Mungkin di antara kita pernah melihat ibu-ibu mengadakan arisan di dalam masjid. Sebagian orang melarangnya namun sebagian lain memperbolehkan kegiatan tersebut tetap berlangsung.
Pro kontra akhirnya bermunculan. Beberapa ulama ada yang mengatakan tidak boleh karena melaksanakan arisan hukumnya dosa layaknya utang-piutang. Sebagian lainnya menyebut perkara arisan masuk kategori mubah dan tidak dilarang.
Lantas, bagaimana sebenarnya hukum melaksanakan arisan di dalam masjid? Bolehkan melaksanakan kegiatan tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini dibahas dalam tanya jawab fiqih di laman Kemenag. Berikut penjelasannya berdasarkan sudut pandang ulama.
Dalam kitab Hasyiah Al-Qalyubi wa Umairah, Imam Al-Iraqi berpendapat arisan dengan sistem undian dan giliran termasuk perkara yang diperbolehkan.
اÙÙØ¬ÙÙ ÙØ¹Ùة٠اÙÙÙ ÙØŽÙÙÙÙØ±Ùة٠ؚÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ³ÙØ§Ø¡Ù ØšÙØ£ÙÙÙ ØªÙØ£ÙØ®ÙØ°Ù Ø§Ù ÙØ±ÙØ£ÙØ©Ù Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ØÙØ¯ÙØ©Ù Ù ÙÙ٠جÙÙ ÙØ§Ø¹Ùة٠٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¯ÙØ±ÙØ§ Ù ÙØ¹ÙÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙÙÙÙ٠جÙÙ ÙØ¹Ùة٠أÙÙÙ ØŽÙÙÙØ±Ù ÙÙØªÙدÙÙÙØ¹ÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ØÙØ¯ÙØ©Ù ØšÙØ¹Ùد٠ÙÙØ§ØÙØ¯ÙØ©ÙØ Ø¥ÙÙÙ Ø¢Ø®ÙØ±ÙÙÙÙÙÙ Ø¬ÙØ§ØŠÙØ²ÙØ©Ù ÙÙÙ ÙØ§ ÙÙØ§ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ.
"Adapun perkumpulan yang umum di antara sekelompok perempuan di mana seorang perempuan mengambil sejumlah uang tertentu dari setiap anggota perempuan dalam perkumpulan tersebut, yang kemudian diberikan kepada anggota lain secara bergantian, maka hukumnya boleh."
Karena arisan termasuk dalam perkara yang diizinkan (mubah), maka tidak ada masalah jika diadakan di dalam masjid. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang diizinkan di dalam masjid, baik yang berkaitan dengan aspek keagamaan, sosial, maupun lainnya, termasuk arisan, dianggap sah secara hukum.
Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab mengatakan, segala hal yang bersifat mubah boleh dilakukan di dalam masjid. Seperti ini pernyataan beliau:
ÙØ¬Ùز Ø§ÙØªØØ¯Ø« ØšØ§ÙØØ¯ÙØ« اÙÙ ØšØ§Ø Ù٠اÙ٠سجد ÙØšØ£Ù ÙØ± Ø§ÙØ¯ÙÙØ§ ÙØºÙØ±ÙØ§ ٠٠اÙÙ ØšØ§ØØ§Øª ÙØ¥Ù ØØµÙ ÙÙ٠ضØÙ ÙÙØÙ٠٠ا Ø¯Ø§Ù Ù ØšØ§ØØ§ ÙØØ¯ÙØ« جاؚر ؚ٠س٠رة رض٠اÙÙ٠عÙÙ ÙØ§Ù: ÙØ§Ù رسÙ٠اÙÙ٠صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙØ³ÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙ Ù Ù Ù ØµÙØ§Ù Ø§ÙØ°Ù صÙÙ ÙÙÙ Ø§ÙØµØšØ ØØªÙ ØªØ·ÙØ¹ Ø§ÙØŽÙ س ÙØ¥Ø°Ø§ Ø·ÙØ¹Øª ÙØ§Ù ÙØ§Ù ÙÙØ§ÙÙØ§ ÙØªØØ¯Ø«ÙÙ ÙÙØ£Ø®Ø°ÙÙ Ù٠أ٠ر Ø§ÙØ¬Ø§ÙÙÙØ© ÙÙØ¶ØÙÙÙ ÙÙØªØšØ³Ù
"Diperbolehkan berbicara tentang hal-hal yang diizinkan (mubah) di dalam masjid, baik itu masalah dunia maupun hal-hal mubah lainnya. Bahkan jika pembicaraan tersebut menyebabkan tawa, selama pembicaraan tersebut masih terkait dengan hal-hal yang diizinkan. Pendapat ini didasarkan pada hadits riwayat Jabir bin Samurah bahwa Rasulullah tidak beranjak dari tempat sholatnya pada waktu Subuh sampai terbit matahari. Beliau baru meninggalkan tempat sholat setelah terbit matahari. Jabir berkata, "Saat itu mereka berbincang tentang berbagai hal, termasuk peristiwa yang terjadi pada masa Jahiliyyah, yang membuat mereka tertawa dan tersenyum."
Intinya, segala sesuatu itu kembali kepada niat. Jika niatnya baik agar bisa saling tolong menolong, bisa mengajak orang dalam kebaikan hingga maksud ingin menabung maka tidak ada masalah.
Wallahu 'alam.
(hnh/erd)












































Komentar Terbanyak
Wamenag Romo Syafi'i Menikah Hari Ini, Habib Rizieq Jadi Saksi
Rieke Diah Pitaloka Geram, Teriak ke Purbaya Gegara Ponpes Ditagih PBB
Pemerintah RI Legalkan Umrah Mandiri, Pengusaha Travel Umrah Syok