Ad Dhuha artinya waktu dhuha, yakni waktu matahari naik sepenggalah. Nama surat ini diambil dari kata Ad Dhuha yang terdapat pada ayat pertama.
Surat Ad-Dhuha 1-11: Arab, Latin dan Artinya
وَٱلضُّحَىٰ
Arab-Latin: waḍ-ḍuḥā
1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
wal-laili iżā sajā
2. dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
mā wadda'aka rabbuka wa mā qalā
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ
wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā
4. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰٓ
wa lasaufa yu'ṭīka rabbuka fa tarḍā
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ
a lam yajidka yatīman fa āwā
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
وَوَجَدَكَ ضَآلًّا فَهَدَىٰ
wa wajadaka ḍāllan fa hadā
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنَىٰ
wa wajadaka 'ā`ilan fa agnā
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
فَأَمَّا ٱلْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
fa ammal-yatīma fa lā taq-har
9. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ
wa ammas-sā`ila fa lā tan-har
10. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Arab-Latin: wa ammā bini'mati rabbika fa ḥaddiṡ
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.
Asbabun Nuzul Surat Ad Dhuha
Dalam buku Berkah Shalat Dhuha yang ditulis M. Khalilurrahman Al Mahfani, dijelaskan bahwa Imam Bukhari dan Imam Muslim serta sejumlah ulama lainnya yang bersumber dari Jundub meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW merasa kurang enak badan sehingga tidak salat malam satu atau dua malam. Kemudian datanglah seorang wanita kafir yang berkata,
"Hai Muhammad, aku melihat setanmu (yang dimaksud adalah Jibril), telah meninggalkan engkau."
Akhirnya Allah menurunkan ayat 1-3 surat Adh Dhuha yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak membiarkan atau membenci Nabi Muhammad SAW.
Said bin Manshur dan Al Farabi yang bersumber dari Jundub meriwayatkan bahwa Jibril untuk beberapa lama tidak datang kepada Nabi SAW. Kemudian, berkatalah kaum musyrikin, "Muhammad telah ditinggalkan." Maka, turunlah ayat 1-3 surat Ad Dhuha yang berisi bantahan atas ucapan mereka.
Al Hakim yang bersumber dari Zaid bin Arqam meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berhari-hari tidak didatangi Jibril. Maka berkatalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab, "Aku tidak berkesimpulan lain kecuali sahabatmu (Jibril), meninggalkanmu dan marah kepadamu." Maka turunlah ayat 1-3 yang membantah anggapan ini.
Al Hakim dan Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail dan At Thabrani dalam kitab Al Ausath dan lain-lain yang bersumber dari Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi SAW dijanjikan kemenangan bagi umatnya sehingga beliau bergembira karenanya. Ayat yang ke-5 turun berkenaan dengan hal ini.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana