Sosok Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Paling Sabar

Sosok Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Paling Sabar

Nilam Isneni - detikHikmah
Rabu, 05 Apr 2023 03:45 WIB
An Arab man is praying over sand dunes of Dubai, United Arab Emirates
Ilustrasi Abu Qilabah, sahabat nabi yang paling sabar. Foto: Getty Images/iStockphoto/GCShutter
Jakarta - Nabi Muhammad SAW memiliki banyak sahabat yang di antaranya terkenal akan kesabarannya. Sahabat nabi yang paling sabar adalah Abu Qilabah.

Abu Qilabah termasuk sahabat nabi yang banyak meriwayatkan hadits. Dalam Sunan At Tirmidzi disebutkan, Abu Qilabah memiliki nama asli Abdullah bin Zaid al-Jarmi. Ia memiliki paman bernama Abu Muhallab.

Salah satu hadits yang diriwayatkan Abu Qilabah adalah hadits tentang Dajjal. Dari Abu Qilabah dan seorang sahabat nabi bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Dajjal akan mengatakan 'Aku adalah tuhan kalian.' Maka barang siapa yang mengatakan kamu bukan tuhanku, melainkan Allah Tuhanku, kepada-Nyalah kami bertawakal dan kembali serta berlindung dari kejahatanmu (Dajjal), ia (Dajjal) tidak akan mempunyai kekuatan terhadapnya." (HR Ahmad)

Abu Qilabah adalah sahabat nabi terakhir yang juga sahabat Ibnu Abbas. Ia pernah dimintai oleh khalifah untuk menjadi seorang hakim, namun menolak, sebagaimana diceritakan dalam buku Rahasia Dahsyat di Balik Kata Syukur karya Yana Adam.

Kisah Kesabaran Abu Qilabah

Kisah Abu Qilabah yang menjadikannya sebagai sahabat nabi paling sabar turut diceritakan dalam buku Solusi Masalah dengan Qur'an karya Abu Alwi bin Nasrudin bin Sudir dari riwayat Abdullah bin Muhammad.

Abdulah bin Muhammad ia mengatakan, "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin.

Lalu akupun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya buntung, telinga sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.

Dari lisannya orang itu mengucapkan, "Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain."

Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, "Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?"

Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, "Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."

Aku kembali bertanya, "Bersyukur atas apa?"

Laki-laki pemilik kemah itu menjawab lagi, "Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu salat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun, sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?"

Aku pun menyanggupinya dan pergi untuk mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku mendapati jenazah yang sedang dikelilingi oleh singa. Ternyata anaknya sudah meninggal diterkam oleh singa.

Aku pun bingung bagaimana caraku untuk mengatakannya kepada laki-laki pemilik kemah itu. Aku pun kembali dan berkata kepadanya, untuk menghiburnya, "Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayyub AS?"

Laki-laki itu menjawab, "Iya aku tahu kisahnya."

"Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?" tanyaku.

Ia menjawab, "Ia menghadapinya dengan sabar."

Aku kembali bertanya, "Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?"

Ia menjawab, "Ia tetap bersabar."

Aku kembali bertanya, "Ia juga diuji dengan penyakit di badannya bagaimana keadaannya?"

Ia menjawab dan balik bertanya, "Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku di mana anakku?"

Kemudian aku berkata, "Sesungguhnya putramu aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah SWT melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau."

Kemudian laki-laki itu menjawab, "Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah SWT sehingga ia diazab di neraka."

Kemudian ia menarik napas panjang lalu meninggal dunia. Aku pun membaringkannya di tangannya dan kemudian dibantu oleh empat orang laki-laki yang mengendarai kuda. Kemudian Abdullah bin Muhammad bersama empat laki-laki itu pun memandikan, mengkafani, dan mensalatkannya, sebelum akhirnya memakamkan Abu Qilabah.


(kri/kri)

Hide Ads