Sejarah Hari Asyura: Kemenangan Nabi Musa hingga Syahidnya Cucu Rasulullah

Sejarah Hari Asyura: Kemenangan Nabi Musa hingga Syahidnya Cucu Rasulullah

Diky Darmanto - detikHikmah
Selasa, 16 Jul 2024 20:00 WIB
Ilustrasi malam lailatul qadar yang terletak pada akhir Ramadan.
Ilustrasi sejarah hari Asyura. Foto: Getty Images/iStockphoto/pinnacleanimates
Jakarta -

Hari Asyura menjadi waktu yang istimewa pada bulan Muharram. Sejumlah peristiwa penting terjadi pada hari Asyura. Berikut sejarahnya.

Sejarah hari Asyura telah ada sejak umat nabi terdahulu. Adapun dalam umat Nabi Muhammad SAW, ada dua peristiwa penting yang terekam sejarah, puasa Asyura yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan hari kesedihan atas meninggalnya cucu Rasulullah SAW.

Sejarah Hari Asyura

Menurut penjelasan dalam buku Membangun Muslim Moderat karya Asep Maulana Rohimat, sejarah hari Asyura sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur'an masih berkaitan dengan kejadian ditenggelamkannya Firaun ke laut. Kisah ini terjadi pada era Nabi Musa AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nabi Musa AS lantas mengerjakan puasa pada hari Asyura dan diikuti kaumnya. Sebagaimana diceritakan dalam hadits Ibnu Abbas RA yang termuat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi.

Diriwayatkan, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah dan menemukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, beliau berkata kepada mereka, "Apa (pentingnya) hari ini kamu berpuasa pada hari itu?" Mereka berkata, "Ini adalah hari (kepentingan) besar ketika Allah membebaskan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Firaun dan kaumnya, dan Musa berpuasa karena rasa syukur dan kami juga menjalankannya."

ADVERTISEMENT

Atas hal itulah Rasulullah SAW berkata, "Kami memiliki hak lebih dan kami memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Musa daripada Anda."

Rasulullah SAW pun berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan umatnya berpuasa pada hari itu.

Mengutip buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El-Fikri, pada awal kelahiran umat Islam, kaum muslimin menganggap puasa Asyura hukumnya wajib, sebelum turunnya perintah puasa Ramadan, berhubungan dengan perayaan hari Yom Kippur kaum Yahudi.

Selain itu, Rasulullah SAW bersama para sahabat menunaikan puasa setiap tanggal 13,14, dan, 15 setiap bulan Kamariah, serta menunaikan puasa juga setiap tanggal 10 Muharram.

Puasa Asyura tidak berhubungan dengan peringatan wafatnya Husain bin Ali bin Abi Thalib yang diperingati oleh penganut Syiah. Rasulullah SAW pun terbiasa berpuasa pada hari Asyura, bahkan beliau memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan puasa Asyura juga.

Hadistnya:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانُوا يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ وَكَانَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيهِ الْكَعْبَةُ فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ رَمَضَانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ

Artinya: Dari 'Aisyah RA berkata: "Orang-orang melaksanakan shaum hari kesepuluh bulan Muharram ('Asyura') sebelum diwajibkan shaum Ramadan. Hari itu adalah ketika Ka'bah ditutup dengan kain (kiswah). Ketika Allah SWT telah mewajibkan shaum Ramadan, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang mau shaum hari 'Asyura' laksanakanlah dan siapa yang tidak mau tinggalkanlah!" (HR Bukhari)

Serta Hadits dari Ibnu Abbas RA, "Rasulullah telah berpuasa pada hari Asyura, dan memerintahkan supaya orang-orang berpuasa." (HR Muslim)

Kisah Syahidnya Husain pada Hari Asyura

Kaum muslim Syiah memperingati Asyura sebagai hari syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Husain bin Ali RA. Mengutip buku Sejarah Agung Hasan dan Husain karya Ukasyah Habibu Ahmad, kisah wafatnya Husain bin Ali RA diceritakan Imam ath-Thabari dalam Tarikh-nya dan dalam Al-Bidayah wan nihayah karya Ibnu Katsir.

Suatu hari terjadi pengepungan yang diperintahkan Ubaidillah bin Ziyad kepada cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali RA dengan tujuan supaya beliau mengakui kekuasaan Khalifah Yazid bin Muawiyah.

Mereka mengepung pasukan Husain bin Ali RA selama beberapa hari. Puncaknya pada 10 Muharram ada 5000 pasukan (4.000 pasukan dalam Tarikh al-Khulafa karya Imam as-Suyuthi) menyerbu pasukan Husain.

Padahal kala itu, rombongan Husain bin Ali RA hanya berjumlah 72 orang. Mereka terdiri dari 32 prajurit berkuda, dan 40 orang pejalan kaki.

Memanfaatkan jumlah yang tidak seimbang, pasukan musuh tersebut tetap berniat mengepung dan menyerang rombongan Husain bin Ali RA.

Dalam kitab al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir mengisahkan bahwa pada hari Asyura atau 10 Muharram, pasukan Ubaidillah bin Ziyad menyerang Sayyidina Husain RA dengan pedang hingga kepalanya berdarah.

Pada akhirnya Husain bin Ali RA syahid dalam peristiwa pengepungan itu. Husain bin Ali RA terbunuh oleh tombak yang dipegang Sinan bin Anas bin Amr Nakhai dengan tragis. Sinan lantas memberikan kepala Husain kepada Khawali bin Yazid.

Anas bin Malik RA mengatakan bahwa ketika musuh menang, pemimpinnya Ubaidullah bin Ziyad memainkan ujung pedangnya yang mengenai mulut dan hidung Husain bin Ali RA.

Lantas Anas bin Malik RA berkata, "Demi Allah! Sungguh, aku pernah melihat Rasulullah SAW mencium tempat kamu memainkan pedangmu ke wajah Husain ini."




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads