Adzan adalah seruan bagi umat Islam untuk mengerjakan salat fardhu. Perintah adzan tercantum dalam surat Al Maidah ayat 58.
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ ٱتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ
Arab latin: Wa iżā nādaitum ilaṣ-ṣalātittakhażụhā huzuwaw wa la'ibā, żālika bi`annahum qaumul lā ya'qilụn
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal,"
Adapun, terkait hukum adzan sendiri terdapat sejumlah perbedaan pendapat di kalangan ulaman. Ulama Hanabilah menilai hukum adzan fardhu kifayah, sementara mazhab lainnya berpendapat bahwa adzan hukumnya sunnah muakkad yang berarti dilakukan oleh salah seorang saja., seperti dikutip dari buku Fikih Shalat Empat Madzhab oleh Asy Syaikh Abdul Qadir Ar Rahbawi dan Kasimun.
Adzan disyariatkan pada awal tahun Hijriyah. Sebab-sebab disyariatkannya terdapat dalam riwayat Nafi' bahwa Ibnu Umar berkata.
"Suatu ketika kaum muslimin sedang berkumpul untuk menunggu waktu salat, karena pada waktu itu tidak ada seorang pun yang mengumandangkan panggilan untuk menunaikan salat, maka mereka terus memperbincangkan masalah tersebut. Sebagian orang berkata kepada sebagian lainnya: 'Pergunakanlah lonceng seperti loncengnya orang Nasrani,'
Sebagian mereka berkata: 'Jangan, sebaiknya pergunakanlah terompet seperti terompet yang dipakai orang Yahudi,' Umar berkata: 'Apakah kalian tidak mengutus seseorang yang bertugas memanggil salat?'
Maka Rasulullah SAW bersabda: 'Berdirilah wahai Bilal dan (kumandangkanlah) panggilan salat," (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i)
Sunnah-sunnah Adzan
Mengutip buku Dahsyatnya Adzan oleh M Syukron Maksum, berikut sejumlah sunnah-sunnah adzan yang bisa dilakukan.
1. Muadzin Memiliki Suara yang Keras, Bagus dan Nada Tinggi
Sunnah yang pertama ialah muadzin memiliki suara yang bagus, keras, bernada tinggi serta berada di tempat yang tinggi namun dekat dengan masjid. Diceritakan oleh Abdullah bin Zaid, Rasulullah bersabda:
"Suruh Bilal adzan, sebab ia yang suaranya paling jauh,"
Pada era sekarang, mungkin suara keras bisa disiasati dengan menggunakan speaker sehingga luas jangkauan adzan yang dikumandangkan. Meski begitu, suara tinggi dan indah tetap diperlukan agar adzan lebih khidmat.
2. Muadzin Berwudhu dan Dalam Keadaan Suci
Adzan merupakan salah satu elemen ibadah yang erat hubungannya dengan salat. Karenanya, disyariatkan muadzin sudah berwudhu dan dalam keadaan suci.
Dalam hadits Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya adzan berhubungan (bersambung) dengan salat, maka janganlah adzan seseorang di antara kalian kecuali dalam keadaan berwudhu,"
3. Muadzin Meletakkan Dua Jarinya ke Dalam Dua Telinga
Sunnah meletakkan dua jari ke dalam dua telinga agar muadzin dapat mengeraskan suaranya. Selain itu, melakukan hal tersebut dapat membuat suara muadzin menjadi lebih nyaring dan bagus.
Saad, serang muadzin Nabi SAW meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah pernah memerintahkan Bilal untuk meletakkan dua jarinya ke dalam dua telinganya seraya bersabda,
"Hal itu mengeraskan suaramu," (HR Ibnu Majah)
4. Muadzin Berdiri di Dinding atau Menara
Berdiri di dinding atau menara bagi muadzin dimaksudkan agar terdengar oleh orang banyak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah, Nabi SAW bersabda kepada Bilal:
"Berdirilah, lalu adzanlah!" (HR Muttafaq Alaih)
5. Memberi Jeda pada Iqamahnya Setelah Adzan
Sunnah lainnya ialah memberi jeda pada iqamahnya, kira-kira hingga para jemaah hadir. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi,
"Hai Bilal, jadikan antara adzan dan iqamahnya jeda yang memungkinkan seseorang menyelesaikan makannya dan memenuhi hajatnya," (HR Ahmad)
(aeb/nwk)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi