Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa universitas tertua di dunia terletak di negara yang dikenal sebagai Negeri Maghribi, yaitu Maroko. Lebih tepatnya berada di Kota Fes atau Fez.
Meskipun Kota Fez tidak sepopuler Marrakesh dan Casablanca di kalangan para pelancong, namun bagi saya, pesona Fez melampaui kota-kota lain di Maroko. Itulah sebabnya ketika saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Maroko pada penghujung Ramadan kemarin, Fez menjadi prioritas utama.
Terletak di bagian utara Maroko, barat laut dari Pegunungan Atlas, Fez adalah kota yang didirikan oleh dinasti muslim pertama di Maroko, yaitu Idris, pada tahun 789 Masehi. Pada masa itu, Fez menjadi ibu kota pertama Maroko sebelum kemudian dipindahkan ke kota lain.
Pada masa Dinasti Idris, Fez mengalami perkembangan pesat dengan didirikannya banyak sekolah atau madrasah serta masjid. Fez juga menjadi tempat berdirinya sebuah institusi pendidikan yang dikenal sebagai universitas tertua di dunia, yakni Universitas Al-Qarawiyyin atau Al-Karaouine.
Universitas ini didirikan pada tahun 859 oleh Fatima al-Fihri, seorang keturunan Tunisia yang berimigrasi ke Maroko bersama orang tuanya. Sebagai putri dari seorang saudagar kaya, Fatimah memanfaatkan warisan dari orang tuanya untuk mendirikan universitas ini.
Awalnya, universitas ini merupakan sebuah masjid dan pusat kajian ilmiah penduduk setempat. Namun, seiring berjalannya waktu tempat ini berkembang menjadi perguruan tinggi. Meskipun pada awalnya fokus pada studi agama, universitas ini terus berkembang hingga mencakup ilmu-ilmu lain seperti astronomi dan kedokteran.
Terletak di dalam Medina el-Bali, untuk mencapai Universitas Al-Qarawiyyin, dari tempat penginapan kami cukup menyusuri Rue Talaa Kebira. Sepanjang perjalanan menuju universitas, kami melihat deretan kios pedagang makanan hingga kerajinan dari kulit dan perunggu.
![]() |
Saya menyempatkan membeli snack berbuka, sweet halva, makanan manis yang merupakan campuran berbagai bahan seperti tepung terigu, mentega, minyak, air mawar, susu, dan gula yang dicampur dengan kacang-kacangan seperti almond dan walnut.
Sebelumnya, saya pernah menemui makanan ini di Barcelona, namun berbeda dengan halva yang dijual di negara-negara muslim, halva yang di Barcelona terkadang menggunakan wine dalam komposisinya. Halva berasal dari Persia dan kemudian menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah, Afrika utara dan Eropa Selatan seperti Spanyol dan Italia.
Pada masanya, Universitas Al-Qarawiyyin menjadi pusat rujukan ilmu dari berbagai belahan dunia, sehingga universitas harus menerapkan sistem seleksi yang ketat untuk menerima mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan ruang, madrasah-madrasah di sekitarnya seperti Al Attarine juga dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran.
Kami tidak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi Al Attarine yang tepat di sebelahnya. Bangunannya sangat memukau, dengan dinding batu yang dipahat kaligrafi dan mozaik, meskipun usianya hampir belasan abad.
Madrasah ini terdiri dari beberapa lantai, dan setiap lantai dilengkapi dengan ruang-ruang kelas yang dilengkapi sebuah jendela kecil menghadap ke halaman tengah atau ke luar. Dari jendela lantai dua Al Attarine, saya dapat melihat Universitas Al-Qarawiyyin dari atas.
Genting kokoh berwarna hijau dengan menara yang menjulang tinggi, memberikan kesan religius sebagai pusat ilmu pada abad pertengahan. Menjelajahi ruang-ruang kelas Al Attarine bak labirin.
Meskipun saat ini madrasah Attarine sudah tidak difungsikan lagi dan hanya difokuskan untuk tujuan wisata, tapi saya tidak merasakan adanya bau apek atau suasana menakutkan. Udara di dalam bangunan terasa segar, seolah-olah tidak pernah ditinggalkan dalam jangka waktu lama.
![]() |
Sampai di depan universitas pintu Arch khas arsitektur Arab menyambut kami. Melangkahkan kaki masuk ke dalam, kami melihat arsitektur bangunan dibagi menjadi dua bagian yaitu halaman terbuka (sahn) dan aula salat beratap (mughatta).
Kedua bagian tersebut merupakan ciri khas arsitektur Islam. Pada bagian sahn, ruangan terbuka menembus langit, yang di ujung kanan dan kirinya terdapat tempat wudhu beratap diperuntukkan bagi jemaah laki-laki. Di sebelahnya ada sebuah lorong panjang yang lebih tertutup untuk berwudhu jemaah perempuan.
Lantai di sahn terdiri dari mozaik keramik berwarna warni yang menambah kecantikan pelataran. Sedangkan bagian mughatta, terdiri dari sederetan tiang lengkung atau arch yang membentuk lorong atau asile.
![]() |
Meskipun awalnya fokus pada studi agama, universitas ini terus berkembang hingga mencakup studi-studi lingusitik, filsafat, politik, seni rupa, musik, sastra, matematika, dan berbagai ilmu lainnya. Bahkan pada abad ke 10, universitas ini telah mengajarkan ilmu kedokteran dan farmasi.
Telah banyak ilmuwan berpengaruh di dunia yang lahir dari universitas ini, misalnya Ibnu Khaldun, Al-Bithruji atau Alpetragius, Muhammad Al-Idrisi dan Ibnu Rusyd atau Averroes yang patungnya berdiri di lobi Historic Building Universitat de Barcelona tempat saya mengambil program doktor.
Selain ilmuwan muslim, tokoh non-muslim seperti Paus Sylvester II juga pernah menimba ilmu di sini. Keberhasilan Al-Qarawiyyin melahirkan para ilmuwan dunia saat itu tidak terlepas dari peran perpustakaan Qawariyyin yang berdiri kokoh di timur masjid. Di situ pula ijazah Fatimah Al-fihri masih tersimpan rapi.
Selesai menunaikan salat, kami menikmati waktu bersantai di bawah atap universitas dan masjid yang telah menjaga keasliannya selama hampir 1.200 tahun. Suara riuh rendah para pelajar dan jemaah melantunkan ayat suci ditambah bisingnya suara pedagang dan wisatawan mengisi udara, menciptakan suasana yang tak terlupakan di tempat yang penuh sejarah ini.
--
Caesar Marga Putri
PhD in Business di Universitat de Barcelona
PPI Spanyol
Artikel ini merupakan kolaborasi detikHikmah dengan PPI Dunia. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana