Sama seperti di Makkah, penduduk Madinah saling berlomba memberi makanan untuk berbuka puasa. Bujuk rayunya, sungguh mencuri hati.
Sebelumnya, saya merasakan pengalaman buka puasa di jalanan Makkah di sekitar Masjidil Haram. Kala itu di hari pertama puasa Ramadan pada Senin (11/3/2024), saya kena 'cegat' untuk berbuka.
Rabu (13/3/2024) saya bersama rombongan Jennaira Group Operated by Tima Wisata menapaki Madinah. Kami seharian menghabiskan waktu untuk beribadah di masjid yang mulia, Masjid Nabawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu berbuka jatuh pada pukul 18.30 waktu Arab Saudi. Satu jam sebelumnya, saya duduk-duduk di depan gerbang 338.
Di sekitar pelataran Masjid Nabawi, sudah digelar karpet dan berjejer makanan untuk berbuka puasa. Ada air mineral, kurma, dan aneka potongan buah-buahan.
![]() |
Saya duduk di bangku taman, sembari membereskan beberapa artikel dan merapikan file foto. Niat saya, coba kali ini saya duduk manis dan tidak 'berburu' takjil.
Ketika saya melangkah, saya sudah 'kena'. Seorang pria tua mendekati, tersenyum lebar, dan memberikan salam sambil langsung menyodorkan tangannya.
Dia berbicara dengan lembut dalam bahasa Arab, yang kurang lebih artinya mengajak saya berbuka di tempatnya di depan pagar Masjid Nabawi. Saya mengiyakan, dirinya tersenyum dan mendoakan jazakumullah (semoga Allah membalas kalian).
Oh, siapa yang tidak tersentuh hatinya kalau diajak buka puasa seperti ini?
![]() |
Kemudian pada Kamis (14/3/2024), saya coba berbuka puasa lebih menjauh dari Masjid Nabawi. Pun di jalanan, tak sedikit warganya yang terus membagikan menu berbuka seperti kurma dan air mineral.
Mata saya lantas tertuju pada seorang anak kecil di sekitar jalan Zayd bin Thabit. Mungkin usianya masih lima-tujuh tahun.
Anak itu berdiri di pinggir jalan dan menyodorkan sekotak kurma. Di belakangnya, ada ibunya yang memberikan semangat.
Anak itu tampak malu-malu. Namun api semangatnya muncul, ketika ada bus yang berhenti di depannya dan sang sopir membuka jendela lalu mengambil kurmanya!
![]() |
Saya pun menghampiri anak itu, lalu mengambil tiga buah kurma. Saya lakukan 'barter' dengan memberinya sekotak minuman ringan.
Si anak tampak mau menolak. Saya paksa memasukkan minuman itu ke kantong plastik yang dipegangnya. Sang ibu mengucapkan syukron (terima kasih) ke saya, anaknya turut tersenyum senang.
Ya, memang begitu adanya, Kota Madinah sungguh diberkahi cahaya Nabi Muhammad SAW.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza