century. Behind the citadel, we can see the beautiful Alexandrian cityscape clearly with cloudy blue sky.
Benteng Qaitbay di Alexandria Mesir yang dibangun era Dinasti Mamluk. Foto: Getty Images/moezza
Jakarta -

Dinasti Mamluk menyimpan sejarah unik dalam khazanah peradaban Islam. Dinasti ini didirikan oleh kumpulan budak.

Para budak ini diambil dari para hamba sahaya yang dibentuk dan dilatih sebagai tentara elite. Dinasti Mamluk berhasil menguasai Mesir selama ratusan tahun. Bagaimana bisa budak menjadi fondasi kekuasaan sebesar ini? Berikut sejarahnya.

Sejarah Awal Dinasti Mamluk

Dinasti Mamluk merupakan salah satu dinasti Islam yang muncul dan berkembang di Mesir pada abad ke-13. Dijelaskan dalam buku Selayang Pandang Dinasti Mamluk karya Rizem Aizid, keistimewaan dari dinasti dibangun dari para hamba sahaya atau budak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelompok budak khusus yang dikenal sebagai Bani MamΓ’lik ini memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan budak biasa, karena mereka dilatih secara militer oleh para tuan mereka. Raja-raja yang berasal dari golongan budak ini disebut "MamΓ’lik" dalam istilah Arab dan di Barat dikenal sebagai "Mamluk."

Ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana MamΓ’lik atau Mamluk pertama kali berdiri di Mesir.

ADVERTISEMENT

Versi pertama mengatakan bahwa kaum Mamluk direkrut oleh Dinasti Abbasiyah pada abad ke-9 M untuk menjadi bagian dari pasukan militer. Mereka berasal dari wilayah Kaukasus dan Laut Hitam, mayoritas berasal dari bangsa Turki dan suku Kipchak.

Meskipun awalnya mereka bukan muslim, mereka akhirnya memeluk Islam dan menjadi kekuatan militer utama bagi umat Islam pada saat itu. Pada abad ke-12, kaum Mamluk dikirim ke Mesir oleh Dinasti Abbasiyah untuk memperkuat basis kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.

Versi kedua menyatakan bahwa kaum Mamluk adalah tawanan dari Dinasti Ayyubiyah yang ditangkap oleh Salahuddin al-Ayyubi. Setelah ditawan, mereka dilatih menjadi prajurit dan ditempatkan dalam pasukan elite yang terpisah dari pasukan reguler Dinasti Ayyubiyah.

Sultan Malik ash-Shalih, salah satu penguasa Ayyubiyah, memanfaatkan keahlian militer mereka dan menjadikan mereka pengawal kerajaan karena faktor keahlian militer mereka yang bagus.

Versi ketiga, kaum Mamluk adalah budak dari Turki dan Mongol yang dibeli oleh Sultan Malik ash-Shalih. Mereka ditempatkan di Pulau Rawdah di dekat Sungai Nil untuk menjadi pelayan.

Namun, karena kesetiaan dan keterampilan mereka dalam pertempuran, Sultan akhirnya mengangkat mereka sebagai komandan pasukan. Hal ini menjadi titik awal berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir.

Faktor-faktor Pembentukan Dinasti Mamluk

Berdasarkan sumber sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya Dinasti Mamluk di Mesir, yaitu sebagai berikut:

1. Kekosongan kekuasaan terjadi setelah Sultan Malik ash-Shalih wafat pada 1249 M.

2. Keberhasilan Turansyah, putra Sultan Malik ash-Shalih, dalam mengalahkan Perang Salib Ketujuh.

3. Ketidakpuasan dari kalangan Mamluk Bahri terhadap kepemimpinan Turansyah, yang lebih mengutamakan budak dari suku Kurdi.

4. Syajaratuddur sebagai ibu dari Turansyah marah atas perlakuan Turansyah terhadap dirinya, yang menyebabkan ibu tirinya merencanakan makar.

5. Kecaman dari Khalifah al-Mu'tashim terhadap kenaikan Syajaratuddur sebagai pemimpin wanita di Mesir. Syajaratuddur kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Izzuddin Ayabek setelah menikah. Izzuddin Ayabek dikenal sebagai pendiri Dinasti Mamluk dan sultan pertama.

Periode Kekuasaan Dinasti Mamluk

Dinasti Mamluk terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. Mamluk Bahri merupakan penjaga setia yang menempati posisi penting selama pemerintahan Sultan Malik ash-Shalih, yang mayoritas berasal dari suku Turki dan Mongol, dan memegang kekuasaan antara tahun 1250 hingga 1382 M. Sementara itu, Mamluk Burji terdiri dari Mamluk yang bukan berasal dari suku Turki dan Mongol, dan mereka berkuasa dari tahun 1382 hingga 1516 M.

