Zuhud merupakan istilah dalam Islam yang sangat penting untuk kehidupan dunia dan akhirat seorang Muslim. Seseorang yang memiliki sikap zuhud lebih fokus pada kepentingan akhirat daripada dunianya.
Sikap zuhud juga diteladani dari Nabi Sulaiman AS dan Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari buku Tasawuf Sosial KH MA Sahal Mahfudh karya DR Jamal Ma'mur Asmani, Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad SAW pernah melakukan kebaikan zuhud, yakni memberi makan makanan lezat kepada orang lain sedangkan keduanya hanya makan roti dan gandum.
Lantas apa pengertian zuhud? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel di bawah ini.
Pengertian Zuhud
Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yang berarti tidak menginginkan sesuatu dengan menyerahkannya. Istilah zuhud merupakan salah satu istilah dari ilmu tasawuf.
Secara epistemologi makna zuhud yakni raghaba 'ansyai'in wa tarakahu, yang artinya tidak tertarik pada sesuatu dan meninggalkannya. Anwar Safat dalam bukunya Bab 3 Konsep Zuhud Dalam Tasawuf dan Tafsirnya menerangkan, ada beberapa pendapat ulama dalam mengartikan zuhud, antara lain:
- Imam Ahmad, Sufyan ats-Tsauri dan lainnya, berkata bahwa zuhud adalah Qashrul 'Amali (meringkas angan-angan).
- Ibnu Mubarak, berkata bahwa zuhud adalah ats-Thaqatu bi Allah (percaya dengan Allah).
- Abu Sulaiman ad-Darani, berkata bahwa zuhud adalah Taraka ma yusyghalu 'Amillahi ta'ala (meninggalkan perkara yang dapat menghalangi untuk menuju kepada Allah).
- Sufyan bin Uyaynah, bahwa zuhud terdiri dari tiga huruf yaitu Za', Ha', dan Dal. Artinya Za' yaitu tarku az-Zina (meninggalkan zina), Ha' yaitu tarku al-Hawa (meninggalkan hawa nafsu), Dal yaitu tarku al-Dunya (meninggalkan dunia).
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian zuhud adalah suatu keputusan untuk melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja. Melupakan angan-angan dan hanya melihat dunia dari sudut pandang yang kecil.
Dalil Zuhud dalam Al-Qur'an
Ayat-ayat di dalam Al-Qur'an tidak spesifik memuat kata Zuhud, namun ada beberapa ayat yang berkaitan dengan Zuhud, antara lain:
1. Surat Al-Qashash ayat 77
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Sayyid Qutub dalam buku tafsirnya memberikan gambaran tentang keharusan umat Islam dalam memandang dunia. Dalam perintah ini tercermin keseimbangan manhaj Illahi yang lurus.
Manhaj yang menggantungkan hati orang yang memiliki harta dengan akhirat dan tidak melarangnya mengambil sebagian harta dari dunia ini. Harta juga merupakan anugerah dari Allah maka terimalah dengan berbuat baik ketika menggunakannya, berbuat baik dengan sesama manusia dan berbuat baik dengan bersyukur.
2. Surat Al-Hadid ayat 23
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
Artinya: Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
Para ulama menjelaskan bahwa tidak merasa gembira dengan karunia yang Allah berikan dan tidak bersedih jika karunia lenyap dari kehidupan. Kerelaan seseorang yang bijak yang memahami bahwa perkara yang terjadi merupakan suatu ketetapan.
3. Surat Al-Hadid ayat 20
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.
Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa ahli zuhud adalah seseorang yang mengeluarkan dunia dari dalam hatinya. Karena dunia adalah kesenangan yang menipu, maka tidak pantas bersemayam di hati ahli zuhud.
Simak Video "Video: Beda Cara Menjawab Salam dengan Sesama Muslim dan Non Muslim"
(hnh/nwk)