Surat Sad adalah salah satu surat yang termaktub dalam Al-Qur'an. Surat Sad merupakan surat ke-38. Surat ini tergolong dalam surat Makkiyah dan terdiri dari 88 ayat.
Surat Sad ayat 26 menceritakan tentang perintah untuk menyelesaikan keputusan dengan hak. Berikut bacaan, tafsir, dan asbabun nuzulnya surat Sad.
Surat Sad Ayat 26: Arab, Latin, Artinya
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ ࣖ ٢٦
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bacaan latin: Yaa Daawuudu innaa ja'alnaaka khaliifatan fil ardi fahkum bainan naasi bilhaqqi wa laa tattabi'il hawaa fayudillaka 'an sabiilil laah; innal laziina yadilluuna 'an sabiilil laah; lahum 'azaabun shadiidum bimaa nasuu Yawmal Hisaab
Artinya: "(Allah berfirman,) "Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.""
Tafsir Surat Sad Ayat 26
Dirangkum dari buku Tafsir Al Qurthubi oleh Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, terdapat lima masalah yang terkandung dalam surat Sad ayat 26, yaitu:
1. Allah SWT telah menjadikan seseorang menjadi raja agar memerintahkan kebaikan dan menghapuskan kemungkaran serta menyiapkan kader-kader orang shalih setelahnya. Pembahasan tentang kekhalifahan dan hukum-hukumnya telah dilakukan sebelumnya dengan panjang lebar pada surat Al-Baqarah.
2. Perintah Allah SWT untuk memberikan keputusan dengan benar adalah wajib. Tidak boleh menjadikan hawa nafsu teladan yang diikuti karena akan bertentangan dengan perintah Allah SWT.
Sebab hal yang bertentangan dengan perintah Allah SWT tersebut akan menyesatkan seseorang dari jalan menuju surga. Serta akan mendapatkan azab yang berat di dalam neraka.
3. Dalil adanya penetapan hukum dan jabatan hakim adalah firman Allah SWT dalam surat Sad ayat 26 yang berarti, "Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak"
4. Berhukum dengan benar dan adil adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Hendaknya sebuah keputusan hukum tidak condong kepada salah seorang dari dua orang yang berseteru disebabkan kekerabatan atau keuntungan yang didapat, atau sebab-sebab lainnya seperti persahabatan dan lainnya, yang menyebabkan lahirnya keputusan timpang.
5. Surat Sad ayat 26 merupakan dalil tentang tidak diperbolehkannya seorang hakim mengeluarkan keputusan hukumnya berdasarkan ilmunya. Sebab jika para hakim memberikan keputusan hukumnya berdasarkan ilmunya, maka dia akan lebih condong untuk memenangkan kawannya dan menghancurkan musuhnya berdasarkan ilmunya tersebut.
Mengutip Tafsir Kementerian Agama (Kemenag), ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT menjelaskan tentang pengangkatan Nabi Daud sebagai penguasa dan penegak hukum di kalangan rakyatnya.
Allah menyatakan bahwa Dia mengangkat Daud sebagai penguasa yang memerintah kaumnya. Pengertian penguasa diungkapkan dengan khalifah, yang artinya pengganti, adalah sebagai isyarat agar Daud dalam menjalankan kekuasaannya selalu dihiasi dengan sopan-santun yang baik, yang diridai Allah, dan dalam melaksanakan peraturan hendaknya berpedoman kepada hidayah Allah SWT.
Ayat ini juga menerangkan sifat-sifat khalifah Allah tercermin pada diri pribadi Nabi Daud. Rakyat Nabi Daud pun tentu akan menaati segala peraturannya dan tingkah lakunya yang patut diteladani. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia menyuruh Nabi Daud agar memberi keputusan terhadap perkara yang terjadi antara manusia dengan keputusan yang adil dengan berpedoman pada wahyu yang diturunkan kepadanya.
Dalam wahyu itu terdapat hukum yang mengatur kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat. Oleh sebab itu Allah melarang Nabi Daud memperturutkan hawa nafsunya dalam melaksanakan segala macam urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Surat Sad ayat 26 juga menegaskan orang yang memperturutkan hawa nafsu itu diancam dengan ancaman yang keras, yang akan mereka rasakan deritanya di hari pembalasan, hari diperhitungkannya seluruh amal manusia guna diberi balasan yang setimpal.
Asbabun Nuzul Surat Sad
Mengutip buku 114 Al-Qur'an Stories oleh Vanda Arie, suatu ketika, saat Abu Thalib, paman Rasulullah SAW, sakit, datanglah kaum Quraisy menjenguk. Mereka mengadu tentang ajakan dan seruan Muhammad SAW kepada Abu Thalib RA, "Muhammad itu adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta."
Mendapat pengaduan itu, Abu Thalib RA bertanya kepada Rasulullah SAW yang juga berada di sana menjenguk pamannya, "Apa yang sesungguhnya engkau inginkan dari kaummu, wahai keponakanku?" "Aku ingin agar mereka mengucapkan satu kalimat yang membuat mereka beragama, kalimat yang menyelamatkan mereka," jawab Rasulullah SAW.
"Apakah kalimat itu, wahai keponakanku?"
"Laa.. ilaaha illallaah," sabda Rasulullah SAW.
Kaum Quraisy yang ada di sana saling berpandangan, lalu serempak berkata, "Sangat aneh sekali, Tuhan hanya satu. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir turun (agama Nasrani). Sungguh ini adalah dusta yang diada-adakan oleh Muhammad."
Allah SWT tidak diam saja melihat Rasulullah SAW dihina. Berkaitan dengan peristiwa itu, turunlah firman Allah dalam surah Shad ayat 1-8 yang berisi ancaman bagi orang-orang yang menolak
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana