Nabi Muhammad SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah, 570 M, hal ini dijelaskan oleh Yoli Hemdi dalam bukunya yang berjudul Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Qur'an.
Di hari kelahiran Rasulullah, semua orang dan keluarga sangat berbahagia. Bahkan pamannya, Abu Lahab, mengirimkan budaknya Tsuwaibah untuk menyusui Nabi Muhammad selama beberapa hari.
Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib juga sangat gembira mendengar kelahiran cucu dari putra yang paling dia cintai, Abdullah, yang sudah lebih dahulu wafat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah lahir ke dunia, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Ka'bah.
Sejak lahir Rasulullah SAW sudah menjadi anak yatim. Nabi Muhammad SAW ditinggal wafat oleh sang ayah sejak masih dalam kandungan.
Ketika kelahiran Rasulullah, Abdul Muthalib yang merupakan kakek dari Nabi SAW dan ibunda Aminah memberikan nama Muhammad.
Melansir dalam buku Biografi Rasulullah yang ditulis oleh Dr Mahdi Rizqullah Ahmad menuliskan tentang alasan kakek dan ibunda menamai cucunya Muhammad, bukan nama-nama yang biasa digunakan di kalangan keluarganya.
Abdul Muthalib pun menjawab bahwa dengan nama tersebut ia berharap cucunya mendapatkan pujian dari Allah di langit dan dihormati oleh seluruh makhluk-Nya yang ada di bumi.
Rasulullah juga memiliki nama selain Muhammad. Beliau pernah berkata, "Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Mahi (sang penghapus) yang diutus Allah untuk menghapuskan kekufuran, aku adalah Hasyir (sang penghimpun) yang mengumpulkan orang-orang di bawah kekuasaanku, dan aku adalah 'Aqib."
Az-Zuhri mengatakan, arti 'Aqib adalah nabi terakhir yang tidak ada nabi lagi setelahnya. Kemudian, dalam riwayat Ibnu Sa'ad terdapat tambahan nama, yaitu, "...dan al-KhΓ’tim (penutup)..."
Dalam riwayat Muslim juga disebutkan nama-nama lain, seperti al-Muqaffa (orang yang dimuliakan) dan Nabiy ar-Rahmah (utusan pembawa rahmat). Dalam riwayat at-Tirmidzi," nama lain yang disebutkan adalah Nabiy al-Malahim (utusan yang bertugas menyatukan)..."
Beberapa khabar yang bisa dipercaya menuturkan bahwa ibunda Rasulullah menamai beliau Ahmad. Melalui sanad yang hasan, Ibnu Sa'ad meriwayatkan bahwa Ali Ra. menuturkan, "Rasulullah telah bersabda, 'Aku diberi nama Ahmad."
Dalam riwayat lain yang disampaikan oleh Ibnu Ishaq dan al Baihaqi dalam kitab ad-Dala'il, diriwayatkan, Aminah mengatakan bahwa ketika mengandung Muhammad dirinya pernah didatangi seseorang. Orang itu berkata kepadanya, "Apabila anak ini telah lahir, berilah ia nama Muhammad. Sesungguhnya namanya di dalam kitab Taurat dan Injil adalah Ahmad. Semoga dengan nama itu ia dipuji oleh seluruh penghuni langit dan bumi.
Sedangkan namanya di dalam al-Qur'an adalah Muhammad." Demikianlah, maka Aminah pun menamai bayinya Muhammad. Pada akhir riwayat disebutkan, ia memberitahukan kepada Abdul Muththalib tentang perintah yang mengharuskan dirinya memberi nama Muhammad untuk bayi yang lahir dari rahimnya. Setelah mendengar kabar tersebut, Abdul Muththalib melontarkan sebuah syair yang akhir baitnya berbunyi, "...nama Ahmad telah terukir di lisan setiap insan."
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal