Sejarah Muhammadiyah, Perjalanan Dakwah yang Tahun Ini Masuki Usia Ke-111

Sejarah Muhammadiyah, Perjalanan Dakwah yang Tahun Ini Masuki Usia Ke-111

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 18 Nov 2023 08:00 WIB
Milad Muhammadiyah ke 109: Tema, Logo, Rangkaian Acara
Logo Muhammadiyah
Jakarta -

Muhammadiyah kini menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Tahun ini, Muhammadiyah tepat berusia 111 tahun di tanggal 18 November.

Muhammadiyah terlahir di Bulan Dzulhijjah tepatnya pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau dalam kalender Masehi 18 November 1912 M. Tanggal ini menjadi kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia.

Melansir laman resmi Muhammadiyah, Kamis (16/11/2023) Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad. Menurut H. Djarnawi Hadikusuma, nama Muhammadiyah mengandung pengertian sebagai berikut: "Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam.

Tujuan dari Muhammadiyah ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai ajaran yang dibawa dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya."

ADVERTISEMENT

Muhammadiyah Gagasan KH Ahmad Dahlan

Penggagas sekaligus pencetus Muhammadiyah adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan atau dikenal juga sebagai Muhammad Darwis.

Lahirnya Muhammadiyah berawal dari gagasan KH Ahmad Dahlan setelah ia menunaikan ibadah haji di tahun 1903. Selama di Tanah Suci, KH Ahmad Dahlan menimba ilmu kepada banyak ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah. Ulama-ulama tersebut antara lain seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Selain dari para ulama tersebut, KH Ahmad Dahlan juga mempelajari pemikiran-pemikiran dari para ulama pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Kembali dari perjalanannya di Tanah Suci, KH Ahmad Dahlan kemudian memiliki ide dan gerakan pembaruan. Apalagi gagasannya disambut baik oleh anggota organisasi Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo.

Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM mencatat, nama "Muhammadiyah" pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34).

Sebelum menjadi organisasi besar, Muhammadiyah diawali dari sebuah lembaga pendidikan.

Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma, lembaga pendidikan yang berdiri pada 1911 ini bernama "Sekolah Muhammadiyah." Di sekolah ini, para siswa tidak hanya bisa mempelajari dan mendalami ilmu agama Islam semata. Sekolah yang lokasinya di gedung milik ayah Kyai Dahlan ini juga memberi pengetahuan tentang ilmu umum.

Seiring berjalannya waktu, siswa di Sekolah Muhammadiyah semakin banyak. Pada tanggal 18 November 1912 atau bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi Muhammadiyah.

Sebagai sebuah organisasi resmi, Muhammadiyah disahkan pada 20 Desember 1912 dengan mengirim "Statuten Muhammadiyah" (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.

Melalui Muhammadiyah, Kyai Dahlan memiliki cita-cita untuk membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid ('aqidah), ibadah, mu'amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi.

Sukses membawa ajaran Islam ke dalam koridor syariat tidak lantas membuat Kyai Dahlan mengehentikan langkah dakwahnya. Melalui Muhammadiyah, Kyai Dahlan kemudian merintis gerakan perempuan 'Aisyiyah tahun 1917.

Ide dasar lahirnya gerakan Perempuan 'Aisyiyah ini berawal dari pandangan Kyai Dahlan agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan.

Melalui gerakan bagi kaum Hawa ini, Kyai Dahlan ingin menempatkan posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid.

Tujuan Didirikannya Muhammadiyah


Ada beberapa tujuan didirikannya Muhammadiyah, berikut rinciannya :

1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam
2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.

Di usianya yang menginjak 111 tahun, saat ini Muhammadiyah menjadi organisasi yang tidak hanya mengedepankan ajaran Islam semata. Muhammadiyah juga berperan aktif dalam bidang pendidikan, sosial ekonomi hingga kesehatan.




(dvs/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads