Banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang bulan dan cara beredarnya. Salah satunya sebagaimana disebutkan dalam surah Yasin ayat 39.
Surah Yasin Ayat 39
وَٱلْقَمَرَ قَدَّرْنَٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلْعُرْجُونِ ٱلْقَدِيمِ
Arab-Latin: Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm
Artinya: Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tafsir Surah Yasin Ayat 39
- Tafsir Ibnu Katsir
Merangkum dari Kittab Tafsir Ibnu Katsir, surah Yasin ayat 39 menjelaskan tentang pergerakan bulan.
Dan Allah menjadikan kemunculan matahari di siang hari, maka matahari adalah bintang siang hari. Adapun bulan, Allah telah menetapkan baginya manzilah-manzilah bagi perjalanannya. Pada permulaan bulan ia muncul dalam bentuk yang kecil lagi cahayanya redup, kemudian cahayanya makin bertambah pada malam yang kedua, dan manzilahnya pun makin tinggi. Setiap kali manzilahnya bertambah tinggi, maka cahayanya pun bertambah terang, sekalipun pada kenyataannya cahaya yang dipancarkannya itu merupakan pantulan dari sinar matahari.
Hingga pada akhirnya cahayanya menjadi sempurna di malam yang keempat belas. Sesudah itu ia mulai berkurang hingga akhir bulan dan bentuknya seperti tandan yang tua.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa 'urjunil qadim adalah asal mula ketandan kurma. Mujahid mengatakan, 'urjunil qadim ialah ketandan yang telah kering. Ibnu Abbas r.a. bermaksud bahwa yang dikatakan dengan 'urjunil qadim ialah asal mula ketandan buah kurma apabila terbuka dan kering serta melengkung bentuknya.
Setelah itu Allah kembali menampakkannya di permulaan bulan lainnya. Orang-orang Arab menamakan setiap tiga malam dari satu bulan dengan nama yang tersendiri sesuai dengan keadaan bulan.
Mereka menamakan ketiga malam pertama dengan istilah gurar, sedangkan ketiga malam berikutnya dinamakan nufal, dan tiga malam berikutnya dinamakan tusa', karena malam yang terakhirnya jatuh pada malam kesembilan yang kemudian disusul oleh malam yang kesepuluh sesudahnya, yang dalam peristilahan mereka dinamakan 'usyar (sampai malam ketiga belas). Setelah itu dinamakan malam bid, karena di malam-malam tersebut cahaya rembulan tampak sempurna dan mencapai puncaknya.
Lalu berikutnya dinamakan dura bentuk jamak dari dara, dikatakan demikian karena malam pertamanya gelap disebabkan keterlambatan munculnya rembulan. Oleh karena itulah maka kambing yang bulunya hitam di kepalanya dinamakan dara. Kemudian tiga malam berikutnya dinamakan zulam, lalu berikutnya lagi dinamakan hanadis, selanjutnya da'da, dan yang terakhir dinamakan mahaq karena lenyapnya bulan di penghujung bulan dan mulai memasuki permulaan bulan berikutnya.
- Tafsir Kemenag
Merangkum tafsir ringkas Kementerian Agama (Kemenag) RI, berikut tafsir ayat 39 surah Yasin.
Dan telah kami tetapkan pula jarak-jarak tertentu sebagai tempat peredaran bagi bulan, sehingga setiap saat jarak tersebut mengalami perubahan. Sesampainya ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Mula-Mula penampakan bulan muncul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah, beralih menjadi bulan sabit dengan sinar yang terang, berubah menjadi bulan purnama, kemudian perlahan kembali mengecil dan kembali ke bentuk semula.
(dvs/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana