Rumah Sakit Indonesia di Gaza setiap harinya didatangi ratusan orang yang menjadi korban kekejaman Israel terhadap Palestina. Rumah sakit yang berada di Beit Lahia ini kondisinya sangat memprihatinkan, namun para dokter dan relawan tetap sigap menolong dan menyelamatkan para korban.
Dikabarkan Al Jazeera, Selasa (31/10/2023) seorang relawan di Rumah Sakit Indonesia mengatakan sedikitnya 870 orang tewas dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka di rumah sakit ini.
Rumah Sakit Indonesia yang dibangun dan didanai dari hasil sumbangan pemerintah serta warga Indonesia ini tengah berjuang untuk merawat banyak pasien yang terluka akibat pemboman Israel. Kondisinya semakin memprihatinkan karena stok obat-obatan mulai menipis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemadaman listrik yang terjadi di Jalur Gaza membuat para dokter melakukan operasi dan tindakan medis dalam keadaan gelap. Hal ini sebagaimana disampaikan Fikri Rofiul Haq, seorang relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang berbasis di Indonesia.
"Di RS Indonesia saja, tercatat 870 orang meninggal dunia dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka. Sekitar 164 pasien masih dirawat di rumah sakit," kata Fikri.
Lebih lanjut, Fikri juga menjelaskan bahwa Rumah Sakit Indonesia menjadi salah satu tempat mengungsi bagi ribuan warga Palestina.
"Sekitar separuh penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman daripada rumah mereka, seperti sekolah dan rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia. Lebih dari 1.500 warga mengungsi ke RS Indonesia dan berkemah di ruangan kosong dan halaman rumah sakit."
Operasi dan Tindakan Medis Darurat
Padamnya aliran listrik dan minimnya pasokan bahan bakar menjadikan para dokter dan relawan bekerja lebih ekstra. Tindakan medis darurat pun dilakukan demi bisa menolong korban yang terluka.
"Kami berusaha mencari bahan bakar untuk menghidupkan Rumah Sakit Indonesia setelah pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun," kata Fikri.
"Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis dan tenaga rumah sakit kelelahan karena dipaksa bekerja 24 jam sehari."
Bantuan kemanusiaan termasuk obat-obatan menjadi kebutuhan yang sangat penting di Rumah Sakit Indonesia. Pemerintah dan masyarakat Indonesia pun telah berusaha maksimal untuk menyalurkan bantuan namun proses distribusinya tidak semudah yang dibayangkan.
Fikri mengatakan bahwa mengirimkan bantuan ke rumah sakit merupakan sebuah tantangan, namun MER-C telah mengumpulkan sumbangan dari masyarakat Indonesia dan organisasi bantuan lainnya di Gaza. Para relawan dapat mengirimkan sejumlah pasokan ke rumah sakit pada tanggal 19 Oktober dan 24 Oktober.
"Kami sempat mendapatkan beberapa obat dan alat kesehatan lainnya, namun masih banyak obat yang belum kami miliki karena sudah habis," ujarnya.
Keberadaan Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Terdapat setidaknya 45 orang relawan yang merupakan Warga Negara Indonesia. Semuanya tinggal di Palestina. Menurut data Kementerian Luar Negeri Indonesia, terdapat 10 orang yang tinggal di Gaza dan 35 orang berada di Tepi Barat.
Rumah Sakit Indonesia terletak di Beit Lahia, sebuah kota berpenduduk sekitar 90.000 orang di Gaza utara, dan berdiri di atas tanah seluas 16.000 meter persegi yang disumbangkan oleh pemerintah Gaza pada tahun 2011.
Pembangunan rumah sakit ini menelan biaya hampir $8 juta atau sekitar Rp126 miliar. Dana ini merupakan hasil sumbangan warga Indonesia bersama dengan organisasi-organisasi termasuk Palang Merah Indonesia (PMI) dan Muhammadiyah, salah satu organisasi Muslim terbesar di Indonesia.
Rumah Sakit Indonesia diresmikan pada 2016 oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla. Awal diresmikan, rumah sakit ini memiliki sekitar 100 tempat tidur, empat ruang operasi, dan unit perawatan intensif.
Beberapa hari lalu, terjadi penembakan di sekitar Rumah Sakit Indonesia. Fikri mengatakan serangan ini menyebabkan kerusakan di beberapa bagian rumah sakit dan membuat langit-langit di sejumlah ruangan runtuh.
"Dua hari yang lalu, terjadi penembakan yang sangat hebat oleh pasukan Israel di sekitar RS Indonesia, yang dimulai pada sore hari dan tidak berhenti sepanjang malam. Kami hanya mendengar ledakan terus menerus," kata Fikri. "Suara ledakannya memekakkan telinga dan beberapa roket Israel mendarat di area sekitar rumah sakit."
"Bom tersebut menyebabkan seluruh rumah sakit berguncang dan kami harus berusaha menyelamatkan diri dengan berlindung di ruang bawah tanah," tambahnya.
Selanjutnya, Fikri mengatakan dia menerima kabar bahwa truk yang membawa bantuan sedang dalam perjalanan dari Mesir, namun terhambat oleh antrian untuk memasuki Gaza.
"Kami berharap gencatan senjata segera diumumkan," katanya. "Musim dingin akan segera tiba dan jika perang ini terus berlanjut, para pengungsi di Jalur Gaza akan berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena mereka tidak memiliki cukup kasur, selimut, dan jaket."
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan akan segera mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina. Hal ini disampaikan Presiden Jokowi usai memimpin rapat terbatas (ratas) membahas perkembangan konflik Palestina-Israel di Istana Merdeka, Jakarta.
"Indonesia akan mengirim bantuan kemanusiaan yang akan disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan rakyat Palestina," kata Presiden Jokowi, Senin (30/10/2023).
(dvs/erd)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri