Apakah Wudhu Batal Jika Menyentuh Istri? Ini Penjelasan 4 Mazhab

Apakah Wudhu Batal Jika Menyentuh Istri? Ini Penjelasan 4 Mazhab

Hanif Hawari - detikHikmah
Jumat, 25 Okt 2024 11:45 WIB
Ilustrasi Suami Istri
Ilustrasi suami istri (Foto: Getty Images/iStockphoto/ferlistockphoto)
Jakarta -

Apakah wudhu batal jika bersentuhan dengan istri? Hal ini merupakan pertanyaan yang sering ditanyakan pasangan suami istri. Ternyata ada berbagai pendapat dari kalangan ulama.

Mengutip buku Tentang Thaharah: Hukum Air dan Wudhu karya Abdul Qadir Al-Rahbawi yang diterjemahkan Abu Firly Bassam Taqiy, sebagaimana telah diketahui wudhu adalah bersuci dengan air yang berkaitan dengan membasuh wajah, dua tangan, kepala, dan dua kaki. Asal wajibnya wudhu adalah sholat.

Adapun dalil wajibnya berwudhu sebelum sholat terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 6. Allah berfirman:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُۗ مَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur."

ADVERTISEMENT

Ada beberapa hal yang membatalkan wudhu, salah satunya sentuhan seorang suami kepada istrinya sebagaimana yang dikutip dari buku Fiqih Wanita Edisi Lengkap oleh M. Abdul Goffar, E.M. Adapun sentuhan yang dimaksud adalah sentuhan yang disertai dengan syahwat.

Umumnya umat Islam di Indonesia menggunakan pandangan Imam Syafi'i dalam menjawab permasalahan agama. Namun, ulama fiqih lain memiliki pandangan lain mengenai hal tersebut.

Lantas bagaimana pandangan para ulama fiqih tentang hukum wudhu jika bersentuhan dengan istri? Berikut penjelasannya.

Apakah Wudhu Suami Istri Batal Jika Bersentuhan?

Para ahli fiqih memiliki perbedaan pendapat dalam menjelaskan batal atau tidaknya wudhu jika suami istri saling bersentuhan. Dijelaskan dalam buku Dialog Lintas Mazhab Fiqh Ibadah dan Muamalah karya Asmaji Muchtar, sentuhan suami istri membatalkan wudhu jika bersentuhan yang menimbulkan nafsu.

Adapun beberapa perbedaan pendapat dikalangan empat mazhab terkait hukum wudhu suami istri jika bersentuhan. Mengutip Sentuhan Suami Istri Apakah Membatalkan Wudhu karya Aini Aryani, berikut ini uraiannya.

1. Mazhab Syafi'i

Dikatakan oleh Imam Syafi'i, jika suami istri bersentuhan akan menyebabkan batalnya wudhu secara mutlak. Dalam Mazhab ini, sentuhan yang dilakukan suami istri, baik disertai nafsu atau tidak, tetap membatalkan wudhu.

Pendapat ini didasarkan pada surat An-Nisa ayat 43:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكَارٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُوْرًا

Artinya: "Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun."

2. Mazhab Hanafi

Menurut Imam Hanafi, sentuhan fisik antara suami istri atau perempuan non-mahram, bahkan jika disertai nafsu, tidak serta-merta membatalkan wudhu. Beliau berpendapat bahwa hanya hubungan seksual (jima') yang dapat membatalkan wudhu.

Mazhab Hanafi menjadikan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra sebagai dalilnya:

"Aku sedang tidur di depan Rasulullah SAW dan kakiku berada pada arah kiblatnya. Bila Rasulullah SAW sujud, beliau beliau sentuh kakiku sehingga kutarik kedua kakiku. Jika beliau bangkit berdiri kembali kuluruskan kakiku. Aisyah bercerita bahwa pada waktu itu tidak ada lampu di rumah." (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Mazhab Maliki

Imam Maliki berpendapat bahwa sentuhan suami istri hanya membatalkan wudhu jika dilakukan dengan disertai nafsu. Maka, sentuhan yang hanya sekedar atau tidak sengaja, tidak membatalkan wudhu.

Adapun menurut Mazhab Maliki yang dapat membatalkan wudhu tergantung bada objek yang disentuh. Yang dapat membatalkan wudhu adalah sentuhan yang dilakukan oleh seseorang yang sudah baligh kepada orang lain meliputi yang sudah baligh atau belum, istrinya atau bukan, mahram sendiri atau bukan, dan sesama jenis atau lawan jenis.

4. Mazhab Hambali

Imam Hambali berpendapat ketentuan sentuhan yang dapat membatalkan wudhu adalah sentuhan kepada lawan jenis, bukan mahramnya, dan sudah baligh. Sentuhan juga dilakukan langsung pada kulit tanpa penghalang sama sekali disertai dengan nafsu.

Jadi, menurut Mazhab Hambali, sentuhan suami istri yang dapat membatalkan wudhu dibatasi pada kondisi-kondisi tertentu. Sentuhan pada bagian tubuh seperti gigi, kuku, atau rambut tidak termasuk di dalamnya.

Wallahu a'lam.




(hnh/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads