Tak lama lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan 1446 H/2025 M. Biasanya penetapan awal bulan Ramadhan di Indonesia ini memiliki perbedaan antara pemerintah dan sejumlah organisasi Islam, seperti Muhammadiyah.
Dikutip dari laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), adanya perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan tersebut bukan karena metode hisab atau pun rukyat, melainkan karena perbedaan kriteria. Hal ini berdasarkan keterangan Peneliti Ahli Utama (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin.
"Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria. Sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," ujar Thomas Djamaluddin yang dikutip detikSulsel dari laman resmi BRIN pada Senin (17/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BRIN sendiri menggunakan kriteria hasil kesepakatan dari empat menteri agama di kawasan ASEAN. Yakni Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura atau disingkat MABIMS.
Lantas, kapan 1 Ramadhan versi BRIN?
Untuk itu, berikut detikSulsel menyajikan penjelasan dari Thomas Djamaluddin selaku Peneliti Ahli Utama BRIN mengenai penetapan tanggal 1 Ramadhan 2025.
Yuk, disimak!
1 Ramadhan 2025 Versi Peneliti BRIN
Dikutip dari kanal YouTube resminya, Peneliti BRIN Thomas Djamaluddin menyebutkan bahwa posisi bulan pada waktu Maghrib 28 Februari 2025 di Aceh telah melebihi kriteria MABIMS. Dengan demikian, menurutnya 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
"Berdasarkan analisis garis tanggal, pada saat Maghrib 28 Februari 2025 di wilayah Indonesia, posisi bulan telah memenuhi kriteria MABIMS di wilayah Aceh. Maka, 1 Ramadhan 1446 di kalender jatuh 1 Maret 2025," jelas Thomas Djamaluddin yang dikutip detikSulsel, Senin (17/2).
Untuk diketahui, masuknya bulan baru menurut kriteria MABIMS adalah tinggi bulan atau tinggi toposentrik minimum 3° dan elongasi maksimum 6,4°.
Sementara pada tanggal 28 Februari 2025 di Aceh, tinggi toposentrik telah mencapai angka 4,54,5° dan elongasi geosentriknya pada angka 6,4°. Sehingga angka tersebut telah melewati kriteria MABIMS.
1 Ramadhan 2025 Versi Pemerintah
Sementara itu, jika mengacu pada kalender Islam Hijriah tahun 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag) RI, awal puasa atau 1 Ramadhan 1446 H diperkirakan akan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Namun, perlu diketahui bahwa tanggal tersebut masih perkiraan dan dapat berubah.
Pemerintah nantinya akan menetapkan tanggal 1 Ramadhan atau awal puasa 2025 secara resmi melalu sidang isbat. Sidang isbat ini akan menggunakan 2 metode yakni, pengamatan hilal (rukyatul hilal) dan perhitungan astronomi (hisab).
Hasil pengamatan dan perhitungan tersebut nantinya akan dipaparkan secara resmi untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 2025.
Mengutip dari laman resminya, Kemenag menjadwalkan sidang isbat penetapan awal Ramadhan 1446 H digelar pada Jumat, 28 Februari 2025.
1 Ramadhan 2025 Versi Muhammadyah
Berbeda dengan pemerintah, organisasi Islam Muhammadiyah telah menetapkan tanggal 1 Ramadhan tahun ini. Penetapan tersebut disampaikan melalui Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H.
Berdasarkan maklumat tersebut, PP Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 2025 jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.
1 Ramadhan 2025 Versi NU
Dalam menentukan 1 Ramadhan, NU memiliki metode yang sama dengan pemerintah yaitu rukyatul hilal dan hisab. Dikutip dari laman Nahdatul Ulama (NU Online), NU cenderung menggunakan metode rukyatul hilal untuk menetapkan awal bulan baru.
Adapun rukyatul hilal ini baru akan dilakukan pada akhir bulan. Dengan demikian, NU belum menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1446 H.
Nah, itulah ulasan mengenai penetapan 1 Ramadhan 2025 menurut BRIN, pemerintah, Muhammadiyah, dan NU. Semoga bermanfaat!
(edr/alk)