Dinasti Ayyubiyah berkuasa selama kurang lebih 90 tahun dengan dipimpin sepuluh orang khalifah. Dinasti ini runtuh usai kepemimpinan sultan terakhirnya.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, kepemimpinan umat Islam digantikan oleh sistem kekhalifahan, dinasti, atau kerajaan. Salah satu dinasti besar yang pernah berdiri bernama Dinasti Ayyubiyah.
Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Ia lahir di daerah Takriet pada tahun 532 H/1137 M. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam buku Sejarah Perkembangan Islam di Mesir karya H. Husain Abdullah, dkk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangsa Eropa lebih mengenal Shalahuddin Al-Ayyubi dengan nama Saladin. Ia mendapatkan gelar sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa dalam Perang Salib.
Pada awalnya, Shalahuddin Al-Ayyubi hanya ditunjuk oleh pamannya, Nuruddin Zanki untuk membantu Dinasti Fatimiyah di Mesir dalam Perang Salib. Ia memimpin pasukan dari suku Kurdi dan Turkuman dengan angkatan bersenjata di bawah panglima tertinggi Shirkuh.
Singkat cerita, panglima Shirkuh wafat dalam pertempuran tersebut dan Shalahuddin Al-Ayyubi menggantikannya. Dengan segala keberhasilannya dalam pertempuran, ia pun ditunjuk untuk menggantikan Khalifah Al-Adhid menjadi penguasa Mesir.
Sejak menjadi seorang pemimpin Mesir, Shalahuddin Al-Ayyubi mulai menguatkan pengaruh dan daerah kekuasaannya. Hingga pada akhirnya ia memproklamasikan dirinya sebagai Raja Mesir dan pelindung Raja Syam.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mempersatukan Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan Yaman untuk melawan tentara salib. Dirinya juga berhasil memadamkan segala kekacauan yang terjadi di Syiria.
Perang Salib berhasil dihentikan di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi dengan terjadinya sebuah perjanjian di Ramleh pada tahun 1192 M. Perjanjian itu berisi,
- Yerusalem tetap berada di bawah kekuasaan umat Islam sedangkan umat Kristen diizinkan menjalankan ibadah di tanah suci mereka
- Tentara pasukan Salib mempertahankan daerah pantai Syiria, Tyre, sampai Jaffa
- Umat Islam mengembalikan harta rampasan
Tepat pada tahun 1174 M Shalahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir dan mendirikan Dinasti Ayyub. Menurut sejarah, Dinasti Ayyub ini berdiri selama kurang lebih 90 tahun.
Khalifah Dinasti Ayyubiyah
Sebagaimana disebutkan di atas, Dinasti Ayyubiyah berdiri selama 90 tahun. Dalam waktu itu pula ada sekitar sepuluh orang pemimpin yang memimpin Dinasti Ayyubiyah dengan baik.
Mengutip buku Sejarah Perkembangan Islam di Mesir: Masa Khalifah Umar bin Khaththab sampai Masa Dinasti Ayyubiyah karya Husain Abdullah dkk, berikut khalifah yang memimpin Dinasti Ayyubiyah.
- Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1174-1193 M)
- Al-Aziz bin Shalahuddin (1193-1198 M)
- Manshur bin al-Azis (1198-1199 M)
- Al-Adil I Ahmad bin Ayyub (1199-1218 M)
- Al Kamil I (1218-1238 M)
- Al-Adil II (1238-1240 M)
- Sholeh Najmuddin (1240-1249 M)
- Muazzham Tauran bin Sholeh (1249 M)
- Syajarat al-Durr istri Malik Sholeh (1249 M)
- Asyraf bin Yusuf (1249-1250 M)
Sultan Terakhir dari Dinasti Ayyubiyah
Ada tiga pendapat tentang sultan terakhir dari Dinasti Ayyubiyah. Disebutkan dalam Tarikh Al-Mamalik Fi Mishr Wa Bilad Asy-Syam karya Muhammad Suhail Thaqqus, pendapat pertama menyabut Al-Muazhzham Turan Shah adalah sultan terakhir dari Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Menurut pendapat ini, Sultanah Syajarah Ad-Durr menjadi pemimpin Mamluk pertama yang menggantikan kekuasaan Ayyubiyah.
Pendapat kedua, sekelompok sejarawan menyebut bahwa Syajarah Ad-Durr adalah sultan Dinasti Ayyubiyah yang terakhir di Mesir, dalam kapasitasnya sebagai istri Ash-Shaleh Ayyub. Dinasti Ayyubiyah di Mesir hilang tatkala Syajarah Ad-Durr turun takhta dan menyerahkan kekuasaanya kepada Al-Muiz Aibah, raja pertama di Mesir.
Sementara itu, sekelompok sejarawan lain meyakini bahwa Asyraf bin Yusuf adalah sultan terakhir dari Dinasti Ayyubiyah yang diangkat oleh Al-Muiz Aibak. Kala itu ia masih berusia 10 tahun dan Al-Muiz Aibah memegang kendali kesultanan sepenuhnya.
Menurut pendapat ini, Dinasti Ayyubiyah akhirnya benar-benar runtuh tepat saat dipimpin oleh Asyraf bin Yusuf (Al-Asyraf Turansyah) pada tahun 1249-1250 M.
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah mulai mengalami kemunduran ketika kekuasaan dipegang oleh Sultan As-Shalih Najmuddin dan akhirnya benar-benar runtuh pada era sultan terakhirnya.
Ada beberapa faktor yang menjadi alasan runtuhnya Dinasti Ayyubiyah, di antaranya:
- Faktor persengketaan keturunan-keturunan Sultan Dinasti Ayyubiyah.
- Diimpornya budak-budak dari Turki dalam jumlah besar oleh Sultan Al-Malik As-Shalih Najmuddin. Ditambah lagi, Sultan As-Shalih membekali mereka dengan kekuatan militer sehingga membuat budak dari kaum Mamluk ini berkeinginan untuk menggulingkan pemerintahan.
- Kelemahan Dinasti Ayyubiyah semakin jelas saat istri Sultan As-Shalih, Shajah Ad-Durr menggantikannya memimpin negara setelah kematiannya.
- Pengangkatan Al-Asyraf Turansyah sebagai sultan juga membuat Dinasti Ayyubiyah semakin melemah. Konflik antara Al-Asyraf dengan Mamluk Bahr menjadi semakin besar karena Al-Asyraf dianggap mengabaikan peran Mamluk Bahr dan lebih mengutamakan tentara dari Kurdi.
Akhirnya, pada tahun 1250 M, kaum Mamluk Bahr di bawah kepemimpinan Baybars dan Izzudin Aybak melakukan kudeta terhadap Al-Asyraf dan berhasil menguasai Mesir dan sekitarnya.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
142 Negara PBB Setuju Palestina Merdeka tapi Gaza Terus Digempur Israel
KTT Darurat Arab-Islam di Doha Kecam Serangan Israel, Hasilkan 25 Poin Komunike