Mamluk Bahri

Dinasti Mamluk Bahri dikenal sebagai Dinasti Mamluk yang berdiri pada periode pertama kekuasaan Dinasti Mamluk. Ada beragam interpretasi mengenai nama Bahriyyah yang melekat pada Mamluk milik Ash-Shaleh Ayyub dan Dinasti Mamluk awal. Sejarawan Islam akhir, seperti Al-Maqrizi dan Ibnu Taghri Bardi, menjelaskan bahwa komunitas ini disebut Bahriyyah karena terkait dengan bahar Nil (Sungai Nil) yang mengelilingi tempat tinggal mereka di Jazirah Ar-Raudhah.

Namun, sejarawan sezaman dengan Ash-Shaleh Ayyub, seperti Ibnu Washil dan Abu Syamah, tidak menyebutkan Nil sebagai asal muasal nama Bahriyyah.

Ada pula pendapat lain yang lebih jauh lagi, mengaitkan istilah Bahriyyah dengan rute yang dilalui para Mamluk ini dari pasar budak di wilayah Kaukasus, Asia Kecil, dan pesisir Laut Hitam hingga ke Mesir, Alexandria, dan Damietta (Dimyath).

Mamluk Burji

Berbeda dengan Mamluk Bahri yang berasal dari Turki, Mamluk Burji mayoritas berasal dari wilayah Sirkasia, kecuali dua sultan, yakni Khusyqadam (1461-1467) dan Timurbugha (1467), yang berasal dari Yunani, seperti yang diutarakan oleh Ahmadin dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam. Pada era Dinasti Burji, mereka menolak prinsip pewarisan kekuasaan. Mereka percaya bahwa sultan hanyalah primus inter pares, sementara kekuasaan nyata berada di tangan para panglima militer, menciptakan sistem oligarki militer.

Diceritakan dalam buku Islam dan Peradaban Sejarah, Perkembangan, dan Spirit Moderasi Piagam Madinah yang disusun oleh Muhammad Qorib dkk, Dinasti Mamluk mulai mengalami kemunduran ketika kekhalifahan berpindah dari Mamluk Bahri ke Mamluk Burji pada tahun 1382 M. Mamluk Burji, meskipun kuat di bidang militer, tidak memiliki kemampuan dalam mengelola pemerintahan.

Selain itu, kecintaan mereka terhadap ilmu juga berkurang, dan beberapa sultan yang memimpin menjadi terkenal karena gaya hidup buruk, seperti kecanduan alkohol. Pada tahun 1516 M, Dinasti Mamluk dikalahkan oleh Sultan Salim I dari Turki Utsmani dalam Pertempuran Marj Dabiq di dekat Aleppo. Akhirnya, pada 1517, wilayah Dinasti Mamluk resmi menjadi bagian dari kekuasaan Turki Utsmani.

Kontribusi Dinasti Mamluk dalam Sejarah

Dinasti Mamluk memainkan peran yang sangat signifikan dalam sejarah peradaban Islam. Seperti yang dijelaskan dalam buku Sejarah Terlengkap Peradaban Islam karya Abdul Syukur al-Azizi, beberapa kontribusi penting Dinasti Mamluk adalah sebagai berikut:

1. Mengalahkan pasukan Kristen Eropa yang menyerang wilayah Syam (yang kini mencakup Suriah, Palestina, Lebanon, dan Yordania).

2. Menumbangkan kekuatan bangsa Mongol yang dikenal bangsa yang tidak dikalahkan siapapun.

3. Menaklukkan serta menyebarkan agama Islam ke wilayah Kerajaan Nubia (Ethiopia).

4. Menguasai pulau-pulau strategis seperti Cyprus dan Rhodos.

Warisan dan Peninggalan Dinasti Mamluk

Dinasti Mamluk meninggalkan banyak warisan penting bagi peradaban Islam. Beberapa peninggalan yang terkenal antara lain:

1. Masjid Sultan Hassan

Masjid ini terletak di kawasan bundaran Shalahuddin, berhadapan langsung dengan Bab Al Izb, tepat di belakang benteng Shalahuddin.

2. Mausoleum Qalawun

Mausoleum ini berada di Kota Kairo, Mesir, dan dikenal sebagai salah satu mausoleum termegah setelah Taj Mahal di India.




(kri/kri)

Hide Ads