Kisah Sa'ad bin Ar-Rabi', Teladan Persaudaraan dan Pengorbanan

Kisah Sa'ad bin Ar-Rabi', Teladan Persaudaraan dan Pengorbanan

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 17 Des 2025 05:00 WIB
Kisah Saad bin Ar-Rabi, Teladan Persaudaraan dan Pengorbanan
Ilustrasi Sa'ad bin Ar-Rabi' (Foto: Getty Images/rudall30)
Jakarta -

Kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW tidak hanya bertumpu pada keteladanan pribadi beliau, tetapi juga pada kontribusi para sahabat yang menjadi penggerak utama di tengah masyarakat. Salah satu figur penting dalam fase awal pembentukan basis umat Islam adalah Sa'ad bin Ar-Rabi', sahabat Anshar yang memiliki pengaruh besar di Yatsrib.

Salah satu titik balik kaum muslimin berhasil membangun basis massa yang kuat terjadi ketika Rasulullah SAW melakukan kontrak politik dengan penduduk Yatsrib. Wilayah yang lama dilanda konflik antara suku Aus dan Khazraj ini kemudian mencatat peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai Bai'at Aqabah.

Dalam rombongan Yatsrib yang datang menemui Rasulullah SAW terdapat dua belas orang, dan salah satunya adalah Sa'ad bin Ar-Rabi'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sa'ad bin Ar-Rabi' dikenal sebagai pemuka suku Khazraj dengan latar belakang sosial yang terpandang. Putra dari Hazilah binti 'Anbah bin 'Amr ini juga termasuk golongan terdidik yang mampu membaca dan menulis, menjadikannya sosok berpengaruh baik secara sosial maupun intelektual dalam sejarah Islam.

ADVERTISEMENT

Kisah Persaudaraan Sa'ad bin Ar-Rabi'

Diceritakan dalam buku Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi untuk Anak oleh Hamid Ahmad Ath-Thahir, terdapat cerita menarik tentang Sa'ad bin Ar-Rabi' dengan Abdurrahman bin Auf. Cerita ini terjadi setelah Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan Sa'ad bin Ar-Rabi' dengan Abdurrahman bin Auf.

Persaudaraan antara Sa'ad bin Ar-Rabi' dan Abdurrahman bin Auf terjalin melalui kebijakan mu'akhah yang dilakukan Rasulullah SAW antara kaum Anshar dan Muhajirin. Ikatan ini bukan sekadar simbol, tetapi wujud nyata solidaritas sosial untuk menguatkan kehidupan kaum muslimin di Madinah.

Ketika keduanya dipertemukan, Sa'ad bin Ar-Rabi' mengajak Abdurrahman bin Auf makan di rumahnya sebagai bentuk penghormatan kepada saudaranya. Setelah selesai makan, Sa'ad berkata, "Saudaraku, aku punya dua orang istri dan engkau saudaraku yang belum berkeluarga, aku akan menceraikan salah satu istriku lalu nikahilah olehmu."

Mendengar tawaran itu, Abdurrahman bin Auf menolaknya dengan penuh ketulusan. Ia menjawab, "Tidak wahai saudaraku, demi Allah," seraya menunjukkan sikap menjaga kehormatan dan adab dalam persaudaraan.

Sa'ad bin Ar-Rabi' kemudian menawarkan bantuan dalam bentuk harta dengan berkata, "Mari kita melihat-lihat kebun, aku akan membaginya untukmu." Namun Abdurrahman kembali menolak sambil berdoa, "Tidak, semoga Allah SWT memberkahimu, keluarga dan juga hartamu."

Sebagai gantinya, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Sa'ad bin Ar-Rabi', "Tunjukkanlah aku pasar." Dari sanalah ia mulai berdagang secara mandiri dengan membeli mentega dan keju, lalu menjualnya hingga usahanya berkembang di Madinah.

Beberapa waktu kemudian Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Bagaimana kabarmu wahai Abdurrahman?" Ia menjawab, "Ya Rasulullah, aku telah menikah dengan seorang perempuan Anshar," menandakan keberhasilan ikhtiar yang berlandaskan kemandirian dan persaudaraan yang tulus.

Sa'ad bin Ar-Rabi' Mati Syahid di Perang Uhud

Dikutip dari buku Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 2 oleh Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sa'ad bin al-Rabi' dikenal sebagai sahabat yang senantiasa hadir mendampingi Rasulullah SAW dalam berbagai medan jihad. Dalam Perang Uhud, ia tampil sebagai prajurit pemberani yang tanpa gentar melindungi Nabi Muhammad SAW dari gempuran musuh yang datang bertubi-tubi.

Dalam sebuah riwayat dari Ma'an bin Isa, dari Malik bin Anas, dari Yahya bin Sa'id, disebutkan bahwa setelah Perang Uhud usai Rasulullah SAW bertanya, "Siapa yang dapat memberiku kabar tentang Sa'ad bin al-Rabi'?" Salah seorang sahabat pun menjawab, "Aku, wahai Rasulullah."

Sahabat tersebut kemudian menyusuri medan perang, mencari Sa'ad bin al-Rabi' di antara para syuhada dan para prajurit yang terluka parah. Saat menemukan Sa'ad dalam kondisi terbaring lemah, Sa'ad bertanya kepadanya, "Apa yang sedang engkau cari?"

Utusan itu menjawab dengan tegas, "Aku diutus oleh Rasulullah SAW untuk mencarimu dan membawa kabar tentang keadaanmu." Mendengar hal itu, Sa'ad pun menyadari bahwa saat perpisahan telah dekat.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Sa'ad bin al-Rabi' berkata, "Sampaikanlah salamku kepada Rasulullah SAW dan katakan bahwa di tubuhku terdapat dua belas luka yang kelak menjadi saksi di hadapan Allah SWT. Sampaikan pula kepada kaumku bahwa tidak ada penyesalan sedikit pun bagi orang yang gugur di jalan Allah."

Tak lama setelah pesan itu disampaikan, Sa'ad bin al-Rabi' wafat sebagai syahid dalam Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah. Jenazahnya yang semerbak dengan aroma para syuhada dimakamkan dalam satu liang lahat bersama Kharijah bin Zaid, sesama syahid Uhud.

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads