Jalan dakwah KH Ali Yafie tak cuma lewat ceramah di masjid dan kampus, tulisan di buku dan media massa. Ulama kelahiran Wani-Donggala Sulawesi Tengah pada 1 September 1926 itu juga kerap kali memberi contoh langsung. Dalam upaya makin menyadarkan dan meningkatkan peran muzaki membantu para mustahik dan kaum dhuafa, Kiai Ali Yafie bersama MUI mengajak dan melobi para tokoh untuk mendirikan lembaga pengelola dan penyalur zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).
Terkait pengelolaan ZIS, Ali Yafie bersama petinggi MUI KH Hasan Basri dan Quraish Shihab dan para tokoh lainnya mendirikan Yayasan Amanah Ummat (YAU) pada 15 Maret 1991.
"Ketika terjadi bencana alam dengan korban cukup besar Kiai Hasan Basri dan Kiai Ali Yafie turun langsung menggalang dana, bahkan menjumpai dan membesarkan hati para korban," tulis Bambang Wiwoho dalam buku "KH Ali Yafie Membumikan Pesan Langit". Buku ini diluncurkan pada Minggu (25/6/2023) di Muamalat Tower dalam rangka mengenang 100 hari wafatnya sang ulama. KH Ali Yafie wafat pada 25 Februari 2023 di RS Premier Bintaro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam urusan pembauran dengan etnis Cina, menurut Wiwoho, Kiai Ali Yafie terlibat dalam pendirian Yayasan H Karim Oei (YHKO) bersama Junus Jahya, Yunan Helmi Nasution, Lukman Harun, Fahmi Idris, dan tokoh lainnya pada 9 April 1991. Sejak itu, YHKO menyulap lantai dasar kantor ruko di Jalan Lautze No 87 menjadi masjid kecil.
Pada tahun-tahun pertama, tulis Wiwoho, pengurus YHKO mengedarkan undangan untuk menggalang Jemaah salat Jumat di Lautze. Sambutan luar biasa, jemaah meluber sampai ke jalan raya. "Dalam suasana seperti itu, pada beberapa salat Jumat Kiai Ali Yafie hadir dan memilih menggelar sajadah untuk salat di tengah jalan," tulis Wiwoho.
Total ada 48 tulisan dalam buku setebal 546 halaman ini. Selain Bambang Wiwoho, tokoh lain yang memberikan kesaksian adalah Jusuf Kalla, Quraish Shihab, Anwar Abbas, Zawawi Imron, dan lainnya.
Penyunting A. Suryana Sudrajat menempatkan soal Ketokohan, Keulamaan dan Pemikiran K.H. Ali Yafie di bab petama. Di Bab ketiga berisi K.H. Ali Yafie di Mata Para Sahabat dan Murid; dan keempat, Perjalanan Hidup K.H. Ali Yafie.
![]() |
Sebagai penyunting, Suryana mengaku sempat kesulitan untuk memilah dan memilih berbagai bahan yang ada. Maklum waktu yang diberikan penggagas buku, Hariman Siregar dan Bambang Wiwoho cuma tiga bulan.
Ketebalan buku juga tentu mempengaruhi ongkos cetak. "Udah, pokoknya lu kerjain aja," tukas Hariman Siregar ketika soal ongkos cetak disampaikan.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Ketum PBNU Gus Yahya Minta Maaf Undang Peter Berkowitz Akademisi Pro-Israel
Negara Arab Kompak Katakan Israel Lakukan Genosida di Gaza
Turki Desak Negara Islam Kompak Boikot Israel di Sidang PBB