Potensi perbedaan untuk penetapan Lebaran 2023 ini diungkap oleh Profesor Riset Astronomi-Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin dalam kegiatan Media Lounge Discussion pada beberapa waktu lalu. Menurutnya, perbedaan tersebut disebabkan dari adanya perbedaan penetapan kriteria awal bulan.
Thomas menjelaskan, pada saat 29 Ramadan 1444 H atau 20 April 2023 waktu Maghrib, posisi bulan sudah memenuhi krtiteria wujudul hilal. Sementara, posisi tersebut masih belum memenuhi kriteria baru Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang digunakan pemerintah yakni, tinggi hilal minimal 3 derajat, sudut elongasi 6,4 derajat, umur bulan 8 jam, dan memenuhi kriteria wujudul hilal.
Dengan kata lain, awal bulan Syawal 1444 H atau Lebaran 2023 jatuh pada 21 April 2023 bila merujuk pada kriteria wujudul hilal. Di sisi lain, Lebaran 2023 jatuh pada 22 April 2023 bila merujuk pada kriteria baru MABIMS.
"Posisi bulan itu sudah memenuhi kriteria wujudul hilal. Apabila merujuk kriteria baru MABIMS, maka lebaran jatuh pada 22 April 2023, sedangkan bila merujuk wujudul hilal, 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada 21 April 2023," terang Thomas, dikutip dari laman BRIN.
Lebih lanjut, Thomas menyatakan, penyebab utama perbedaan penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang disebabkan karena belum ada kesepakatan terkait kriteria awal Hijriah.
"Prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender Hijriah harus ada otoritas tunggal. Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggal yang dapat diikuti bersama," beber dia lagi.
Thomas menyarankan, otoritas tunggal bisa diwujudkan terlebih dahulu di tingkat nasional atau regional untuk saat ini. Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum (wilayatul hukmi) sesuai batas kedaulatan negara.
Sebagai informasi, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijah 1444 Hijriah berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid. Melalui keterangan persnya, Muhammadiyah mengumumkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat, 21 April 2023.
"1 Syawal jatuh pada hari Jumat, 21 April," kata Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr H Syamsul Anwar MA melalui acara yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube resmi PP Muhammadiyah, Senin (6/2/2023).
Menurut penuturan Syamsul, Muhammadiyah menetapkan awal bulan Qamariah berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit yaitu Matahari, Bumi, dan Bulan. Utamanya, posisi geometris tersebut sudah memenuhi metode hisab wujudul hilal.
"Jadi, tidak soal terlihat dan tidak terlihatnya, yang penting posisi geometris itu sudah terpenuhi. Itu metode penetapannya, yang disebut dengan istilah Hisab Wujudul Hilal," ujarnya.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat pada 20 April 2023 yang bertepatan dengan tanggal 29 Ramadan 1444 H. Biasanya, hasil sidang isbat penentuan awal bulan didasarkan dari data hisab yang juga merujuk pada hasil rukyatul hilal pada sejumlah lokasi di seluruh wilayah Indonesia.
(rah/dvs)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana