Sholat Hajat Dilakukan Jam Berapa? Ini Waktu Terbaiknya

Sholat Hajat Dilakukan Jam Berapa? Ini Waktu Terbaiknya

Alvin Setiawan - detikHikmah
Kamis, 04 Apr 2024 05:45 WIB
sholat tahajud
Ilustrasi mengerjakan sholat hajat. Foto: istock
Jakarta -

Saat muslim punya keinginan atau keperluan, dianjurkan untuk melaksanakan sholat hajat. Insyaallah hajatnya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Lantas, kapan waktu terbaik sholat hajat?

Anjuran mengerjakan sholat hajat bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa, sebagaimana disebutkan dalam kitab perbandingan mazhab karya Abdurrahman Al-Juzairi. Berikut bunyi haditsnya,

"Barang siapa mempunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau kepada seseorang maka berwudhulah dengan sebaik-baiknya, kemudian dirikanlah sholat dua rakaat (sholat hajat), lalu memuji Allah (membaca tahmid, tasbih, dan takbir), kemudian membaca sholawat." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

At-Tirmidzi mengeluarkan hadits tersebut dengan redaksi panjang, dilengkapi dengan bacaan sholawat.

Mengerjakan sholat hajat bagi muslim juga dikuatkan para ulama yang berhujjah dengan surah Al Baqarah ayat 45. Allah SWT berfirman,

ADVERTISEMENT

وَاسْتَعِيْنُوْا ؚِالصَؚّْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَؚِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰ؎ِعِيْنَۙ ـ٥

Artinya: "Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."

Waktu Terbaik Sholat Hajat

Sholat hajat dapat dilaksanakan ketika pada siang atau malam hari. Namun, muslim harus tahu apakah waktu tersebut diharamkan untuk sholat sunnah atau tidak. Waktu yang dilarang yakni setelah sholat Ashar dan setelah Subuh. Hal mengacu pada hadits yang berasal dari Abi Said Al-Khudri RA, dia berkata,

"Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada sholat setelah sholat Subuh hingga matahari terbit. Dan tidak ada sholat sesudah sholat Ashar hingga matahari terbenam." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam sejumlah hadits dikatakan, waktu sepertiga malam terakhir merupakan waktu terbaik melaksanakan sholat hajat. Sepertiga malam terakhir dimulai pukul 01.00 sampai menjelang Subuh. Hal tersebut dilandaskan pada hadits berikut yang berbunyi,

"Malam manakah yang paling didengar (dikabulkan oleh Allah SWT)? Rasulullah SAW bersabda, 'Pada tengah malam'." (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Tertera juga pada hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَُؚّنَا تََؚارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَؚْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيَؚ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: "Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, 'Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku-kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Ku-berikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku-ampuni." (HR Bukhari dan Muslim)

Sholat Hajat Dulu atau Tahajud?

Ketentuan mendahulukan sholat hajat atau Tahajud perlu dilihat dari waktu dan kondisi pelaksanaannya kedua sholat tersebut. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumuddin sebagaimana dinukil NU Online menjelaskan orang yang berada dalam kondisi terjepit dan membutuhkan sesuatu baik urusan dunia maupun akhirat sedangkan ia tidak bisa menyelesaikannya, maka hendaklah melaksanakan sholat hajat.

Sholat hajat tidak harus dilakukan pada tengah malam. Sholat ini dapat dikerjakan dalam kebutuhan terdesak dan tak mengenal waktu tertentu.

Beda halnya sholat Tahajud yang dikerjakan pada waktu tertentu layaknya sholat dhuha pada waktu dhuha. Bahkan sebelum mengerjakan sholat Tahajud harus tidur terlebih dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyatul Bajuri,

"Tahajud secara bahasa adalah bangun dari tidur yang berat. Sedangkan menurut istilah adalah sholat yang dilakukan setelah sholat Isya (walaupun sholat Isya-nya dijamak taqdim dengan Magrib) dan setelah tidur. Meskipun tidurnya sebelum memasuki waktu Isya, (demikian pula dianggap sebagai tahajud) walaupun sholat sunah rawatib, sunah mutlaq, witir. Juga (bisa dianggap sebagai tahajud) sholat wajib yang karena qadha atau nazar."

Tata Cara Sholat Hajat

Menurut penjelasan dalam buku Sholat Hajat karya Ghaida Halah Ikram sholat hajat bisa dilakukan sendiri, tidak berjamaah. Tata cara sholat hajat sama seperti sholat sunah pada umumnya, yang membedakan adalah niatnya.

Berikut ini tata cara sholat hajat:

  • Niat sholat hajat
  • Takbiratul ihram
  • Membaca doa iftitah
  • Membaca surah Al Fatihah
  • Membaca salah satu surah Al-Qur'an
  • Rukuk
  • Itidal
  • Sujud
  • Duduk di antara dua sujud
  • Sujud kedua
  • Bangkit dan lakukan gerakan rakaat kedua seperti rakaat pertama
  • Duduk tasyahud akhir
  • Salam

Bacaan Niat Sholat Hajat

اُصَلِّى سُنَّةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushollii sunnatal haajati rok'aataini lillahi ta'ala

Artinya: "Aku berniat sholat hajat sunah hajat dua rakaaat karena Allah Ta'aalaa."

Doa setelah Sholat Hajat

Dalam kitab Ta'Jul Jamil Lil Ushul dijelaskan, usai sholat hajat jangan langsung beranjak. Dianjurkan untuk membaca doa sholat hajat diawali dengan membaca istighfar sebanyak 100 kali atau minimal 33 kali lalu dilanjutkan dengan sholawat Nabi Muhammad SAW dengan jumlah yang sama. Adapun, bacaan istighfar sebagai berikut,

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَ؞ِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوُؚ إِلَيْه

Astaghfirullahal 'azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih

Artinya: "Aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, tiada tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat pada-Mu."

Setelah itu, diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ibnu Abu Aufa muslim dapat membaca doa yang berbunyi:

Laa ilaaha illalloohul haliimul kariim. Subhaanallohi robbil 'arsyil 'azhiim. Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin. As aluka muujibaari rohmatika wa 'aazaaima maghfirotika wal ghoniimata min kulli birri wassalaamata min kulli itsmin laa tada' lii dzamban illa ghofartah walaa hamman illaa farojtah walaa haajatan hiya laka ridhon illa qodhoitah yaa arhamar roohimiin

Artinya: "Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan, melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang."

Menurut hadits yang terdapat dalam kitab Jami' al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, apabila menghadapi persoalan rumit, Rasulullah SAW menengadah ke langit dan berdoa bersungguh-sungguh dengan mengucap,

يَاحَيُّ يَا قَيُّومُ

Ya Hayy ya Qayyum

Artinya: "Wahai Sang Mahahidup dan Sang Mahamandiri."

Masih di dalam kitab yang sama, Anas bin Malik RA juga meriwayatkan bahwa Nabi SAW sedang risau, beliau mengucapkan,

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ ؚِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ

Ya hayyu ya qayyum bi rahmatika astaghiits

Artinya: "Wahai Sang Mahahidup, wahai Sang Mahamandiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan."

Wallahu a'lam.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads